BAB I PENDAHULUAN
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering dijumpai. Aritmia adalah irama jantung di luar irama sinus normal. Istilah aritmia sebenarnya tidak tepat karena aritmia berarti tidak ada irama. Oleh karena itu sekarang lebih sering 1
dipakai istilah disritmia atau irama tidak normal.
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan rekuensi jantung yang mendadak bertambah !epat menj menjad adii berki berkisar sar antar antaraa 1"# 1"# sampai sampai $%# $%# per per menit menit..
TSV TSV meru merupa paka kan n jenis jenis
disritmia yang paling sering ditemukan pada usia bayi dan anak. &revalensi TSV kurang lebih 1 di antara $".### anak lebih. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia ' bulan dan lebih sering terjadi pada anak lakilaki daripada perempuan sedangkan pada anak yang yang lebih besar prevalensi di antara kedua jenis kelamin tidak berbeda.
1$
&engenalan se!ara dini jenis takidisritmia ini sangat penting terutama pada bayi karena siatnya yang ga*at darurat. +iagnosis a*al dan tatalaksana SVT memberikan hasil yang memuaskan. ,eterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi akan memperburuk prognosis mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila TSV berlangsung lebih dari $'- jam baik dengan 1$
kelainan struktural maupun tidak.
/eerat ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan tatalaksana terhadap takikardi supraventikular pada bayi dan anak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.1
Definisi
Aritmia merupakan irama jantung abnormal yang bukan berasal dari nodus SA(SinoAtrial) irama tidak teratur *alaupun berasal dari nodus SA rekuensi
kurang
dari
#0menit
(bradikardia)
atau
lebih
dari
1##0menit(takikardia) dan terjadi ter jadi hambatan impuls di supra atau intra ventrikular.1
Takikardia supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidistritmia yang meliputi setiap irama !epat yang timbul dari atrium hubungan atrioventrikular atau jalur tambahan. Atau dengan kata lain takikardia supraventrikular dideinisikan sebagai suatu mekanisme disritmia yang abnormal yang timbul di atas atau pada
bundle his. 2rekuensi jantung
mendadak bertambah !epat berkisar antara 1%#-## kali permenit. 2. 1.2
$
Epidemiologi
Insidensi takikardi supraventrikular sekitar -" kasus per 1##.### orang per tahun dan prevalensinya sekitar $$" per 1### (ke!uali atrial -
ibrilasi atrial lutter dan atrial takikardi multiokal). ,elainan TSV merupakan jenis distritmia
yang paling sering
ditemukan pada usia bayi dan anak dibandingkan dengan takidisritmia lainnya dengan angka kejadian kurang lebih 1 3 $".### anak normal. 4ebih sering terjadi pada anak lakilaki daripada perempuan.
-
2aktor presipitan dari takikardi supraventrikular bervariasi se!ara usia dan jenis kelamin. 5erdasarkan penelitian kohort 67SA usia ratarata yang mengalami takikardi supraventrikular yaitu "8 tahun dengan kisaran usia antara infant sampai lebih dari 9# tahun. Onset takikardi lebih tinggi pada AV:/T (-$;1% tahun) dibanding AV/T ($-;1' tahun).
-
Etiologi
&enyebab takikardi supraventrikular yaitu 3
'
a. Idiopatik ditemukan pada hampir setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini biasanya terjadi lebih sering pada bayi daripada anak. b. Sindrom /S yang lebar? yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras tambahan.
5@7@+S+ !. S@>B+:4< 6+>D 7+E++> 7+>/&+O4 77V<@4>FV single ventricle 4TGA) 2. 1.
Kl!sifi"!si
Ada banyak klasiikasi yang digunakan untuk penggolongan takikardi supraventrikular.
Salah
satu
klasiikasi
membaginya
berdasarkan
8
mekanisme takikardi yaitu 3 a. Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik) Terdapat sekitar 1#= dari semua kasus TSV namun TSV ini sukar diobati dan jarang
menimbulkan gejala
akut. +itemukan pada
pemeriksaan rutin atau karena ada gagal jantung akibat aritmia yang O+&+. &+G+ <+:4:+G4 +<4C& S4&@ <+&S+: +G+>B+ D@O/&7+>D HS yang agak berbeda dengan gelombang p pada *aktu irama sinus tanpa
disertai
pemanjangan
interval
&/.
