48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ektra kardiak, tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai mekanisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama juga. Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda atau usia lanjut.
Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia supraventrikular dan aritmia ventrikular berdasarkan letak lokasi yaitu apakah di atrial termasuk AV Node dan berkas His atau kah di ventrikel mulai dari invra his bundl. Selain itu aritmia juga dibagi menurut denyut jantung yaitu : Bradikardi ataupun Takikardi, dengan nilai normal berkisar antara 60-100x/menit. Tergantung dari letak fokus, selain menyebabkan Vetricular Extra Systol(VES), dapat terjadi Supra Ventriculare Extra Systol (SVES) atau Supra Ventriculare Tachycardy (SVT) didalam fokusnya berasal dari berkas his diatas. Oleh karena itu, penulis memilih judul "Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Aritmia"
Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi serta penatalaksanaan pada Aritmia ?
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Aritmia?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi serta penatalaksanaan pada Aritmia.
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Aritmia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium.Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
Aritmia Dapat digolongkan menjadi :
Gangguan pembentukan impuls
Pada Nodus Sinoatrial
Pada Atrium
Bradikardia Sinus
Takikardia Sinus
Aritmia Sinus
Henti Sinus
Ekstrasistolik atrial
Takikardia atrial
Atrial Flutter
Fibrilasi Atrial
Pada Pengubung AV Node
Pada Ventrikel
Ekstrasistolik penghubungAV
Takikardia penguhung AV
Ekstrasistolik Ventrikular
Takikardia Ventrikular
Ventrikular Flutter
Gangguan panghantaran impuls
Blok sino-atrial
Blok sino-ventrikular
Blok intraventrikular
Keterangan :
Kelainan
Ciri-ciri
Hasil EKG
Bradikardia Sinus
Kecepatan jantung < 60x/menit
Biasanya terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial dan IM
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuksama dalam 1 lead panjang.
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
Takikardia Sinus
HR : > 100x/menit
Gel P, normal, diikuti gel QRS & T
PR : normal (0,12-0,20)
Irama : reguler, semua gel. sama
Aritmia Sinus
Terdapat perbedaan interval PP terpanjang dan terpendek > 0,12 detik
Irama tidak teratur
Frekuensi 60-100x/menit
Gel P normal dan dikuti ole gel QRS & T
Interval PR normal 0,12-0,20 detik
Gel QRS normal 0,06-0,12 detik
Henti Sinus
Irama teratur kecuali pada grafik yang hilang
Frekuensi biasanya <60x/menit
Gel P normal kecuali pada grafik yang hilang tidak ada gel P
Interval PR normal kecuali pada grafik yang hilang
Gel QRS normal 0,12-0,20 detik
Takikardia Atrial
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Atrial Flutter
Irama teratur/ irreguler
Frekuensinya 250-400x/menit
Ciri utama yaitu gelombang P tidak ada digantika dengan bentuk yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal
Gel T bisa ada namun tertutup dengan gel flutter
Fibrilasi Atrial
Frekuensinya 350-600x/menit
Gel P tidak jelas, tampak undulasi yang ireguler
QRS tampak normal
Irama ireguler dan biasanya cepat
Begemini Ventrikel
Frekuensinya dapat terjadi biasanya <90x/menit
Gel P dapat tersembunyi dalam komples QRS
Irama ireguler
Takikardia Ventrikular
Frekuensi 150-200x/menit
Gel P bisa terlihat bisa tidak
Irama reguler tetapi dapat juga terjadi takikardia ventrikular ireguler
Torsade de Point
Irama tidak teratur
Frekuensi 200-300x/menit
Gel P tidak ada
Interval PR tidak dapat dihitung
Interval QT memanjang
Kompleks QRS tidal normal (besar)
Asistol Ventrikular
Frekuensi tidak ada
Gel P mungkn ada tetapi tak dapat dihantarkan ke nodus AV dan ventrikel
Irama tidak ada
Blok AV I
Gel P mendahului setiap kompleks QRS
Interval PR > 0,20 detik
Gel P bertumpuk pada gel T didepannya
Kompleks QRS mengikuti P
Irama biasanya reguler
Blok AV II
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal,
RR interval irregular
PR interval harus sama di tiap beat!!
