1. Pengertian
Menurut Hirtz, DG, Nelson DG (1992) Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan gejala demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38OC rektal atau lebih 37,8O C aksila.
Kejang demam atau dikenal juga sebagai stuip atau stip. Kejang karena demem bukan terjadi karena infeksi pada susunan saraf pusat. Namun, naiknya suhu diatas 38oC. serangan kejang berlangsung, jika anak terkena demam tinggi atau radang tenggorokan. Setidaknya, Setidaknya, ada dua jenis kejang demam, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Keduanya sering dialami anak dibawah 1,5 tahun (Eveline, 2010). 2. Etiologi Kejang Demam
Demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam pada anak.7 Demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebagian besar mengalami kejang pertama kali pada usia kurang dari dua tahun.
3. Patofisiologi Kejang Demam
Untuk mempertahankan mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut diperlukan oksigen yang disediakan melalui perantaraan perantaraan paru-paru. Oksigen dari paru-paru ini diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Suatu sel, khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran permukaan luar. Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion Kalium (K + ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium ( Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali oleh ion Klorida (Cl- ). Akibatnya konsentrasi konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran membran tadi dapat berubah karena adanya : perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang datang mendadak seperti rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya, dan perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat Celsius akan meningkatkan meningkatkan metabolisme karbohidrat 10%-15%, sehingga dengan adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan glukosa dan oksigen. Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk jaringan otak. Pada keadaan metabolism di siklus Creb normal, satu molekul glukosa akan menghasilkan 38 ATP. Sedangkan pada keadaan hipoksia jaringan metabolisme berjalan anaerob, satu molukul glukosa hanya akan menghasilkan 2 ATP, sehingga pada keadaan hipoksi akan kekurangan energi dan mengganggu fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat oleh sel g1ia (Graddener dalam Fuadi 2010)
4. Tanda dan Gejala Demam Kejang
Kejang karena demam, biasa juga disebut dengan kejang demam atau stuip atau stuip atau setep, atau setep, adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu. Naiknya suhu badan pada anak balita dapat saja merangsang merangsang kerja syaraf jaringan otak secara berlebihan, sehingga jaringan otak tidak t idak dapat lagi mengoordinasi pada anggota gerak tubuh, antara lainpada lengan dan kaki. Akibatnya, terjadilah kejang-kejang antara lain pada lengan dan kaki anak balita (Eveline:2010) (Eveline:2010) Gejalanya berupa: 1) Demam. 2) Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat berhenti beberapa saat. 3) Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang, disusul munculnya gerakan kejut yang kuat. 4) Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik keatas. 5) Gigi terkatup dan tekadang disertai muntah. 6) Napas dapat dapat berhenti selama selama beberapa beberapa saat (kadang-kadang). (kadang-kadang). 7) Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil. 5. Pemeriksaan dan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam mengevaluasi kejang demam, diantaranya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan ini tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, gula darah dan urinalisis 2.
Elektroensefalografi Elektroensef alografi (EEG) sebagian besar anak dengan bangkitan kejang demam
didahului lama demam kurang dua jam. Setiap kenaikan suhu 0,3°C secara cepat akan menimbulkan discharge di daerah oksipital, discharge di daerah oksipital dapat dilihat dan hasil rekaman EEG. Kenaikan mendadak suhu tubuh menyebabkan kenaikan kadar asam glutamate dan menurunkan kadar glutamin tetapi sebaliknya kenaikan suhu tubuh secara pelan tidak menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat. Perubahan glutamine menjadi asam glutamat dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh. Asam glutamat merupakan eksitator, sedangkan GABA sebagai inhibitor tidak dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh mendadak (Haglun:1990) (Haglun:1990)
3. CT-Scan atau MRI kepala Foto Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan dan dilakukan jika ada indikasi seperti kelainan neurologis fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas), terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI, edema papil).
Daftar Pustaka Budiarto G. Patofisiologi G. Patofisiologi epilepsi. Dalam: Penatalaksanaan Penatalaksanaan kejang yang rasional . Surabaya: Gramik FK UNAIR;1998
Eveline (2010). Panduan (2010). Panduan merawat merawat bayi dan balita. jakarta: Kawah Kawah media
Fuadi, 2010, factor 2010, factor resiko bangkitan bangkitan kejang demam demam pada anak , sari pediatric, Vol.12, No.3
Haglun M M, Schwartzkroin P A. Role of Na-K pump potassium regulation IPSPs in seizures and spreading depression in immature rabbit hippocampal slices. J Neurophysiol 1990
Hirtz DG, Nelson KB. Febrile seizures. Dalam: David RB. David RB. Pediatric neurology for the clinician. clinician. Norwalk: Appleton & Lange;1992