&ada
pemeriksaan
elektroisiologi intrakardiak tidak didapatkan jaras abnormal (jaras tambahan). b. Atrioventricular re-entry tachycardia (AV/T) &ada AV/T pada sindrom
konduksi retrograd
terjadi pada
jaras
tambahan ( fast conduction). ,elainan yang tampak pada 7,G adalah takikardi dengan kompleks >/S yang sempit dengan gelombang p yang timbul segera setelah kompleks >/S dan terbalik. &ada jenis yang antidromic konduksi antegrad terjadi pada jaras tambahan sedangkan konduksi retrograd
terjadi pada
jaras hispurkinye.
,elainan pada 7,G yang tampak adalah takikardi dengan kompleks >/S yang lebar dengan gelombang p yang terbalik dan timbul pada jarak yang jauh setelah kompleks >/S. !. Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AV:/T) &ada jenis AV:/T reentry terjadi di dalam nodus AV dan jenis ini merupakan mekanisme yang paling sering menimbulkan TSV pada
bayi dan anak. Sirkuit tertutup pada jenis ini merupakan sirkuit ungsional. Dika konduksi antegrad terjadi pada sisi lambat ( slow limb) dan konduksi retrograd terjadi pada sisi !epat ( fast limb) jenis ini disebut juga jenis typi!al ( slow-fast ) atau orthodromic. ,elainan pada 7,G yang tampak adalah takikardi dengan kompleks >/S sempit dengan gelombang p yang timbul segera setelah kompleks >/S tersebut dan terbalik atau kadangkadang tidak tampak karena gelombang p tersebut terbenam di dalam kompleks >/S. Dika konduksi antegrad terjadi pada sisi !epat dan konduksi retrograd terjadi pada sisi lambat jenis ini disebut jenis atypi!al ( fast-slow) atau antidromic. ,elainan yang tampak pada 7,G adalah takikardi dengan kompleks >/S sempit dan gelombang p terbalik dan timbul pada jarak yang !ukup jauh setelah komplek >/S.
2. 1.#
$e"!nisme
,ejadian TSV disebabkan oleh dua mekanisme dasar yaitu ektopik (automati!) dan reentry(dengan atau tanpa jaras tambahan). 5erdasarkan pemeriksaan
elektroisiologi
intrakardiak
terjadinya takikardi supraventrikular yaitu3
terdapat
dua
mekanisme
$
a. Otomatisasi (automaticity) Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi sebagai akibat adanya sel yang mengalami per!epatan (akselerasi) pada ase ' dan sel ini
dapat terjadi di atrium AV junction bundel @IS dan ventrikel. Struktur lain yang dapat menjadi sumberokus otomatisasi adalah vena pulmonalis dan vena kava superior. Jontoh takikardi otomatis adalah sinus takikardi. Jiri peningkatan laju nadi se!ara perlahan sebelum akhirnya takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan metabolik seperti hipoksia hipokalemia hipomagnesemia dan asidosis. b. Reentry Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab takiaritmia dan paling mudah dibuktikan pada pemeriksaan elektroisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya reentry adalah3 1)
Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada bagian distal maupun proksimal hingga
membentuk suatu
rangkaian konduksi tertutup. $)
Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah.
-)
Aliran listrik antegrad se!ara lambat pada jalur konduksi yang tidak mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi yang mengalami blok searah untuk kemudian menimbulkan aliran listrik se!ara retrograd se!ara !epat pada jalur konduksi tersebut.
9
2. 1.%
$!nifest!si Klinis
Takikardi supraventrikuler biasanya tidak memberikan gejala yang jelas pada penderitanya tetapi dari anamnesis dapat ditemukan gejalagejala sebagai berikut 3 a.
&alpitasi 6erupakan gejala
yang umumnya terjadi penderita merasakan
jantungnya berdetak dengan !epat selama beberapa detik atau jam. b.
,epala terasa ringan
!.
&using
d.
,ehilangan kesadaran atau pingsan. &enting untuk memastikan bah*a pasien benarbenar mengalami sinkop bukan hanya lemas akibat takikardia. 6enanyakan apakah pasien masih dapat mendengar suara
G+4 V@:4<+>B+ V++< HS4>DV+> +:+> &@&7@G+:+> V4>:/S V@VC>DDC,>B+ dari hanya sebuah lemas dan !emas saja. Tidak sedikit pasien dengan supraventrikular takikardia mengaku pingsan tetapi sebetulnya hanya gejala lemas saja karena ia masih dapat mendengar dengan jelas suara
suara di sekitarnya. ,ehilangan kesadaran pada suatu takikardia merupakan konsekuensi dari kolaps hemodinamik atau henti jantung yang dapat menimbulkan kematian jantung mendadak. "
2. 1.&
e.