Panjangnya bisa normal dan lebih dari normal.
Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.
Blok AV total
Irama regular
Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel.
Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek
QRS lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.
2.2 Etiologi Aritmia
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu banyak.Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur.Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.
Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
2.3 Patofisiologi Aritmia
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu lebih besar.
Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obt.
Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu antara lain:
Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.
Debar ektopik dan irama ektopik:
Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang dicerna.
Takikrdi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.
Manisfestasi Klinis Aritmia
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
Sinkop pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
2.5 Penatalaksanaan Aritmia
Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Kelas 2
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
kelas 3
1. Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
kelas 4
1.Verapamil,indikasi supraventrikular aritmia
Terapi mekanis
Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Pemeriksaan Penunjang
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
2.6 Asuhan Keperawatan secara Teori
Pengkajian
Biodata Pasien
Nama Klien :
Jenis Kelamin :
Suku/bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Pada kasus disritmia, ditemukan keluhan utama adanya kelelahan sampai sinkop
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit jantung, hipertensi.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke, dan lain-lain.
Aspek Sosial
Pada aspek socialdapat ditemukan hubungan ketergantungan karena klien merasa lelah saat melakukan aktifitasnya
Pengkajian Fisik
Keadaan Umum :
Kaji (GCS) tingkat kesadaran dan kaji pula sensasi saraf (Nervus I-XII )
Respon Membuka
Spontan
4
Berdasarkan perintahverbal
3
Berdasarka rangsangan nyeri
2
Tidak member respon
1
Respon Verbal
Orientasi baik
5
Konversi kacau (bicara bingung)
4
Kata-kata kacau (tidak sesuai)
3
Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata)
2
Tidak memberikan respon
1
Respon Motorik
Menurut perintah
6
Melikalisir rangsangan nyeri
5
Menarik/berlawanan rangsangan nyeri
4
Fleksi abnormal (terhadap nyeri)
3
Ekstensi (terhadap nyeri)
2
Tidak member respon
1
Keterangan :
Compos mentis : 15
Somnolen : 12-14
Soporus : 8-11
Coma : 3-7
Kaji TTV (Tanda-tanda Vital) :
RR, Nadi, TD, dan Suhu. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi
mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat.
Syaraf
Nervus I
Olfaktori /penciuman
Nervus II
Optic /penglihatan
Nervus III
Okulomotor / gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil
Nervus IV
Trokhlear /gerak bola mata ke atas ke bawah
Nervus V
Trigeminal / sensori kulit wajah, penggerak otot rahang
Nervus VI
Abdusen / gerak bola mata menyamping
Nervus VII
Fasial / ekspresi fasial dan pengecapan
Nervus VIII
Oditori /pendengaran
Nervus IX
Glosovaringeal / gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah
Nervus X
Vagus / sensasi faring, gerakan pita suara
Nervus XI
Asesori / gerakan kepala dan bahu
Nervus XII
Hipoglosal / posisi lidah
Aktivitas :Kelelahan umum.
Sirkulasi : Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi
mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat.
Integritas Ego : Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
Makanan/Cairan : Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
Nyeri/Ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah.
Pernafasan : Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
Sistem Kardio : terdapat suara S3 dan S4
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen
Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Ansietas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian.
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya informasi.
Intervensi Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
Tujuan :
Dalam waktu 2x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan TTV dalam batas yang dapat diterima dan bebas gejala gagal jantung
Kriteria Hasil :
Klien akan melaporkan episide dispnea
Tekanan darah dalam batas normal
Nadi 80x/menit tidak terjadi disritmia
Denyut jantung dan irama teratur
CRT <3 detik
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung
Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan infark miokardium yang lebih dari 24 jam pertama.
Periksa keadaan klien dengan auskultasi nadi, aspek : kaji frekuensi, irama jantung
Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel, kontraksi prematur dari atrial, takikardia atrial proksimal, kontraksi prematur dari ventrikel, dan fibrilasi atrial disritmial umum berkenaan dengan gagal jantung kongestif meskipun yang lainnya
Palpasi nadi perifer
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk diatasi.
Pantau output urine, catat kepekatan atau konsentrasi urine.
Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium
Kaji perubahan pada sensorik (cemas)
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral akibat dari penurunan curah jantung.
