BUSINESS ETHICS WORLDCOM’S CREATIVE ACCOUNTING CASE STUDY KELOMPOK 6
Disusun Oleh: Anggara Dwicahya A
17/417204/PEK/22767
Anisah Nur Imani
17/417206/PEK/22769
Boma Wibowo
17/417220/PEK/22783
Frista Eka Putri
17/417224/PEK/22807
Henrikus Bhanutanaya
17/417252/PEK/22815
Sakha Widhi Nirwa
17/417315/PEK/22878
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017
WORLDCOM’S CREATIVE ACCOUNTING CASE STUDY
Pada tahun 1996 Betty Vinson menempati posisi akuntansi tingkat menengah di WorldCom, sebuah perusahaan kecil telepon jarak jauh di Jackson, Mississippi. Selama beberapa tahun ke depan, perusahaan tumbuh sangat pesat melalui akuisisi perusahaan seperti Brooks Fiber, perusahaan layanan telekomunikasi berkecepatan tinggi, MCl, operator jarak jauh dua; Skytel, perusahaan paging terkemuka; dan UUNet, pemilik utama backbone internet. Dua tahun setelah bergabung dengan WorldCom, Vinson dipromosikan menjadi manajer senior di divisi akuntansi perusahaan yang melaporkan kepada Buford Yates, Direktur Akuntansi Umum. Dia dan stafnya melaporkan 10 laporan kuartalan terkompilasi dan menganalisa pengeluaran operasional perusahaan dan pengurangan dana cadangan. Dana cadangan disisihkan untuk menutupi jenis biaya tertentu. Keuntungan WorldCom tumbuh pesat sampai pertengahan tahun 2000 ketika industri telekomunikasi mengalami kemerosotan yang berlarut-larut. Line costs perusahaan yaitu biaya sewa yang dibayarkan kepada perusahaan telekomunikasi lain ketika menggunakan jaringan mereka, mulai meningkat seiring dengan persentase pendapatan perusahaan. Rasio ini diawasi ketat oleh Wall Street sebagai indikator kesehatan perusahaan. Bernard Ebbers (CEO) dan Scott Sullivan (CFO), memperingatkan Wall Street bahwa pendapatan untuk paruh kedua tahun jatuh di bawah ekspektasi. Akibat dari kegagalan dari sebagian kecil pelanggan, Selama kuartal ketiga, WorldCom menanggung beban sebesar $685 juta dalam bentuk tagihan yang belum dibayar (piutang). Vinson, Yates, dan Troy Normand, akuntan yang bertanggung jawab sebagai pengawasan pengeluaran biaya tetap perusahaan, mencari cara untuk menutupi kekurangan pada laporan kuartal ketiga tersebut. Mereka dapat menggunakan dana sebesar $50 juta untuk menutupi piutang dagang tersebut tapi angka itu masih jauh dari jumlah piutang yang belum dibayar yaitu sebesar $685 juta. Pada bulan Oktober, Yates bertemu dengan Vinson dan Normand kemudian menyampaikan bahwa Sulivan dan David Myers, pengontrol perusahaan, meminta mereka untuk mengambil dana sebesar $828 juta dari dana cadangan pembayaran line cost dan item unit telekomunikasi lainnya dan menggunakannya untuk menutupi pengeluaran lainnya. Hal tersebut akan mengurangi pengeluaran biaya yang dilaporkan dan menambah pendapatan.