:yeri dada
.
:aas pendek
Di!gnosis
+iagnosis didapatkan
dari anamnesis pemeriksaan isik dan
pemeriksaan penunjang yaitu 3 a.
Anamnesis 3 &asien mengaku jantung berdebardebar kepala pusing atau merasa ringan pingsan nyeri dada dan atau naas pendek. &ada atrial ibrilasi palpitasi dirasakan pada semua tempat.
b.
&emeriksaan 2isik 3 1) Inspeksi 3 adanya pulsasi abnormal di leher $) &alpasi 3 teraba pulsasi di dada atau leher -) &erkusi 3 ') Auskultasi 3 denyut jantung !epat (takikardi) dan atau denyut jantung !epat dan tidak teratur (atrial ibrilasi).
!. &emeriksaan penunjang 3 1) 7lektrokardiogram 3 jika serangan berlangsung lama segera lakukan pemeriksaan ini.
5iasanya didapatkan kompleks >/S
sempit
menunjukkan takikardi durasi >/S kurang dari 9# ms. $) 6onitor @olter
3 jika
serangan !epat
dan sering lakukan
pemeriksaan ini. Gambaran 7,G ($' jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien akti (di rumahkerja). Duga dapat digunakan untuk mengevaluasi ungsi pa!u jantungeek obat antidisritmia. -) 2oto dada 3 +apat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disungsi ventrikel atau katup.
') 4aboratorium 3 &eningkatan atau penurunan kalium kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia peninggian 47+ dapat menunjukkan proses inlamasi akut !ontoh endokarditis sebagai aktor pen!etus disritmia peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan disritmia.
2. 1.'
Di!gnosis B!nding
+iagnosis banding takikardi supraventrikular tergantung pada hasil 7,G. @asil 7,G pada takikardi supraventrikular kebanyakan menunjukkan kompleks >/S yang sempit tetapi pada keadaan tertentu kompleks >/S pada takikardi supraventrikular bisa menunjukkan kompleks >/S yang
lebar. Adapun diagnosis banding takikardi supraventrikular yaitu 3 a. ,ompleks >/S sempit
Dika aksi ventrikel (kompleks >/S) sempit (K1$# ms) maka takikardi yang
terjadi
hampir
semuanya
supraventrikular
dan
bandingnya berkaitan dengan mekanisme yang mendasari.
diagnosis
-
1) AVNRT 3 kebanyakan tidak ada gelombang & atau adanya aktivitas atrium yang mun!ul dan interval // reguler. Gelombang & sebagian tersembunyi dalam kompleks >/S dan bisa membentuk gelombang pseudo/ pada sadapan V1 danatau gelombang S pada sadapan inerior. $) AVRT 3 kebanyakan gelombang & mun!ul pada segmen ST dan terpisah 8# ms dari kompleks >/S -) Atypical AVNRT
atau
&D/T(&ermanent 2orm o Dun!tional
Ta!hy!ardi) atau AT (Atrial Ta!hy!ardia)3 pada takikardi dengan /& lebih panjang dari &/.
b. ,ompleks >/S lebar Dika kompleks >/S lebih dari 1$# ms maka penting untuk membedakan antara takikardi supraventrikular dan takikardi ventrikular. VerapamildiltiaLem intravena yang digunakan untuk mengobati takikardi supraventrikular dapat menyebabkan kolaps hemodinamik pada
pasien
supraventrikular
takikardi sulit
ventrikular. untuk
Dika
ditegakkan
diagnosis maka
ditatalaksanai sebagaimana adanya takikardi ventrikular.
takikardi
pasien
harus
-
1) Takikardi Supraventrikular dengan 555 ( Bundle-Branch Bloc ) 555 bisa terjadi sebelum atau hanya selama takikardi ketika salah satu bundle branch resisten karena laju !epat jantung. 555 bisa terjadi pada setiap aritmia supraventrikular.
$) Takikardi Supraventrikular dengan ,onduksi Atrioventrikular pada Accessory !athway Denis ini bisa terjadi pada takikardi atrial atrial lutter ibrilasi atrial AV:/T atau AV/T antidromik. -) Takikardi Ventrikular 3 a) +isosiasi Aritmia Ventrikular +isosiasi AV dengan laju ventrikel lebih !epat dibanding laju atrial umumnya
membuktikan adanya TV
(hanya
-#=).