Berikan istirahat semirekumben pada tempat tidur.
Istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
Berikan istirahat sikologis dengan suara yang tenang
Stres emosi menghasilkan fasokontriksi yang terkait meningkatkan TD dan frekuensi jantung.
Kolaborasi
Pemberian obat anti disritmia
Menghambat perangsangan adrenerjik dari jantung, menekan eksitabilitas dan kontraktilitas dari miokardium.
Berikann bretilium dan amiodaron
Meningkatkan masa refrakter dan memperpanjang masa kerjanya.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan :
Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas
Kriteria Hasil :
Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat terutama mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Menurunkan kerja miokard/ konsumsi oksigen yang akan berdampak pada peningkatan suplai darah ke jaringan
Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen, (mengejan saat defekasi)
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi , menurunkan curah jantung dan takikardi serta peningkatan TD
Pertahankan tirah baring sementara sakit akut
Untuk mengurangi beban kerja jantung, menurunkan kebutuhan miokard
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venous return
Berikan waktu yang cukup untuk istirahat dan aktivitas
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung
Pertahankan penambahan Oksigen sesuai kebutuhan
Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja, dan frekuensi napas serta keluhan subjektif
Melihat dampak aktivitas terhadap fungsi jantung
Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Tujuan :
Perbaikan perfusi perifer
Kriteria Hasil :
Kulit hangat dan kering
Klien memperlihatkan perbaikan status mental
Klien mengatakan nyeri dada hilang/ berkurang
Mendemonstrasikan teknik relaksasi
Klien terlihat rileks
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status mental klien secara teratur
Mengetahui derajat hipoksia pada otak
Kaji warna kulit, suhu, sianosis,nadi perifer, dan diaforesis secara teratur
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tekanan perifer
Kaji kualitas peristaltik, pasang sonde
Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak penurunan elektrolit
Kaji adanya kongesti hepar pada kuadran kanan atas
Sebagai dampak gagal jantung kanan, jika berat, akann ditemukan adanya tanda kongesti
Ukut tanda vital, periksa Lab, : Hb, Ht, BUN, Sc, BGA sesuai kebutuhan
Untuk mengetahui keefektifan dan vaskularisasi secara keseluruhan. Jika terjadi dekompensasi ditambah komplikasi Hb rendah dan Ht tinggi akan memperberat gangguan perfusi. Gangguan perfusi yang berat akan mengurai aliran darah ke ginjal sehingga ginjal dapat mengalami gangguan fungsi.
Ansietas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ansietas berkurang
Kriteria Hasil :
Gelisah hilang dan klien kooperatif
Tindakan di programkan
Mengenal perasaannya dengan petugas
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tanda tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan
Level kecemasan berkembang ke panik yang merangsang respons simpatis dengan melepaskan katekolamin. Hal ini meningkatkan kebutuhan Oksigen miokard
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan tenang dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
Temani pasien selama periode kecemasan tinggi, beri dorongan dan suara tenang
Pengertian dan empati merupakan bagian dari pengobatan, serta dapat mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien
Bantu Klien mengekspresikan perasaan marah, takut
Cemas berkelanjutan berdampak serangan jantung selanjutnya
Hindari konfrontasi
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan memperlambat penyembuhan
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Lakukan pendekatan dan komunikasi
Untuk membina rasa saling percaya
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat memahami tentang kondisi dan cara pengobatan.
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
Mengetahu derajat kondisi jantung pasien
Jelaskan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
Untuk meningkatkan pemahaman pentingnya komunikasi terapeutik bagi kesembuhan pasien
Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
Meningkatkan pemahaman pasien terhadap keteraturan minum obat.
Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
Meningkatkan pemahaman pasien tentang managemen waktu dengan baik. Kapan waktu untuk istirahat dan waktu untuk aktivitas
Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
Memudahkan pasien untuk melakukan anjuran tenaga medis ketika sudah diperbolehkan pulang.
