BEST PRACTICE GURU DALAM TUGAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
JUDUL: PEMBELAJARAN TEKNIK PENULISAN BERITA MELALUI MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH SEKOLAH DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA
Oleh: Esti Suryani, M.Pd NIP. 196902282008012015 Guru SMK Negeri 1 Surakarta Jawa Tengah
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEJURUAN NEGRI 1 SURAKARTA Jl. Sungai Kapuas No. 28 Telp./Fax (0271) 653085 Surakarta 57113 Website : http//www.SMKN1.sch.id
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Guru bagi penulis merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan hingga setelah menyelesaikan pendidikan di SMAN 2 Cilacap, melanjutkan ke perguruan perguruan tinggi tahun 1988 UAD/IKIP Muhamadiyah Yogyakarta di FPBS/PBSI Yogjakarta. Tahun Tahun 1994 penulis mulai menjadi GTT GTT di SMA Batik 1 Surakarta. Mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan mengampu ekstrakurikuler teater. Tahun 2004 penulis lolos dalam seleksi ujian sebagai guru bantu. Alhamdulillah, Awal tahun 2010 penulis menerima SK PNS. Tahun 2010 penulis berhasil meraih Magister Pendidikan (M.Pd). Selain mengajar, di sekolah penulis membimbing pembuatan majalah sekolah, membimbing lomba bidang sastra dan membimbing siswa dalam penulisan karya tulis ilmiah. Melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi bukan berarti penulis melalaikan kewajiban sebagai ibu dan istri. Penulis tetap mengurus keperluan keluarga dengan baik dan ta nggung-jawab. Penulis juga tetap melaksanakan Tupoksi sebagai sebagai pendidik. Di sela-sela proses pembelajaran, pembelajaran, penulis tetap lengkap membuat perangkat pembelajaran di awal semester, mengajar, melakukan evaluasi dan analisis hasil pembelajaran. Penulis juga terbuka membantu teman-teman guru dalam menyusun perangkat pembelajaran, melakukan penilaian, memahami strategi pembelajaran, dan membuat
Best Practic ataupun PTK. Penulis juga mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan kreatifitas sekaligus meningkatkan hasil balajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia Berawal dari sikap peserta didik dan guru yang merasa kesulitan ketika dimunculkan ide tentang pembuatan majalah sekolah. Penulis sering mendengar banyak pernyataan yang sering diutarakan peserta didik ketika ditanya mengenai pembuatan majalah sekolah. Hal ini dikarenakan tidak ada materi dalam mata pelajaran secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi teks berita tetapi sifatnya hanya sampai pada mereproduksi belum ada tindak lanjut sampai pada penerbitan majalah. Belum lagi anggapan peran majalah sekolah sebagai media pengajaran bahasa Indonesia belum mendapat perhatian secara luas dikalangan guru bidang studi. Masih langka, bahkan belum ada yang merintis pengelolaan majalah praktis yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler bahasa Indonesia. Penyebabnya karena kurang kreativitas guru untuk memodifikasi bentuk majalah yang sudah lama menjadi tren di sekolah (Barung, 1998: 98). Tiada kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia termasuk dalam pembuatan majalah sekolah. Untuk itu penulis dalam best practice ini mencoba menyampaikan pengalaman sederhana pemecahan masalah. “Pembelajaran “Pembelajaran Teknik Penulisan tetapi sangat menarik d ilengkapi dengan pemecahan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah” yang tepat dapat menjadi salah satu solusinya.
Jika penulisan berita sudah baik maka akan dengan mudah menerbitkan dalam sebuah majalah sekolah. Hal ini tentu harus didukung oleh sarana-prasarana penunjang dari sekolah. . SMK NEGERI 1 Surakarta sebagai tempat penulis mengabdi mengabdi sebagai guru tidak memiliki ekskul jurnalistik. Hal itu tidak berarti harus menutup pintu untuk untuk memiliki majalah sekolah. Sebab secara substansi juga diajarkan dalam setiap mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Inggris. Yang terpenting, adakah kemauan sekolah untuk membuatnya. Tentunya kemauan ini tidak hanya dari guru bahasa Indonesia saja, tetapi harus didukung berbagai komponen sekolah, mulai dari kepala sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. B.
Pendekatan Penyelesaian Masalah
Pemecahan masalah harus disesuaikan dengan pokok penyebab permasalahan sehingga benarbenar efektif. Permasalahan utama yang menjadi pemikiran penulis adalah kurangnya kemampuan peserta didik Untuk memecahkan masalah tersebut, tersebut, penulis menerapkan menerapkan “Pembelajaran Teknik
Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Media Majalah Sekolah” C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah dan pendekatan penyelesaian masalah yang sudah diuraikan di atas maka, tujuannya sebagai berikut. 1.
Untuk mengetahui teknik penulisan berita melalui inquiri.
2.
Untuk mengetahui cara penerbitan media majalah sekolah.
D.
Manfaat
1)
Secara Teoritis:
a.
Bagi peserta didik dapat memahami teknik dalam hal memperoduksi teks berita yang baik
yang dapat diterbitkan di majalah. b.
Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh pada pembelajaran di kelas.
2)
Secara Praktis
Dapat menjadi alat penyampaian informasi dan wawasan tentang berita dan media media berita sekaligus dalam mempromosikan sekolah pada masyarakat pembaca.
BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Teori Pembahasan suatu masalah akan lebih tepat dan akurat apabila dilandasi oleh beberapa teori yang terkait dengan pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas untuk dicari pemecahannya dalam tulisan ini adalah masalah pembelajaran, teknik penulisan berita, inquiri, dan media majalah sekolah. Berikut ini dipaparkan teori yang terkait dengan masalah tersebut. 1.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57). Menurut Tarigan dan Akhlan (1996: 4) pembelajaran adalah proses belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. P embelajaran menjadi titik tolak dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Akhlan Husein dan Rahman (1996: 3) berpendapat bahwa pembelajaran mengandung pengertian sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang di maksud adalah siswa, yaitu warga belajar yang mempunyai tugas belajar. Oemar Hamalik (2003: 57) juga mengemukakan ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: 1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; 2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan 3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Tarigan dan Akhlan (1996: 13-14) menambahkan, ciri-ciri atau kriteria pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki pijakan tertentu sebagai dasar pengembangannya, misalnya pelajaran yang lalu, pengalaman siswa, atau peristiwa-peristiwa penting; 2) pembelajaran bahasa Indonesia harus me ningkatkan keterampilan berbahasa siswa; 3) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kreativitas daya pikir dan daya nalar siswa; 4) pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya bervariasi; 5) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kepekaan siswa terhadap keindahan bahasa dan rag am atau variasi bahasa Indonesia; 6) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan interaksi siswa-guru-siswa; 7 ) pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa mengalami berbagai kegiatan berbahasa yang
sesuai dengan situasinya; 8) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia; dan 9) hasil pembelajaran dapat dinilai. Gino, dkk (1995: 30) menyatakan istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Pengajaran berarti
perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, belajar mengajar menunjuk pada proses interaksi guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, atau dengan kata lain belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antara guru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar. Dari pernyataan di atas, proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, seperti guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi. Ada 3 ciri-ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu: a.
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem
pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. b.
Saling ketergantungan (independence) antara komponen pembelajaran yang serasi dalam suatu
keseluruhan, yang bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. c.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama
sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. S alah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar yakni tujuan, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Bloom (dalam Waluyo, 2002: 162-167) membagi tujuan belajar menjadi tiga, yaitu: 1) Kawasan Kemampuan Kognitif. Kemampuan kognitif meliputi lima tingkatan, yaitu: a)
Pengetahuan, yang meliputi: pengetahuan akan hal khusus, kejadian khusus, tentang cara dan
alat, arah dan urutan, penggolongan dan kategori, kriteria, metodologi, serta pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi. b) Pemahaman, yang meliputi: terjemahan, penafsiran, dan perhitungan atau ramalan. c)
Analisis, yang meliputi: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsi-prinsip
organisasional. d) Sintesis, yang meliputi: hasil komunikasi, hasil dari rencana atau rangkaian kegiatan yang diusulkan, dan asal mula dari rangkaian hubungan abstrak. e) Evaluasi, yang meliputi: pertimbangan mengenai kejadian internal, dan pertimbangan mengenai kriteria eksternal. 2) Kawasan Kemampuan Afektif. Kemampuan afektif meliputi lima tingkatan, yaitu: a)
Menerima, menyangkut minat siswa terhadap sesuatu, misalnya menerima pelajaran
apresiasi puisi yang ditandai dengan minat atau perhatian positif yang dimiliki siswa terhadap apresiasi puisi. b)
Responding, artinya ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam
kegiatan apresiasi puisi. c)
Menaruh penghargaan, pada tingkat ini siswa mampu memberikan penilaian terhadap puisi
yang akan atau sudah dibacakan. d)
Mengorganisasikan sistem nilai. Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks dan saling
terkait, sehingga menjadi suatu sistem nilai.