,ompleks gabungan menunjukkan gabungan antara impuls sinus yang terkonduksi dan depolarisasi ventrikel selama disosiasi AV. ,omplek ini
merupakan patognomonik TV.
Gelombang &
biasanya sulit dilihat selama kompleks >/S yang lebar. Oleh karena itu klinisi juga harus men!ari tanda klinis AV seperti gelombang A ireguler pada denyut vena jugularis dan kerasnya bunyi jantung I dan tekanan darah sistolik. b) 4ebar ,ompleks >/S ,ompleks >/S lebih dari #1' dengan RBBB"Right Bundle Branch Bloc# atau #1
selama $BBB "$eft Bundle Branch
Bloc# menyerupai VT. ,riteria lebarnya kompleks >/S tidak membantu dalam membedakan VT dari SVT dengan konduksi atrioventrikular pada Accessory !athway karena pasien SVT bisa saja mengalami pola kompleks >/S tersebut. !) ,arakteristik ,onigurasi pada ,ompleks >/S selama Takikardi. Sadapan prekordial sangat membantu dalam membedakan VT dan SVT. •
Interval /S lebih dari 1## ms pada semua sadapan prekordial menandakan VT
•
&ola >/S pada semua sadapan sama dan dengan kompleks >S.
•
Adanya ventricular fusion beat menunjukkan asal takikardi di ventrikel
•
,ompleks >/ menunjukkan parut miokardiaum dan mun!ul pada '#= pasien dengan VT setelah inark miokardium.
2. 1.(
Pen!t!l!"s!n!!n
&enatalaksanaan takikardi supraventrikular terbagi menjadi dua yaitu terapi jangka pendek dan terapi jangka panjang.
a. Terapi Dangka &endek digunakan pada takikardi supraventrikular yang akut.
1) 6anuver Vagal &emijatan pada sinus karotis menstimulasi baroreseptor yang menstimulasi peningkatan aktivitas nervus vagal dan penarikan simpatis memperlambat konduksi melalui nodus atrioventrikular. Dika pada pemeriksaan isik tidak ditemukan bruit karotis dan tidak ada ri*ayat adanya penyakit arteri karotis tekanan bisa dilakukan pada tingkat kartilago krikoid selama " detik dengan gerakan sirkuler
yang kuat. Dika takiaritmia tetap prosedur ini dapat dilakukan pada sisi yang berlainan. &endekatan lain untuk meningkatkan tonus vagal adalah manuver Valsava atau menyentuhkan es batu ke *ajah. 7,G 1$sadapan terus menerus selama manuver vagal sebab !ara aritmia berakhir kemungkinan terjadinya aritmia.
memberikan petunjuk
pada mekanisme
-
$) Adenosin Adenosin merupakan
nukleotida endogen
yang bersiat
kronotropik negati dromotropik dan inotropik. 7eknya sangat !epat dan berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada hemodinamik sangat minimal. Adenosin dengan !epat dibersihkan dari aliran darah (sekitar 1# detik) dengan cellular uptae oleh sel endotel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan blok segera pada nodus AV sehingga akan memutuskan sirkuit pada mekanisme reentry. Adenosin mempunyai eek yang kontraktilitas jantung.
minimal terhadap
-
Adenosin merupakan obat pilihan dan sebagai lini pertama dalam terapi TSV karena dapat menghilangkan hampir semua TSV. 7ektivitasnya dilaporkan pada diberikan se!ara
sekitar 9#=
kasus. Adenosin
bolus intravena diikuti dengan lush saline
pemberian mg bolus intravena !epat yang diikuti dengan bolus !airan? jika tidak ada respon dalam 1$ menit berikan 1$ mg (*aktu paruh kurang dari " detik tidak ada akumulasi risiko). &ada sebagian pasien diberikan digitalisasi untuk men!egah takikardi berulang. 7ek samping adenosin dapat berupa nyeri dada dispnea facial flushing dan terjadinya AV bloks. 5radikardi dapat terjadi pada pasien dengan disungsi sinus node gangguan konduksi AV atau setelah pemberian obat lain yang mempengaruhi AV node (seperti beta blokers
!alsium !hannel blo!ker amiodaron).