BAB III
KASUS SEMU
Tn. A seorang pegawai negeri berumur 58 tahun.Pada tanggal 10 Januari 2015, pukul 17.00 pasien pulang kerja, Saat itu pasien merasa badannya lemas dan lelah sampai jatuh pingsan, sehingga dibawa kelurganya ke UGDPasien mengeluh sangatlelah dan lemah hingga beliau jatuh pingsan. Saat dilakukan pengkajian. Kesadaran somnolen dengan GCS : 3 6 4. Pasien badanya terasa lemas. Nyeri pada dadanya. Pasien berkeringat dingin dan pucat. Turgor buruk, waktu pengisian kapiler >3 detik.Pasien gemetar. TD : 90/80 mmHg. Suhu : 36,5 oC. Nadi : 50x/ menit. RR : 24x/menit. Hasil EKG didapat :Irama irreguler
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : L
Suku/bangsa : jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Alamat : Perak Jombang
Tgl MRS : 10 Januari 2015
Tgl Pengkajian : 11 Januari 2015
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluhan Utama
Lelah (lemas)
Riwayat MRS
Pada tanggal 10 Januari 2015, pukul 17.00 pasien pulang kerja, Saat itu pasien merasa badannya lemas dan lelah sampai jatuh pingsan, sehingga dibawa kelurganya ke UGD. Setelah itu pasien sadar dan dipindahkan ke Pav. Kemuning. Saat dilakukan pengkajian.Kesadaran Somnolen dengan GCS : 3 4 6 dan nyeri pada dadanya. Pasien berkeringat dingin dan pucat. Turgor buruk, waktu pengisian kapiler >3 detik. TD : 90/80 mmHg. Suhu : 35,5 oC. Nadi : 50x/ menit. RR : 24x/menit
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarganya mengatakan Pasien pernah sakit jantung dan masuk RSUD Jombang. Pada 3 tahun yang lalu dan memiliki Riwayat penyakit IM akut (Infarkd Miokard)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa ada salah satu saudara dari pasien, almarhum ayahnyapernah menderita penyakit jantung.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan rumah bersih cukup terjaga.
NO
POLA
Sebelum MRS
Saat MRS
1.
Persepsi
Penggunaan obat sesuai resep dokter
Pasien mandi dan gosok gigi 2x sehari
Penggunaan obat sesuai resep dokter
Paasien hanya di seka dan tidak gosok gigi
2.
Nutrisi
Pasien makan 3x sehari 1 porsi habis
Menu: nasi,lauk,sayur
Pasien makan 3x sehari 1 porsi habis
Menu : bubur
3
Eliminasi
BAB 1x sehari. Konsistensi : lembek, bau khas, warna kuning kecoklatan
BAK 3-4 x sehari
BAB 1x sehari
Konsistensi : lembek, bau khas, warna kuning kecoklatan
BAK 3-4 x sehari
4
Aktivitas
Sebagai kepala keluargabekerja sebagai pegawai negeri.
Pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur dan memerlukan bantuan perawat
Skala ADL 3
5
Istirahat tidur
Pasien tidur siang 1 jam / hari
Pasien tidur malan 7 jam / hari
Pasien tidur siang 3 jam / hari sering bangun
Pasien tidur malam 6-7 jam/ hari sering terbangun
6
Sensori dan kogninif
Penglihatan
Pasien menggunakan kaca mata (+) rabun dekat
Pendengaran
Pasien dapat mendengar dengan baik (jarak 5-6 meter)
Penglihatan
Pasien menggunakan kaca mata (+) rabun dekat ,
Pendengaran
Pasien dapat mendengar dengan baik (jarak 5-6 meter)
7
Persepsi dan konsep diri
Gambaran diri
Tidak ada gangguan pada fisik
Ideal diri
Pasien ingin selalu sehat dan dijauhkan dari penyakit
Harga diri
Pasien berusaha untuk kehidupan yang lebih baik
Peran diri
Berperan sebagai kepala keluarga
Gambaran diri
Tidak ada gangguan pada fisik
Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh agar bisa segera pulang
Harga diri
Pasien bersikap kooperatif dengan petugas medis
Peran diri
Peran diri terganggu karena pasien tidak bisa beraktifitas seperti biasanya
8
Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar rumah baik
Hubungan dengan petugas dan lingkungan rumah sakit baik
9
Seksualitas
Pasien seorang laki-laki
Pasien seorang laki-laki
10
Penanganan stress
Pasien berusaha mengatasi masalahnya sendiri jika berada dalam kesulitan
Pasien meminta bantuan keluarga untuk mengatasi maslahnya
11
Keyakinan-nilai
Pasien beribadah rutin sholat 5 waktu
Pasien hanya bisa berdoa di tempat tidurya
Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
KeadaanUmum : Pasien tampak lemah dan pucat
Kesadaran : Somnolen
3
Px membuka mataberdasarkan perintahverbal
4
Px berbicara kacau (bingung)
6
Px menurut akan perintah
Kepala
Inspeksi
simetris,penyebaran rambut merata,warna rambut hitam beruban,kulit kepala bersih,wajah simetris.