e)
Mengadakan karakterisasi nilai. Kemampuan tertinggi dalam kawasan afektif yaitu
mengkarakterisasikan nilai-nilai, maksudnya nilai-nilai itu sudah menjadi karakterisasi y ang siap untuk menjadi tingkah laku seseorang. 3) Kawasan Kemampuan Psikomotorik. Kemampuan psikomotorik meliputi lima tingkatan, yaitu: a)
Persepsi, yaitu proses kesadaran akan perubahan setelah keaktifan alat indra. Persepsi meliputi:
stimulasi, menyentuh bentuk sesuatu, merasakan sesuatu, membau dan memegang, serta mendiskriminasi tanda-tanda. b) Kesiapan, yaitu kemampuan membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan meliputi: kesiapan mental, fisik, dan emosional. c)
Respon terpimpin, yaitu kemampuan mencatat dan membuat laporan. Respon terpimpin
meliputi: imitasi, trial and error, mengikuti, serta mengadakan eksperimen. d) Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam aktivitas kompleks. Mekanisme meliputi: memilih, merencanakan, melatih, serta merangkaikan. e) Respon yang kompleks, yaitu penggunaan skill berdasarkan pengalaman. Respon yang kompleks meliputi: adaptasi, penggunaan skill untuk profesi, serta melaporkan atau menjelaskan. Selain komponen dan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran, ada juga beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Gino, dkk. (1995: 36-39) mengungkapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan y ang telah ditentukan dalam proses pembelajaran telah tercapai. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara l ain: 1) Minat Belajar Minat artinya kecenderungan yang agak menetap, di mana si subjek merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menarik minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, hendaknya guru memilih media dan metode pembelajaran yang sekiranya menarik bagi siswa, misalnya dengan mengajak siswa untuk belajar di lapangan atau di luar kelas. 2) Motivasi Belajar Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, guru dapat menempuh jalan sebagai berikut: a) Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya
dengan jalan mengadakan
penelitian, penyelidikan, percobaan, membuat sesuatu, dan kegiatan yang lain yang sekiranya dapat memotivasi siswa. b) Membantu siswa yang kurang pandai dalam pelajaran, mendorongnya agar bisa lebih maju dan mau berusaha untuk bisa mengikuti perkembangan teman-temannya yang lain yang memiliki pemahaman lebih. Bagi siswa yang sudah dapat mengikuti pelajaran dengan baik, guru harus bisa memotivasinya agar mau berusaha untuk lebih baik lagi dan mau membantu temannya yang m asih kurang mampu dalam pelajaran. 3)
Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa, dan harus sesuai dengan karakteristik siswa agar diminati o leh siswa.
4)
Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media dalam belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya media cetak (buku-buku, surat kabar, majalah, brosur) dan media elektronik (radio, televisi, komputer, tape recorder, dan lain-lain). Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta menarik minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. 5)
Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran adalah: a)
Suasana kekeluargaan yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang lancar antara guru dan
siswa, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Dengan terjalinnya hubungan akrab, maka siswa akan berani untuk mengungkapkan pendapatnya dalam suatu kegiatan pembelajaran. b)
Suasana sekolah yang nyaman, tenang, serta menyenangkan untuk melaksanakan
pembelajaran. c)
Kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar, sehingga suasana
bebas tetapi tetap disertai pengawasan dari g uru. d)
Jumlah siswa di dalam kelas tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan bagi guru untuk
memberikan perhatian yang cukup dan merata pada seluruh siswa. e)
Siswa belajar secara bervariasi, misalnya dengan berdiskusi, discovery, mengadakan
eksperimen, atau dengan mengadakan study tour untuk menghindari kejenuhan dalam belajar. 6) Kondisi Siswa yang Belajar Kondisi siswa adalah keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaan psikis siswa. Apabila siswa sedang sakit, maka secara otomatis siswa tidak dapat mengikuti pelajaran secara maksimal. Begitu pula jika siswa sedang dalam keadaan tertekan, atau sedang mempunyai masalah, siswa juga tidak dapat belajar dengan baik. 7) Kemampuan Guru Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru harus menyampaikan materi dengan cara tepat dan tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui. Selain itu, dalam menyampaikan materi, guru harus bisa memilih metode dan cara yang tepat agar dapat menarik siswa untuk mengikuti pelajaran. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun yang ada di belakang. Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan belajarmengajar. 8)
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pada siswa. Selama ini metode yang biasa digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam penerapan metode tersebut, gurulah yang aktif dalam kegiatan belajarmengajar. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak lagi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Menengah Pertama pada hakikatnya adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. 2.
Hakikat Inquiri
a. Pengertian Metode Inquiri Menurut Webster‟s Collegiate Dictionary kata inquiri (inquiry) berarti pertanyaan atau
penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inquiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaanpertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone (dalam Dahar dan Liliasari: 1986 ) b. Langkah-langkah pembelajaran inquiri Langkah-langkah pembelajaran inquiri adalah: 1) merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lainnya. c. Prinsip –prinsip Inquiri Dalam pembelajaran inquiri terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru, yaitu
sebagai berikut : 1). Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan utama pembelajaran inquiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir, karena inquiri didasari oleh teori kognitif yang menekankan arti penting proses internal seseorang. Dengan demikian, pembelajaran inquiri selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dalam pembelajaran inquiri bukan ditentukan oleh penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi y ang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. 2).
Prinsip Interaksi
Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Kegiatan pembelajaran selama menggunakan pendekatan inquiri ditentukan oleh interaksi siswa. Keseluruhan proses pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Guru hanya perlu menjadi fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. 3).
Prinsip Bertanya
Inquiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan pertanyaan yang dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama pembelajaran inquiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran inquiri adalah sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4). Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. d. Prinsip Keterbukaan Inquiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat. e. Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inquiri Metode inquiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan g uru dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Inquiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya. Peran utama seorang guru dalam proses pembelajaran inquiri menutrut Gulo, 2002) adalah : 1) Motivator. Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. 2) Fasilitator. Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. 3) Penanya. Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri. 4) Aministrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas. 5) Pengarah. Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6) Manajer. Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder. Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka pening katan semangat inquiri pada siswa f.