Adenosin bisa menyebabkan bronkokonstriksi pada pasien as ma.
Adenosin dikontraindikasikan pada pasien dengan kompleks >/S lebar transpalntasi jantung dan penyakit paru obstrukti yang parah. -) Verapamil Dika setelah takikardi supraventrikular terjadi lagi se!ara !epat setelah pemberian adenosin maka
dapat diberikan verapamil
intravena (berdasarkan pengalaman klinis). &emberian verapamil "mg intravena setiap -" menit sampai maksimum 1" mg. Obat ini mulai bekerja $ sampai - menit dan bersiat menurunkan cardiac output . Verapamil menghambat masuknya kalsium kedalam sel memperlambat konduksi memperpanjang reraktori dan menurunkan automatisitas nodus SA dan AV. 5anyak laporan terjadinya hipotensi berat dan henti jantung pada
bayi berusia di ba*ah bulan. Oleh karena itu verapamil sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang berusia kurang dari $ tahun karena risiko kolap kardiovaskular. Dika diberikan verapamil persiapan untuk mengantisipasi hipotensi harus disiapkan seperti kalsium klorida (1# mgkg) !airan inus dan obat vasopressor seperti dopamin. :amun tidak ada bukti bah*a verapamil eekti mengatasi ventrikular takikardi pada kasuskasus yang tidak memberikan respon dengan adenosin.
') Agen 4ain a) 5eta 5lo!ker 6emiliki eek antiaritmia karena se!ara selekti menghambat adrenoreseptor beta. Tujuan terapi untuk memperlambat denyut ventrikel
bukan
meniadakan
aritmia.
7ek
sampingnya
menyebabkan hipotensi pada gagal jantung dan penghentian mendadak pada angina pe!toris memperberat angina dan aritmia jantung dan menimbulkan inark miokard akut.
b) Amiodaron 6emperpanjang reraktori pada
serat atrium
dan ventrikel
menunda repolarisasi dengan menghambat kanal kalsium.
!) +igoksin Golongan glikosida jantung yang berkerja meningkatkan daya kontraksi otot jantung (inotropik positi) pada penderita gagal jantung. ,erja digoksin adalah memperkuat otot jantung dalam memompa darah mempertahankan ritme normal jantung dan memperlan!ar aliran darah. +igoksin eekti memperlambat aliran ventrikel pada ibrilasi atrium gagal jantung. +osis besar dapat menimbulkan anoreksia mual muntah diare sakit perut gangguan penglihatan sakit
kepala pusing letih
mengantuk bingung penurunan kesadaran halusinasi depresi gagal jantung jarang terjadi ruam kulit.
-
b. Terapi jangka panjang ntuk pasien dengan episode berulang pilihan terapi jangka panjang termasuk terapi medikasi dan ablasi. :amun tidak semua pasien dengan takikardi supraventrikular berulang membutuhkan terapi tergantung pada keparahan.
-
1) Terapi 2armakologi &asien takikardi supraventrikular dengan episode berulang tanpa preeksitasi bisa diterapi dengan agen antiaritmia proilaksis. &asien dengan takikiardi reentry nodus AV dan takikardi reentry AV yang dimediasi oleh jalur aksesoris harus menerima agen blok nodus AV seperti verapamil beta bloker atau digoksin. &engalaman klinis membuktikan agenagen ini menurunkan rekuensi episode dan keparahan gejala sebanyak -##= tetapi supresi total takikardi supraventrikular jarang terjadi. Dika terapi dengan agen tersebut gagal maka pilihan berikutnya adalah kombinasi dari dua agen blok
nodus AV atau obat antiaritmia golongan I! atau III (propaenon sotalol
atau amiodaron). ,ombinasi ini
men!egah takikardi
supraventrikular berulang sebesar %#=. :amun terapi jangka panjang dengan obat antiaritmia golongan I! tidak direkomendasikan karena eek sampingnya. Ablasi kateter lebih dipilih jika pasien setuju. ntuk takikardi atrial beta bloker !al!ium!hannel blo!k dan obat antiaritmia golongan I atau III dapat meredakan gejala.