Mata
Palpasi
tidak ada tekanan intra okuler
Inspeksi
Simetris, kelopak mata tidak peradangan, pasien menggunakan kacamata.
Telinga
Inspeksi
Simetris, bersih, tidak ada benjolan
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi
Terdapat pernapasan cuping hidung
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi
Membran mukosa pucat
Leher
Inspeksi
Bentuk simetris
Palpasi
Tidak ada benjolan
Dada
Paru-paru&Jantung
Palpasi
Bradikardia, Tekanan darah menurun, nyeri dada
Auskultasi
Adanya bunyi tambahan S3 suara gallop
Abdomen
Palpasi
Tidak ada pembesaran Limpa, tidak adanya nyeri tekan
Tidak ada pembesaran hepar, tidak adanya nyeri telan kanan atas
Ekstremitas Atas dan Bawah
Kelemahan otot turun ADL 3, butuh bantuan perawat
Intergumen
Turgor kulit baik, berkeringat
Adanya eritemia pada kulit tubuhnya
Genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki
Analisa Data :
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
DS :
Px mengatakan tubuhnya gemetar
DO :
Kesadaran somnolen
CRT > 3detik
TD : 90/80 mmHg.
Nadi : 50x/ menit.
EKG : Bradikardi
Penurunan curah jantung
Perubahan frekuensi jantung
DS :
Px mengeluh lemas
DO :
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Warna kulit pucat
Turgor buruk
TD : 90/80
Nadi : 50x/menit
Suhu : 35,5oC
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Penurunan Curah jantung
DS :
Pasien mengeluh lelah dan lemah, setelah beraktivitas
DO :
Px Bed Rest
Skala ADL 3
TD : 90/80 mmHg.
Suhu : 35,5 oC
Nadi : 50x/ menit.
RR : 24x/menit.
EKG : Bradikardi
Intoleransi Aktifitas
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Dx :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama ditandai dengan :
Px mengatakan tubuhnya gemetar
Kesadaran Somnolen
CRT > 3detik
TD : 90/80 mmHg.
Nadi : 50x/ menit.
EKG : Bradikardi
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung yang ditandai dengan :
Px mengeluh lemas
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Warna kulit pucat
Turgor buruk
TD : 90/80
Nadi : 50x/menit
Suhu : 35,5oC
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan :
Pasien mengeluh lelah dan lemah, setelah beraktivitas
Px Bed rest
Skala ADL 3
TD : 90/80 mmHg.
Suhu : 35,5 oC
Nadi : 50x/ menit.
RR : 24x/menit.
EKG : Bradikardi
Intervensi 1
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
11/01/15
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama ditandai dengan:
Px mengatakan tubuhnya gemetar
Kesadaran somnolen
CRT > 3detik
TD : 90/80 mmHg.
Nadi : 50x/ menit.
EKG : Bradikardi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi
Kriteria Hasil
Px mengatakan tidak gemetar lagi
Kesadaran compos mentis
CRT <3 detik
TD : 120/80 mmHg
Nadi:60-100x/menit
EKG Sinus Rytmis
Mandiri :
Auskultasi nadi perifer, kaji frekuensi, irama jantung
Catat bunyi jantung
Palpasi nadi perifer
Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, binggung, disorientasi, cemas dan depresi
Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi
Berikan lingkungan yang tenang: terhindar dari stres
Kolaborasi
Berikan obat antidisritmia
Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
Bantu pemasangan/ memperthankan fungsi pacu jantung
Untuk mengkonpensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler.