Kelebihan Inquiri
1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir. 2) Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluasluasnya. 3) Dapat melatih peserta didik untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi. g. Kelemahan Inquiri 1)
Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasan peserta didik yang tinggi.
Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif. 2) Metode inquri kurang cocok pada peserta didik tingkat dasar. 3.
Hakikat Berita
a. Pengertian Berita Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia – KBBI (2001: 140), Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; laporan; pemberitahuan; pengumuman. A.M. Hoeta Soehoet: 23 menyampaikan pengertian (definisi) berita, sebagai berikut: 1) Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia. 2) Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan menusia yang perlu baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya. 3) Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya. Menurut Jani Yosef (2009; 27- 32), Sebagian ahli komunikasi berpendapat ”nilai berita ” juga disebut sebagai ”nilai jurnalistik”. Terdapat 3 (tiga ukuran utama) dalam menentukan apakah suatu
fakta layak dijadikan berita, yaitu di antaranya : 1) Penting. Kata penting mengandung dua pengertian, pertama ialah orang penting (orang ternama) dan peritiwa penting. Media sering mengangkat peristiwa ataupun kegiatan yang dialami oleh orang penting menjadi sebuah berita. 2) Menarik. Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yaitu pada wartawan dan editor untuk menyeleksi berita yang layak disajikan atau terbit. Secara manusiawi, hal ”apa saja” atau ”siapa saja” yang memiliki nilai menarik dapat menimbulkan ” rasa ingin tahu” seseorang.
3) Human interest. Segala sesuatu yang memiliki nilai ”menyentuh insane manusia”, yang dapat menggugah perasaan seseorang dan membangkitkan rasa simpati khalayak. Contoh PMKS ( Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang tinggal di kolong jembatan dan ”minim” aka n
tingkat pendidikannya. 4) Kedekatan. Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan khalayak, baik dekat secara geografis maupun emosional (kekerabatan). Contoh kasus Lapindo di Sidoarjo. Masalah ini mempunyai daya tarik secara geografis dan emosional dari khalayak di wilayah Jawa dan Sekitarnya. 5) Ketegangan. Suatu peristiwa yang belum terselesaikan, akan tetapi akan menimbulkan kejadian lainnya. Contoh kasus Manohara, yang sampai dengan saat ini masih dalam ketegangan akan kebebasanya. 6) Kemajuan. Suatu peritiwa yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan di suatu negara, seperti prestasi gemilang anak bangsa di Pekan Raya Jakarta (PRJ ) dalam ajang lomba dan kreasi siswa SMK. 7) Berdampak Luas (impact). Kriteria lainnya dapat dipertimbangkan memiliki nilai berita ialah ”akibat” dari suatu peritiwa, keputusan atau kebijakan lembaga tertentu. Contoh kasus BBM (Bahan
Bakar Minyak) yang mengalami kenaikan harga, tentang konversi minyak tanah ke elpiji dan kebijakan lainnya. Hal ini berdampak luas kepada seluruh insan masyarakat, baik. itu berdampak positif maupun negatif. 8) Aktual. Unsur aktual sangatlah penting dalam kegiatan jurnalistik, khususnya dalam proses produksi berita ”Aktualitas”. Berkembangnya teknologi saat ini, menyebabkan aktualitas memiliki
tingkatan aktualnya mulai dari paling aktual, cukup aktual, dan kurang aktual.
Masri Sareb Putra (2006; 24-25), menyatakan dalam teknik peliputan berita itu mencakup 3 Tahapan, yakni : 1) Reportase (pencarian), wartawan mendatangi lokasi peristiwa atau kejadian. Setiba di lapangan, wartawan segera mengumpulkan data dan informasi sebanyak- banyaknya. 2) Wawancara, sebelum melakukan wawancara dengan narasumber. Wartawan harus menyediakan alat tulis dan tape recorder, kemudian merumuskan pertanyaan. Setelah itu. wartawan melakukan tanya jawab dengan saksi mata dan sumber lainya yang terkait dalam suatu peristiwa. Namun apabila informasi yang didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat mencari data dari tempat lain atau pihak-pihak terkait. 3) Riset Kepustakaan dan Kantor Berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan dapat mencari kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan k antor berita. Seperti menggunakan fasilitas internet, makalah dan kliping, atau dengan cara membeli berita dari kantor berita.Teknik peliputan ini ditentukan setelah adanya rapat proyeksi. Dalam rapat ini, para redaktur akan memberi penugasan kepada wartawan untuk mencari, menggali, dan mendapatkan info rmasi dari narasumber. Mengenai unsur penulisan berita yang dikenal dengan 5W+1H. Jani Yosef ( 2009: 122), menyatakan rumusan 5W+1H, terdiri atas : What : Menginformasikan apa yang terjadi. Who : Why
Menginformasikan siapa yang terkait dengan peristiwa.
: Menginformasikan kenapa atau mengapa ha itu terjadi.