$) &endekatan &il dalam Saku ( !ill-in-the !ocet ) ntuk pasien dengan episode takikardi yang jarang tetapi memanjang (1$ jam) dengan hemodinamik stabil atau pasien yang hanya mengalami satu episode takikardi supraventrikular pilihannya adalah meresepkan obat single-dose ( !ill-in-the !ocet ) untuk diminum ketika mengalami takikardi. Obatobatannya yaitu JJ5 (verapamil '## mg)
untuk pasien tanpa
preeksitasi beta
bloker(le!ainid 1##-## mg) dan propaenon 1"#'"# mg. 5erdasarkan penelitian %#= episode takikardi supraventrikular berhenti dalam $ jam dengan kombinasi diltiaLem dan propanolol atau le!ainid.
-) Takikardi Supraventrikular dengan Sindrom
pasien
dengan sindom <&< karena obat ini meningkatkan resiko respon ventrikel !epat menyebabkan ibrilasi ventrikel pada pasien ibrilasi atrium.
-
&asien sindrom <&< lebih rentan terhadap timbulnya
ibrilasi atrium atau lutter sehingga pemberian digoksin berisiko menimbulkan konduksi 131 pada ventrikel dan dan menimbulkkan takikardia dan ibrilasi ventrikel.$ ,riteria diagnosis sindrom <&< ditegakkan berdasarkan 3
$
a) &emendekan interval &/ di ba*ah batas normal sesuai usia yaitu •
K - tahun 3 ##% detik
•
-1 tahun 3 #1# detik
•
M 1 tahun 3 #1$ detik
b) Gelombang delta (slurred a*al kompleks >/S) !) +urasi >/S melebar lebih dari batas normal ') Ablasi ,ateter Ablasi kateter pertama sekali diperkenalkan oleh Gallagher dkk tahun 19%$. Sebelum tahun 19%9 ablasi kateter dilakukan dengan sumber energi arus langsung yang tinggi berupa +J Sho!k menggunakan kateter elektroda
multipolar yang diletakkan di
jantung. ,arena pemberian energi dengan jumlah tinggi dan tidak terlokalisasi maka banyak
timbul komplikasi. Saat ini
dilakukan dengan energi radiorekuensi sekitar "#
ablasi
*att yang
diberikan sekiatr -## detik. 7nergi tersebut diberikan dalam bentuk gelombang sinusoid dengan rekuensi "##.### siklus per detik (hertL). Sejak a*al tahun 199#an penggunaan ablasi kateter meningkat. Angka keberhasilan ratarata A/2 pada TSV adalah 9# 9%= dengan angka kekambuhan sekitar $"=. Angka penyulit
sekitar 1=.
Selama
prosedur
ablasi
radiorekuensi
(A/2)
timbul
pemanasan resisti akibat agitasi ionik. Dadi jaringan yang berada di ba*ah kateter ablasi yang menjadi sumber energi panas bukan kateter itu sendiri. Thermal injury
adalah mekanisme
utama
kerusakan jaringan selama prosedur A/2. 6eningkatnya suhu jaringan menyebabkan
denaturasi dan evaporasi !airan yang
kemudian menimbulkan kerusakan
jaringan lebih lanjut dan
koagulasi jaringan dan darah. ,erusakan jaringan permanen timbul pada temperatur sekitar "# derajat !elsius. &rosedur A/2
-
adalah prosedur invasi minimal dengan
memasukkan kateter ukuran '% mm se!ara intravaskular (umumnya ke jantung kanan) dengan panduan sinar C. 5iasanya prosedur ini bersamaan dengan pemeriksaan elektroisiologi. Selanjutnya kateter ablasi diletakkan pada sirkuit yang penting dalam mempertahankan kelangsungan aritmia tersebut di luar jaringan konduksi normal. 5ila
lokasi yang tepat sudah ditemukan maka energi radiorekuensi diberikan melalui kateter ablasi. mumnya pasien tidak merasakan adanya rasa panas tapi kadangkadang dapat juga dirasakan adanya rasa sakit. 5ila tidak terjadi komplikasi pada pasien hanya perlu dira*at selama 1 hari bahkan bisa pulang hari. - Indikasi untuk A/2 bergantung pada banyak hal seperti lama dan rekuensi takikardi toleransi terhadap gejala eektivitas dan toleransi terhadap obat anti aritmia dan ada tidaknya kelainan struktur jantung. ntuk TSV yang teratur banyak penelitian yang menunjukkan bah*a A/2 lebih eekti daripada obat dalam aspek peningkatan kualitas hidup pasien dan penghematan biaya daripada obat anti aritmia.