Irama gallop umum (s3 dan s4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya naadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.
Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkatkan pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
Istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen miokard dan kerja berlebihan.
Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung
Menghambat perangsangan adregenik dari jantung, menekan, eksitabilitas, dan kontraktilitas miokard
Dapat digunakan pada disritmia tidak stabil untuk menyimpan frekuensi jantung normal, menghilangkan gejala gagal jantung
Pacu sementara untuk meningkatkan pembentukan impuls
Intervensi 2
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
11/01/15
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung yang ditandai dengan :
Px mengeluh lemas
Px bed rest
Skala ADL 3
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Warna kulit pucat
Turgor buruk
TD : 90/80
Nadi : 50x/menit
Suhu : 35,5oC
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah ketidakefektifan jaringan perifer dapat teratasi
Kriteria Hasil
Px tidak mengeluh lemah
Waktu pengisian kapiler <3 detik
Warna kulit tidak pucat
Turgor baik
TD: 120/80
Nadi: 60-100x/menit
Suhu: 36,5-37,50C
Kaji status mental klien secara teratur
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer secara teratur
Ukur tanda vital, periksa lab: HB, HT, BUN, BGA sesuai kebutuhan
Mengetahui derajat hipoksia pada otak
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer
Untuk mengetahui keadekuatan fungsi dan vaskuleresaasi secara keseluruhan jika terjadi dekompensasi ditambah komplikasi hb rendah dan HT tinggi akan memperberat gangguan perfusi. Gangguan perfusi berat (PCO2 tinggi) akan mengurangi aliran darah ke ginjal sehingga ginjal dapat mengalami gangguan fungsi yang dapat dimonitor dari peningkatan kadar BUN, SC
Intervensi 3
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
11/01/15
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan :
Pasien mengeluh lelah dan lemah, setelah beraktivitas
TD : 90/80 mmHg.
Suhu : 35,5 oC
Nadi : 50x/ menit.
RR : 24x/menit.
EKG : Bradikardi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah intoleransi aktifitas dapat teratasi
Kriteria Hasil
Px mengatakan lelah hilang
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5-37,5oC
Nadi:60-100x/menit
RR : 16-24x/menit
EKG Sinus Rytmis
Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Pertahankan tirah baring sementara sakit akut
Berikan waktu yang cukup untuk istirahat dan aktivitas
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard
Menurunkan kerja miokard/ konsumsi oksigen yang akan berdampak pada peningkatan suplai darah ke jaringan
Untuk mengurangi beban kerja jantung, menurunkan kebutuhan miokard
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung
Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien
Implementasi 1
Hari/ tanggal
IMPLEMENTASI
Tanda tanagn
11/01/15
Mengauskultasi nadi perifer, kaji frekuensi, irama jantung
Mencatat bunyi jantung
Melakukan palpasi pada nadi perifer
Memantau haluaran urine, mencatat penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
Mengkaji perubahan pada sensori, contoh letargi, binggung, disorientasi, cemas dan depresi
Mengatur lingkungan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi
Mengatur lingkungan yang tenang: terhindar dari stress
Memberikan obat antidisritmia
12/01/15
Mengauskultasi nadi perifer, kaji frekuensi, irama jantung
Mencatat bunyi jantung
Melakukan palpasi pada nadi perifer
Memantau haluaran urine, mencatat penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
Mengkaji perubahan pada sensori, contoh letargi, binggung, disorientasi, cemas dan depresi
Mengatur lingkungan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi
Mengatur lingkungan yang tenang: terhindar dari stress
Memberikan obat antidisritmia
Implementasi 2
Hari/ tanggal
IMPLEMENTASI
Tanda tanagn
11/01/15
Mengkaji status mental klien secara teratur
Mengobservasi warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer secara teratur
Memantau tanda vital, periksa lab: HB, HT, BUN, BGA sesuai kebutuhan
12/01/15
Mengkaji status mental klien secara teratur
Mengobservasi warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer secara teratur
Memantau tanda vital, periksa lab: HB, HT, BUN, BGA sesuai kebutuhan
Implementasi 3
Hari/ tanggal
IMPLEMENTASI
Tanda tanagn
11/01/15
Mencatat frekuensi jantung, irama, perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Meningkatkan istirahat, membatasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Menganjurkan psien untuk mempertahankan tirah baring sementara sakit akut
Menganjurkan pasien dapat mengatur waktu yang cukup untuk istirahat dan aktivitas
Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
12/01/15
Mencatat frekuensi jantung, irama, perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Meningkatkan istirahat, membatasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Menganjurkan psien untuk mempertahankan tirah baring sementara sakit akut
Menganjurkan pasien dapat mengatur waktu yang cukup untuk istirahat dan aktivitas
Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Evaluasi
Diagnosa 1
Tanggal
Perkembangan
11/01/15
S :
Px mengatakan tubuhnya masih gemetar
O :
Kesadaran somnolen
CRT < 3detik
TD : 120/80 mmHg.