Vinson, Normand, dan Yates khawatir bahwa penyesuaian itu adalah bukan merupakan transaksi akuntansi yang tidak diperbolehkan. Dalam peraturan akuntansi, dana cadangan dapat diadakan jika terdapat kemungkinan munculnya kerugian pada unit dimana dana cadangan tersebut diperuntukkan. Dana cadangan dapat digunakan jika terdapat alasan bisnis yang kuat. Karena tidak ada alasan bisnis yang kuat untuk memindahkan dana tersebut ke dalam akun cadangan, Vinson dan Normand memberitahu Yates bahwa melakukan hal itu tidak mengikuti praturan akuntansi yang baik. Yates menjawab bahwa dia sendiri tidak senang dengan tindakan ini, tapi dia memastikan bahwa transaksi ini adalah yang terakhir dan tidak akan pernah terjadi lagi. Mendengar penjelasan tersebut kemudian mereka setuju untuk melakukan transfer. Hasil kuartal ketiga perusahaan dilaporkan pada 26 Oktober. Pada tanggal tersebut, Vinson mengatakan kepada Yates bahwa dia berencana untuk mengundurkan diri. Rupanya, Normand menunjukkan hal yang serupa. Ebbers mendapat kabar “buruk” mengenai apa yang terjadi di departemen akuntan dan memberi tahu Myers bahwa akuntan tidak akan pernah lagi ditempatkan dalam posisi yang sama pada saat itu. Myers dan Sullivan bertemu dengan Vinson dan Normand beberapa hari kemudian. Sullivan menjelaskan bahwa dia sedang menghadapi masalah keuangan perusahaan. Dia memohon kepada mereka berdua untuk tetap bekerja di perusahaan sampai dia bisa mengendalikan keadaan dan kemudian mereka bisa pergi jika mereka mau, dan berharap mereka berdua melakukan tindakan yang terbaik bagi perusahaan. Normand merasa bahwa dirinya bertanggung jawab atas perubahan pencatatan akuntansi. Namun, Sullivan berkata pada mereka berdua bahwa dia akan bertanggung jawab penuh atas tindakan mereka tersebut. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa proyeksi keuntungan untuk kuartal mendatang telah dibagi menjadi dua dan manipulasi akuntansi tidak akan dibutuhkan lagi. Setelah pertemuan tersebut, tekad Vinson untuk beralih pekerjaan lain melemah. Dia menceritakan kepada suaminya tentang pertemuan tersebut dan kekhawatirannya terhadap penyimpangan akuntansi, dan suaminya mendesaknya untuk berhenti. Namun rupanya, Vinson adalah tulang punggung keluarga yang berpenghasilan lebih dari $40.000 per tahunnya, dan selain itu pekerjaannya selama ini telah memberikan asuransi kesehatan bagi keluarga. Dia juga sangat khawatir apakah dia dapat menemukan pekerjaan baru karena dia adalah seorang wanita paruh
baya. Vinson merasionalisasikan pada dirinya sendiri bahwa karena Sullivan dianggap sebagai
salah satu CFO teratas di negara ini dan telah menyetujui transaksi tersebut, maka semuanya
akan baik-baik saja. Setelah berbicara dengan Normand tentang betapa sulitnya menemukan pekerjaan lain, Vinson memutuskan untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut. Selama kuartal pertama tahun 2001, kondisi perusahaan menjadi lebih buruk. Tidak ada cadangan untuk dapat digunakan
dan
sementara
kekurangan
dananya
adalah sebesar
$771
juta. Sullivan
memerintahkan agar sejumlah dana line cost ditransfer dari rekening beban operasi ke rekening pengeluaran modal. Hal tersebut akan merubah biaya langsung pendapatan menjadi biaya pengeluaran yang terdepresiasi, sehingga menyebabkan kenaikan "keuntungan" jangka pendek. Vinson terkejut dengan rencana ini. Dia tahu bahwa line cost adalah biaya operasional dan secara legal tidak dapat dianggap sebagai pengeluaran modal. Sebenarnya, Yates menolak rencana itu ketika Myers memberitahunya dan Myers telah memberi tahu Sullivan bahwa transfer tersebut tidak dapat dibenarkan. Akan tetapi Sullivan mengatakan kepada Myers transfer tersebut adalah satu-satunya jalan keluar WorldCom dari masalah finansialnya. Vinson merasa terjebak. Ancaman untuk mengundurkan diri telah digunakan dan dia takut berhenti dari pekerjaannya sekarang sebelum dia mendapatkan pekerjaan lainnya. Vinson, Normand, dan Yates bertemu untuk membahas hal tersebut namun mereka tidak dapat menyelesaikannya. Vinson kemudian memutuskan untuk mengupdate CVnya dan bersiap untuk mencari pekerjaan baru. Vinson, Normand, dan Yates pada akhirnya mengikuti perintah untuk melakukan transfer biaya. Untuk melakukannya, mereka harus memutuskan mana dari lima rekening pengeluaran modal untuk mentransfer biaya. Meyers bertemu dengan mereka selama proses ini dan mereka semua mengungkapkan betapa tidak senangnya mereka dengan transaksi tersebut. Tapi mereka merasa mereka harus melakukannya untuk menyelamatkan perusahaan. Vinson mengeksekusi entri untuk mentransfer $771 juta, mengubah tanggal berbagai tindakan di komputer. Proses yang sama terjadi pada kuartal berikut $560 juta untuk kuartal kedua, $743 juta untuk kuartal ketiga, dan $941 juta untuk kuartal keempat. Awal tahun depan, Vinson dipromosikan dari manajer senior menjadi Direktur Pelaporan Manajemen, Normand dipromosikan menjadi Direktur Hukum Entitas Akuntansi.