Where : Menginformasikan di mana kejadian atau peristiwa itu terjadi. Whe How 4.
: :
Kapan peristiwa terjadi dan kapan pernyataan itu disampaikan. Bagaimana peristiwa itu terjadi.
Hakikat Majalah Pengertian Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat
artikel –artikel dari berbagai penulis (Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, Majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya. http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-majalah.html Menurut Kanis Barung, Djony Herfan, dan Joko Pinurbo (1998: 14-15) Arti penting majalah pengelolaan majalah sekolah dalam pengajar bahasa Indonesia. a.
Siswa dilatih menulis berbagai bentuk tulisan dengan memakai berbagai ragam bahasa
Indonesia yang sesuai dengan rubrik yang tersedia. Dalam majalah sekolah ada beberapa rubrik, misalnya rubrik informasi atau berita yang memungkinkan siswa menggunakan ragam bahasa jurnalistik, rubrik opini yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan ragam bahasa ilmiah, rubrik hiburan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan menerapkan penggunaan ragam bahasa. b.
Lewat majalah sekolah dipublikasikan karya cipta siswa, seperti puisi, cerita pendek, cerita
bergambar, dan cerita bersambung. c.
Kegiatan permajalahan dapat juga melatih siswa untuk terampil berbicara (dan menyimak)
sesuai dengan konteks komunikasi. Untuk itu, pengadaan bahan penerbitan dapat dilakukan melalui reportase. Dengan demikian, siswa harus mewawancarai beberapa tokoh yang yang menjadi sumber berita atau atau sumber bahan tulisan. Tentu saja efek lain dapat meningkatkan kebiasaan siswa berani berkomunikasi (secara resmi) dengan orang lain. Lagi-lagi ragam bahasa yang dipakai harus
sesuai dengan status orang yang yang dihadapi. Dengan kata lain, secara tidak sengaja siswa berlatih menggunakan ragam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Majalah adalah salah satu jenis dari media massa. Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisantulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah. Majalah biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya terdapat tulisan, di dalam majalah juga ada gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik. Gambar-gambar tersebut bisa berbentuk gambar orang, gambar benda, atau gambar kartun. B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1.
Waktu Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1 Surakarta” ini sudah penulis terapkan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di XII-AK 1
semester ganjil di tahun 2015/2016. 2.
Tempat Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1 Surakarta ” penulis terapkan di SMK NEGERI 1 Surakarta.
C. Hasil yang Dicapai dari Teknik yang Dipilih Setelah menerapkan pembelajaran teknik penulisan berita melalui inquiri dan media majalah sekolah dalam pembelajaran, di dalam maupun di luar kelas, banyak perubahan yang t erjadi pada peserta didik. Perubahan itu penulis ketahui dari observasi pada aktifitas peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran dan dari hasil angket dan wawancara dengan peserta didik. Perubahan itu antara lain sebagai berikut. 1.
Penerapan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di
SMK NEGERI 1 Surakarta Sangat Sederhana dan Praktis. Proses pembelajaran di kelas peserta didik memperoleh materi penulisan berita sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam RPP. Pembelajaran berdasarkan pada kompetensi isi, kompetensi dasar, indikator pencapaian pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan langkah-langkah: a) mengamati (observasi); b) menanya; c) mengumpulkan informasi; d) mengasosiasikan; e) mengkomunikasikan. Pembelajaran inquiri dengan langkah-langkah a) merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lainnya. Penulis menerapkan pembelajaran inquiri pada: a) KD3.1: Memahami struktur dan kaidah teks berita baik melalui lisan maupun tulisan; b) KD 4.1: Menginterpretasi makna teks berita baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan pada KD 4.2: Memproduksi teks berita penulis lebih menerapkan pada project best learning. Media untuk mengkomunikasikan kepada pembaca dengan memuatnya dalam majalah sekolah. Berikut proses pembelajaran hingga penerbitan majalah sekolah. Gambar 1. Pembelajaran di kelas materi penulisan berita
Cara Praktis dalam jurnalistik, pembuatan majalah seko lah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. a. Pertama Masa Persiapan. Pengelola majalah menyiapkan penerbitan majalah sekolah, yakni membuat proposal. Proposal hendaknya dibuat dan dibahas oleh seluruh pengelola. Mulai dari soal nama majalah, visi-misi, rencana rubrikasi, jumlah halaman, hingga rencana pemasukan dan pengeluaran dalam pembuatannya. Gambar 2. Pertemuan rencana penerbitan majalah sekolah b.
Kedua Masa Penulisan dan Pengeditan
Penulisan naskah pada dasarnya dapat dilakukan o;eh siswa, guru, maupun karyawan. Penulisan naskah berita dilakukan dengan teknik pencarian berita melalui metode inquiri dengan modal pertanyaan dengan rumus 5W+1H kepada narasumber. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya dilakukan rapat redaksi terlebih dulu. Jangan lupa, dalam redaksi itu harus ada kesepakatan bersama kapan batas akhir (deadline) pengumpulan naskah. Gambar 3. Hunting Berita oleh peserta didik Gambar 4. Penulisan naskah berita/artikel ( news prosessing) Gambar 5. Pemilihan naskah berita/artikel layak muat (news editing) c.