Satu sampai ' elektroda kateter dimasukkan ke jantung melalui vena emoralis (atau jugular internal atau subklavia) dengan anestesi lokal. /adiorekuensi voltase rendah rekuensi tinggi ("## k@L) membentuk energi listrik yang digunakan dalam operasi elektrokauterdikirimkan melalui alektroda kateter untuk membuat lesi ke!il melalui thermal injury di jaringan miokardium. sistem konduksi atau keduanya yang diidentiikasi sebagai titik kritis aritmia jantung. &rosedur ablasi biasanya memakan *aktu 1- jam. Terapi dengan aspirin sering direkomendasikan selama beberapa minggu setelah ablasi pada jantung kiri untuk menurunkan risiko emboli.
2. 1.1) P*ognosis
&rognosis jangka panjang dengan adanya jaras tambahan sangat bervariasi. 5ila sindrom <&< simptomatik terjadi pada bayi maka dapat mengalami kekambuhan. Insidens kematian jantung mendadak pada pasien sindrom <&< berkisar antara #.1" hingga #.-9= pada observasi selama sampai 1# tahun. insidens kematian mendadak sindrom <&< berkisar antara 1$1### kasus tiap tahun. 5iasanya henti jantung bukan merupakan manisestasi gejala pertama pada sindrom <&<. 2aktor risiko kematian jantung mendadak pada sindrom <&< antara lain interval // preeksitasi kurang dari $"# mdet saat ibrilasi atrium spontan maupun diinduksi ri*ayat takikardia simtomatik jaras tambahan multipel anomaly 7bstein dan sindrom <&< amilial.
"
BAB III KESI$PULAN
Takikardi
supraventrikular
merupakan
kega*atdaruratan
kardiovaskular yang sering ditemukan pada bayi dan anak. &enyebab TSV adalah idiopatik sindrom B+:4< 6+>D 7+E++> 7+>/&+O4 77V<@4>FV single ventricle 4TGA). Gejala klinis lain TSV dapat berupa gelisah irritabel diaforesis tidak mau menetek atau minum susu. ,adangkadang orangtua memba*a bayinya karena bernaas !epat dan tampak pu!at. +apat pula terjadi muntahmuntah. 4aju nadi sangat !epat sekitar $##-## per menit tidak jarang disertai gagal jantung atau kegagalan sirkulasi yang nyata palpitasi lightheadness mudah lelah hoyong nyeri dada naas pendek dan bahkan penurunan kesadaran. &asien juga mengeluh lemah nyeri kepala dan rasa tidak enak di tenggorokan. /isiko terjadinya gagal jantung sangat rendah pada anak dan remaja dengan TSV tapi risikonya meningkat pada neonatus dengan TSV neonatus dengan <&< dan pada anak dengan penyakit jantung. +iagnosis TSV berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan 7,G. &enatalaksanaan TSV berupa penatalaksanaan segera dan jangka panjang yaitu medikamentosa +J sho!k ablasi kateter pemakaian alat pa!u jantung dan tindakan bedah.
DA+TA, PUSTAKA
1. 4ukman @. 6akmun $##9. Aritmia %upraventriular . 5uku Ajar &enyakit +alam Dilid II. 7disi V. 7d. 5ambangS dkk. Dakarta3 Interna&ublishing. $. /ahayuningsih Sri 7ndah. $##". %indrom &olff !arinson &hite. Sari &ediatri Vol. 8 :o. $ September $##"3 8- 8 -. 4undNvist Jarina 5. 7tienne 6. Aliot Doseph A. Alpert et al. $##-. A''(A)A(*%' +uidelines for The ,anagement of !atients with %upraventricular Arrhytmias- *ecutive %ummary. 7uropean @eart Durnal $##- ($') 3 1%"81%98 '. Aslinar. $#1#. Taiardi %upraventriular%ebuah Referat. (http3***.*ho.intghopubli!ations*orldhealthstatisti!seninde0.html diakses - Agustus $#1$)
". Puniadi Poga. $#11. Taiardia regular /engan 0omples 1R% $ebar2 ,eanisme dan Tatalasana. D ,ardiologi Indonesia. $#11?-$3% . +ela!retaL 7tienne. $##. %upraventricular Tachychardia. :e* 7ngland Dournal o 6edi!ine (:7D6) $##?-"'31#-91#"1 8. 2o0 +avid D. Tis!henko Ale0ander et al. $##%. %upraventricular Tachycardia2 /iagnosis and ,anagement . 6ayo Jlini! &ro!eedings +e!ember $##%?%-(1$)31'##1'11