Pertanyaan: 1. Who are the stakeholders in the case?
Investor
Bursa saham Wall Street
Akuntan (Betty Vinson, Troy Normand, dan Buford Yates)
CEO (Bernard Ebbers)
CFO (Scott Sullivan)
Manajer Keuangan (David Mayers)
2. What priority rank do you give to each stakeholder?
CEO dan CFO (Bernard Ebbers dan Scott Sullivan)
Manajer Keuangan (David Mayers)
Akuntan (Betty Vinson, Troy Normand, dan Buford Yates)
Wall Street (Bursa Saham)
Investor
3. Were any critical principles or norms violated? If so, by whom?
Justice: Inequal information antara perusahaan dan investor. Investor tidak mendapat informasi yang sesuai dengan fakta terkait laporan keuangan perusahaan.
Right: CFO dan CEO memaksa akuntan. Akuntan (Vinson, Normand, dan Yates) dipaksa oleh Ebbers dan Sullivan untuk merubah pencatatan di laporan keuangan (melakukan creative accounting )
Etics of virtue: pelanggaran kode etik akuntansi. Akuntan yang melakukan creative accounting berarti telah melanggar kode etik akuntansi yang berlaku.
Etics of care: Tindakan creative accounting yang dilakukan oleh akuntan ditujukan untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih baik dari yang sebenarnya, sehingga secara tidak langsung perusahaan telah menipu investor.
4. Should Vinson have refused to release the reserves? Ya, seharusnya Vinson menolak untuk melepaskan cadangan agar dapat menutupi biaya lain, karena menyebabkan pelaporan keuangan menjadi tidak sesuai dan hal tersebut bertentangan dengan kode etik akuntansi yang berlaku. Selain itu manipulasi laporan keuangan tersebut berpotensi merugikan investor.
5. Should Vinson have refused to transfer the expenses? Ya, seharusnya Vinson menolak untuk melakukan hal tersebut karena tidak sesuai dengan kode etik akuntansi. Selain itu manipulasi laporan keuangan tersebut berpotensi merugikan investor karena perusahaan seolah-olah terlihat memiliki kinerja yang bagus dengan adanya peningkatan profitabilitas. 6. What actions should Vinson have taken and when? What prevented her from taking such actions? Vinson seharusnya menolak sejak awal ketika pertama kali diinstruksikan melakukan tindakan memanipulasi laporan keuangan. Hal yang dapat mencegah Vinson dari tindakan tersebut adalah hati nurani dan prinsip etika. 7. What actions should Vinson’s colleagues have taken? Rekan-rekan Vinson seharusnya dari awal menolak secara tegas dan lugas terhadap permintaan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut dengan alasan melanggar etika. 8. Who is ultimately responsible for the accounting irregularities? Yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah Para Akuntan (Vinson, Norman, dan Yates) 9. Who is legally responsible for the irregularities? Yang bertanggung jawab secara hukum adalah CEO dan CFO (Ebbers dan Sullivan). 10. Who is morally responsible for the irregularities? Dalam hal ini, yang bertanggung jawab secara moral adalah Akuntan (Vinson, Norman, dan Yates), CEO (Ebbers), CFO (Sullivan), dan Manager keuangan (Myers).