Penentuan Naskah Layak Terbit
Setelah semua tulisan masuk ke meja redaksi, l angkah berikutnya adalah menyelesaikan naskah layak muat dan mengeditnya. Editing dilakukan oleh editor, dan tugas itu bisa dilakukan oleh guru bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Gambar 6. Pengeditan Naskah berita/artikel Layak Muat d.
Lay out.
Pada masa ini, naskah yang telah dimuat ditata (lay out). Kalau pengelola majalah bisa me-lay out sendiri, itu lebih baik. Kalau tidak, minta bantuan orang lain yang ahli. Meski yang me-lay out orang lain, langkah baiknya ada salah seorang redaksi yang ikut mendampingi, untuk memudahkan lay outer manata sesuai dengan keinginan redaksi. Hasil lay out bisa diprint, untuk diedit ulang. Mungkin ada yang masih salah, kurang foto, atau yang lain. Langkah ini bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan isi majalah. Gambar 7. Proses Lay out untuk cover majalah oleh peserta didik e. Pracetak. Pada masa ini, pembuatan majalah 75 persen hampir jadi. Ibarat foto, tinggal membuat filmnya. Dalam tahap ini, pengelola dihadapkan pilihan apakah menggunakan film atau kalkir. Film pun ada dua pilihan yaitu separasi atau hitam putih.Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah. Kalau ingin bagus, bisa berbentuk film yang separasi. Tetapi kalau dananya terbatas, bisa menggunakan kalkir. Dalam pengamatan penulis, banyak pengelola majalah sekolah menggunakan film separasi untuk cover, sedangkan halaman isi menggunakan kalkir. Hal ini ditempuh dengan pertimbangan penghematan pengeluaran dana dan kualitasnya tidak begitu jelek. Dalam hal ini penulis bekerjasama dengan pihak majalah didik untuk membantu mewujudkan sebuah majalah jadi Gambar 8 Pracetak dan cetak bekerjasama dengan wartawan
f.
Kelima, pencetakan.
Ini adalah tahapan terakhir, dan sangat menentukan kualitas cetak majalah. Karenanya, redaksi harus hati-hati memilih percetakan yang betul-betul berpengalaman. Selain i tu, perlu diperjelas waktu selesai pencetakan. Jangan sampai waktunya meleset dari keinginan pengelola. Setelah kelima hal itu dilakukan, bukan berarti pekerjaan pengelola majalah selesai. Adalah yang tidak kalah penting, yakni membagi majalah ke tangan pembaca. 2.
Pembelajaran Berakhir dengan Menghasilkan Produk yang Di dokumentasikan dalam Bentuk
Majalah Sekolah. Produk hasil pembelajaran sudah selesai dibuat dilanjutkan dengan mengkomunikasikan kepada pembaca dalam hal ini adalah peserta didik. Selain presntasi di kelas penulis lebih mewujudkan dalam pemuatan di majalah sekolah. dengan memanfaatkan media maja lah sekolah peserta didik dapat menyalurkan kemampuan kreatifitasnya secara maksimal. Bentuk cover majalah sekolah yang penulis buat beserta peserta didik dengan cover depan dan cover belakang. Pembuatan Cover dibuat dengan memanfaatkan ap;ikasi Corel sebagai berikut: 3.
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK
NEGERI 1 Surakarta” Berhasil Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan akurat, penulis mengadakan ulangan sebanyak 2 kali. Ulangan pertama dilaksanakan penulis tanpa memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah. Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan buku B ahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, Terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014. Dilengkapi dengan lembar kerja dari guru dalam hal ini adalah penulis. Pada ulangan yang kedua penulis dalam pembelajaran memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah. Hasil yang dicapai setelah melakukan pembelajaran melalui inquiri dan media majalah sekolah dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil ulangan sebelum menggunakan metode inquiri dan media majalah sekolah dilaksanakan dengan hasil ulangan setelah guru menerapkan metode pembelajaran inquiri dan media majalah sekolah. Berikut daftar nilai peserta didik sebelum dan sesudah mamanfaatkan Inquiri dan media majalah sekolah DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1 SEBELUM MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH No. NIS Nama Siswa Nilai 1 11343 Aditiya Putri Ramadhan 51 2
11344 Afini Multiningsih 50 3 11345 Anggraeni Dea Alvialoka 64 4 11346 Anggraini Puspita Sari 64 5 11348 Astri Novitasari 52 6 11349 Burnia Eka Sanastri 64 7 11350 Diah Hayyu Nurmansa 60 8 11351