Nadi : 50x/ menit.
EKG : Bradikardi
A :Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi !
Mandiri
Auskultasi nadi perifer, kaji frekuensi, irama jantung
Catat bunyi jantung
Palpasi nadi perifer
Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi
Kolaborasi
Berikan obat antidisritmia
12/01/15
S:
Px mengatakan tidak gemetar lagi
O :
Kesadaran compos mentis
CRT < 3detik
TD : 120/80 mmHg.
Nadi : 60x/ menit.
EKG : Sinus Rytmis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi !
Diagnosa 2
Tanggal
Perkembangan
11/01/15
S :
Px mengeluh lemas
O:
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Warna kulit tidak pucat
Turgor baik
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 50x/menit
Suhu : 36,6oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi !
Mandiri
Kaji status mental klien secara teratur
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer secara teratur
Ukur tanda vital, periksa lab: HB, HT, BUN, BGA sesuai kebutuhan
12/01/15
S :
Px tidah merasa lemas
O:
Waktu pengisian kapiler <3 detik
Warna kulit tidak pucat
Turgor baik
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 60x/menit
Suhu : 36,6oC
A : Masalah teratasi
P : hentikan Intervensi !
Diagnosa 3
Tanggal
Perkembangan
11/01/15
S:
Pasien mengeluh lelah dan lemah, setelah beraktivitas
O:
TD : 120/80 mmHg.
Skala ADL 3
Suhu : 35,5 oC
Nadi : 50x/ menit.
RR : 24x/menit.
EKG : Bradikardi
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi !
Mandiri
Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
12/01/15
S : Pasien tidak mengeluh lelah dan lemah,
O :
TD : 120/80 mmHg.
Skala ADL 0
Suhu : 36,6 oC
Nadi : 60x/ menit.
RR : 24x/menit.
EKG : Sinus Rytmis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi !
BAB IV
PEMBAHASAN KESENJANGAN
Dalam pemabahasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien ARITMIA adapun kesenjangannya sebagai berikut :
Pengkajian
Pada pengkajian secara teori pemeriksaan dilakukan secara umum meliputi : keadaan umum, sistem sirkulasi, makanan dan cairan, pernafasan, neuro sensori tetapi dalam kasus kita menggunakan head to-toe
B. Diagnosa Keperawatan
Untuk diagnosa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
C. Perencanaan
Referensi yang dipakai penulis yaitu Rencana Asuhan Keperawatan oleh Doenges, Marilyn E. 1999
D. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
E. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan intervensi didadapatkan evaluasi. Evalusai juga tidak ada kesenjang teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP
5.1Simpulan
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.Aritmia timbul akibat perubahan elektro fisiologi sel-sel miokardium.Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang abnormal. Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan sistem irama kanduksi jantun:
Irama abnormal dari pacu jantung.
Pergesaran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
Blok pada tempat-tempat berbeda sewaktu menghantarkan impuls melalui jantung.
Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung.
5.2 Saran
Meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien dengan aritmia;
Meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan keperawatan dengan aritmia;mia
Memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan terutama pada klien dengan gangguan pada jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Hampton,John R.2006.Dasar-Dasar EKG.Jakarta: EGC
Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC
Muttaqin,Arif.2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Jakarta : Salemba Medika
--------------------.Buku Ajar Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi.Jakarta : Salemba Medika
Sudoyo,Aru W.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III,Edisi IV.Jakarta :FKUI