Dimah Widyaningsih 63 9 11352 Erlyana Widya Safitri 50 10 11353 Finca Ardila Arrinrin 52 11 11354 Govany Putri Permata Wury 50 12 11355 Herma Nugrahaningsih 65 13 11356 Ida Novita Sari 64 14 11357 Ismiyatun 64
15 11358 Krismonica Ayu Agustin 52 16 11359 Melodia Kenali Azhra 62 17 11360 Nova Indah Setyani 50 18 11361 Nur Anisah 62 19 11362 Nur Syamsiyah 61 20 11363 Okti Dwi Lestari 49 21 11364
Pratiwi Nugraheni 52 22 11365 Prisilia Mayang Sari 50 23 11366 Prita Astrid Mardaninggar 52 24 11367 Raka Resky Arum Ningtyas Sejati 52 25 11368 Resa Ramadani 50 26 11369 Riana Ika Dewi 52 27 11370 Riska Melina
51 28 11371 Siti Qomariyah 62 39 11372 Sri Utami 64 30 11373 Sri Wulan Cahya Ningrum 63 31 11374 Vianitasari Kusuma Pratiwi 64 Rata-rata 54 Nilai tertinggi 65 Nilaiterendah 49 Tabel 1: Nilai sebelum melalui inquiri dan majalah sekolah DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1 SETELAH MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH No. NIS
Nama Siswa Nilai 1 11343 Aditiya Putri Ramadhan 83 2 11344 Afini Multiningsih 82 3 11345 Anggraeni Dea Alvialoka 84 4 11346 Anggraini Puspita Sari 90 5 11348 Astri Novitasari 82 6 11349 Burnia Eka Sanastri
84 7 11350 Diah Hayyu Nurmansa 80 8 11351 Dimah Widyaningsih 83 9 11352 Erlyana Widya Safitri 77 10 11353 Finca Ardila Arrinrin 80 11 11354 Govany Putri Permata Wury 76 12 11355 Herma Nugrahaningsih 90 13
11356 Ida Novita Sari 84 14 11357 Ismiyatun 84 15 11358 Krismonica Ayu Agustin 75 16 11359 Melodia Kenali Azhra 82 17 11360 Nova Indah Setyani 75 18 11361 Nur Anisah 82 19 11362 Nur Syamsiyah
81 20 11363 Okti Dwi Lestari 79 21 11364 Pratiwi Nugraheni 75 22 11365 Prisilia Mayang Sari 75 23 11366 Prita Astrid Mardaninggar 77 24 11367 Raka Resky Arum Ningtyas Sejati 80 25 11368 Resa Ramadani 75 26
11369 Riana Ika Dewi 77 27 11370 Riska Melina 75 28 11371 Siti Qomariyah 75 39 11372 Sri Utami 80 30 11373 Sri Wulan Cahya Ningrum 79 31 11374 Vianitasari Kusuma Pratiwi 80 Rata-rata 80 Nilai tertinggi
90 Nilai terendah 70 Tabel 2: Nilai setelah melalui inquiri dan majalah sekolah Berdasarkan data di atas, Tampak bahwa rata-rata nilai peserta didik naik dari rata-rata 54 sebelum menggunakan inquiri dan media majalah menjadi rata-rata 80 setelah menggunakan inquiri dan media majalah. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan darai 5.4 menjadi 80. Disamping itu peserta didik juga semakin antusias dalam memproduksi penulisan berita dilanjutkan dengan mengkomunikasikan baik melalui presentasi di kelas m aupun melalui media majalah sekolah. E. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanakan Setiap pemecahan masalah pasti ada kendala yang dihadapi. Demikian juga dalam penerapan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah” yang ada di
SMK NEGERI 1 Surakarta. Meski demikian kendala tersebut tidak mengurangi semangat penulis untuk terus menerapkannya dalam pembelajaran dan pembimbingan peserta didik. Kendala -kendala tersebut antara lain sebagai berikut. 1.
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.
Secara umum peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran Bahasa indonesia, karena
terobsesi dengan anggapan pelajaran bahasa Indonesia pelajaran yang sulit dan membosankan. b.
SMK NEGERI 1 Surakarta konsentrasi pada program kompetensi manajemen, sehingga dalam
pelajaran yang sifatnya lebih banyak ke teoritis kurang begitu tertarik. Sedangkan pada mata pelajaran produktif, misalnya akuntansi, perpajakan, dan kearsipan lebih tertarik daripada pelajaran bahasa Indonesia. c.
Konsentrasi peserta didik menurun ketika pembelajaran bahasa Indonesia terjadwal pada
jam-jam akhir pembelajaran, karena SMK NEGERI 1 Surakarta selesai pembelajaran pukul 15.30. 2.
Dalam Pembimbingan (Majalah Sekolah) Peserta Didik
a.
Input nilai yang bervariasi.
b.
Pembimbing majalah sekolah terbebani mengajar lebih dari 24 jam per minggu.
c.
Waktu pembimbingan sangat kurang, karena peserta didik sudah menghabiskan waktu dalam
pembelajaran dan praktek. d.
Faktor biaya yang dibutuhkan untuk sumber dana terbatas.
F.
Faktor Pendukung
1.
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.
Ruangan kelas sebagai tempat penulisan naskah berita dalam pembelajaran di kelas cukup
nyaman, proporsional, dan nyaman. b.
Tersedianya LCD di setiap ruang kelas.
c.
Kepala sekolah yang selalu mendukung upaya peningkatan kreatifitas, kualitas, dan inovasi
pembelajaran, misalnya mengadakan supervisi kelas hingga pemberian tindak lanjut.
d. Teman-teman guru yang selalu siap diajak berdiskusi tentang pembelajaran demi kemajuan peserta didik. e. Peserta didik yang memiliki jiwa dan semangat yang tinggi untuk berkembang dan maju. 2.
Dalam Pembimbingan (Majalah Sekolah) Peserta Didik
a.
Kekompakan peserta didik dalam mempersiapkan penulisan berita dalam pembelajaran hingga
sampai pada penerbitan majalah sekolah. b.
Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sangat memadai.
c.
Peserta didik memiliki kualitas untuk mengembangkan diri untuk berkreatifitas sekaligus untuk
berprestasi. d. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa yang selalu siap diajak berdiskusi tentang materi dan strategi pembimbingan dalam segala bentuk kegiatan. e. Peserta didik tekun dalam mengikuti bimbingan dan menyelesaikan target pencapaian dalam belajar. G.
Alternatif Pengembangan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah”
merupakan perpaduan yang harmonis antara teknik penulisan strategi pembelajaran dan media sebagai tempat untuk mengkomunikasikan hasil karya peserta didik. Penulis sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan naskah berita di majalah sekolah selalu memberikan bimbingannya dengan semangat tinggi saat dibutuhkan oleh peserta. Terutama dalam pencarian berita, peserta didik harus sudah tertanam dengan kuat semangat inquiri. Dimana peserta didik didik harus melaksanakan tugas mencari bahan pemberitaan dengan modal beberapa pertanyaan untuk melakukan wawancara dengan nar asumber. Pembelajaran dengan strategi inquiri dibutuhkan kemampuan berpikir peserta didik, sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses menemuka sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Pada akhirnya akan memperoleh hasil berupa artikel berita yang layak terbit. Jadi alternatif pengembangan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah” terletak pada kemampuan berpikir peserta didik merupakan unsur untak yang
harus ada pada semua peserta didik. Pengembangan metode Inquiri dalam menemukan berita terletak pada bagaimana guru mampu mengarahkan strategi pembelajaran aktif ini dengan mengkombinasikan dengan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi ruang belajar dan karakteristik materi ajar. Karena model, metode, teknik dan media pembelajaran tidak selalu tepat untuk materi yang berbeda. Selain itu guru diakhr pembelajaran dapat melengkapi juga dengan memberikan penghargaan dan penguatan pada peserta didik di dalam pembelajaran. Bentuk penghargaan dan penguatan dapat dikembangkan guru sesuai dengan karakter peserta didik. Dalam hal ini satu penghargaan dapat termuat dalam majalah merupakan satu kebanggaan tersendiri bagi peserta didik.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kreatifitas peserta didik yang dicapai, peningkatan pemahaman terhadap teknik penulisan dan langkah-langkah menerbitkan majalah serta semangat peserta didik meningkat. Peningkatan tersebut berdampak baik pada peserta didik dalam hasil pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan menggunakan teknik penulisan berita melalui Inquiri dan media majalah sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode inquiri dan media majalah sekolah ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran penulisan berita pada kelas XII AK-1 semester ganjil 2015/2016. B. Rekomendasi 1.
Bagi guru, hendaknya menerapkan metode inquiri dalam pembelajaran dengan pengembangan
pada teknik dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas, karakteristik peserta didik, dan karakteristik materi ajar. Guru harus selalu memberikan penguatan dan penghargaan kepada peserta didik, baik ketika berhasil ataupun gagal dalam menyelesaikan masalah/tugas. Metode inquiri diterapkan pada semua mata pelajaran di luar Bahasa Indonesia. 2.
Bagi guru Bahasa Indonesia yang membimbing penulisan majalah, bisa menerapkan metode
inquiri ini dalam pembimbingan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat dan karakteristik peserta didik. 3.
Bagi Kepala Sekolah, hendaknya menyarankan semua guru untuk menerapkan metode inquiri
agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran, baik di dalam
maupun di luar kelas (outdoor learning). Kepala sekolah hendaknya juga memberikan dukungan penuh bagi guru yang malakukan upaya peningkatan kualitas sekolah, baik secara materiil maupun immaterial.
DAFTAR PUSTAKA Akhlan Husein dan Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Barung, Kanis, dkk. Dasar- Dasar Penerbitan Majalah Sekolah. Jakarta: 1998. Grasindo, Dahar, R.W., dan Liliasari. 1986. Interaksi belajar mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta. Hoeta, Soehoet, AM. 2003. Dasar- Dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP. Gino, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Gulo, 2002. Pembelajaran Inquiri. Bandung : PT Genesindo Hambalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Putra, Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Tarigan, Djago dan Akhlan Husen. 1996. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMTP. Jakarta: Depdikbud, Waluyo, Herman. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita. Yosef, Jani. 2009. To Be Journalist Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. e-jurnal. 2013. Pengertian Majalah. http://www.ejurnal.com/2013/12/pengertianmajalah.html