I. Judul
Hematologi: Profil Eritrosit dan Profil Leukosit II. Tujuan
1. Mengetahui profil eritrosit dan leukosit. 2. Mempelajari cara menghitung jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan penentuan persentase leukosit differensial. 3. Mengetahui kisaran normal jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit dan persentase leukosit differensial dengan hasil percobaan. 4. Mengetahui kemungkinan sebab dan akibat jika jumlah eritrosit, kadar jumlah leukosit, dan persentase leukosit differensial lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran normal. 5. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan persentase leukosit differensial.
III. Dasar Teori
Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35 – 7, 45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar oksigen yang dibawa. Volume darah total ± 5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe unsurunsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1993). Eritrosit (sel darah merah) pada dasarnya adalah suatu kantong hemoglobin yang terbungkus plasma, berupa lempeng bikonkaf dengan garis tengah 8µm, tepi luar tebalnya 2 µm, dan tengahnya setebal 1 µm. Setiap millimeter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (5 juta sel per µl). Struktur eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakan dinding sel substansi seperti spons yang stroma. Sel darah merah berisi substansi yang bermacam-macam diantaranya enzim, glukosa, garam-garam organik dan anorganik ( Dahelmi, 1991). Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut hemoglobin yang selanjutnya hemoglobin ini mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton dan Hall, 1997). Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritropoietin yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel 1
hemopoietik dalam sumsum tulang. Vitamin B12 dan asam folat mempengaruhi eritropoiesis pada tahap pematangan akhir dari eritrosit.Sedangkan hemolisis dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yang berada dalam sirkulasi (Meyer dan Harvey 2004). Hemoglobin merupakan protein yang mengandung zat besi dan memiliki afinitas terhadap oksigen untuk mmebentuk oksihemaglobin didalam eritrosit. Dari mekanisme tersebut dapat berlangsung proses distribusi oksigen dari pulma menuju jaringan (Pearce, 2002). Kurang dari 1 % darah manusia manusia adalah leukosit. Ukuran Ukuran leukosit lebih besar daripada eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball, 1993). Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap penyerap warna yang bersifat asam atau eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce, 2002). Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju
berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat
sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1997). Monosit dan neutrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan sel- sel mati dari tubuh. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktu di luar system sirkulasi, berkeliling di dalam cairan interstitial dan system limfatik untuk melawan pathogen (Campbell, 2008).
2
IV. Alat, Bahan dan Cara Kerja A. Alat dan Bahan yang digunakan:
1. Alat dan Bahan yang digunakan pada perhitungan Eritrosit. -
Haemocytometer ( pipet pencampur 1-101)
-
Mikroskop
-
Hand counter
-
Darah kapiler (Tikus Putih)
-
Larutan Hayem
2. Alat dan Bahan yang digunakan pada perhitungan kadar Hemoglobin -
Haemometer
-
Pipet tetes
-
Batang pengaduk
-
Pipet haemoglobin
-
HCl 0,1 N
-
Darah kapiler (Tikus Putih)
-
Aquadest
3. Alat dan Bahan yang digunakan pada perhitungan jumlah Leukosit -
Haemocytometer ( pipet pencampur 1-101)
-
Mikroskop
-
Hand counter
-
Darah kapiler (Tikus Putih)
-
Larutan turk
4. Alat dan Bahan yang digunakan pada Hemogram (Penentuan persentase leukosit differensial) -
Hand counter
-
Rak pewarnaan
-
Pipet tetes
-
Gelas benda
-
Darah kapiler (Tikus Putih)
-
Larutan turk
-
Pemulas Giemsa 3%
-
Metanol
3
B. Cara Kerja
1. Cara kerja perhitungan kerja perhitungan Eritrosit. -
Diisap cuplikan darah dengan pipet pencampur eritrosit sampai angka 1,0.
-
Dibersihkan ujungnya dengan tisu.
-
Diisap larutan hayem secara perlahan sampai angka 101.
-
Dilepas alat penghisap pada dari pipet pencampur.
-
Dikocok pipet pencampur selama 2 menit
-
Dibuang 2-3 tetesan pertama
-
Disiapkan mikroskop yang telah dipasang Haemocytometer
-
Ditempelkan ujung pipet pada bilik hitung yang ditutup dengan gelas penutup.
-
Dihitung dan dicatat jumlah eritrosit yang terdapat dibagian tengah bilik hitung dengan menggunakan mikroskop.
-
Hasil tersebut dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah eritrosit per mm3 =
x4000x100 = 5000 E
2. Cara kerja perhitungan kerja perhitungan kadar Hemoglobin Hemoglobin -
Dilepas tabung pengencer/pengukur pada Haemometer
-
Diisi HCl 0,1 kedalam tabung pengencer sampai angka 2 pada skala
-
Diisap darah kapiler dengan pipet hemoglobin yang telah disediakan sampai 20 angka.
-
Dihapus darah yang ada diujung pipet dengan tisu
-
Dimasukkan darah kedalam tabung pengencer
-
Diisap HCl dalam tabung pengencer dengan pipet untuk membersihkan pipet
-
Didiamkam selama 3 menit
-
Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit dan diaduk dengan batang pengaduk
-
Diamati sampai warna larutan darah uji sama dengan warna larutan standar
-
Dicatat angka yang ada pada tabung pengencer Haemometer.
3. Cara kerja perhitungan kerja perhitungan jumlah Leukosit -
Diisap cuplikan darah dengan pipet pencampur eritrosit sampai angka 1,0.
-
Dibersihkan ujungnya dengan tisu.
-
Diisap larutan turk secara perlahan sampai angka 101.
-
Dilepas alat penghisap pada dari pipet pencampur.
-
Dikocok pipet pencampur selama 2 menit
-
Dibuang 2-3 tetesan pertama
-
Disiapkan mikroskop yang telah dipasang Haemocytometer 4
-
Ditempelkan ujung pipet pada bilik hitung yang ditutup dengan gelas penutup.
-
Dihitung dan dicatat jumlah leukosit yang terdapat di keempat bujur sangkar pojok bilik hitung dengan menggunakan mikroskop.
-
Hasil tersebut dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah leukosit per mm3 =
x160x10 = 25 L
4. Cara kerja Hemogram (Penentuan persentase leukosit differensial) a. Pembuatan sediaan apus -
Disediakan 2 gelas benda
-
Diteteskan darah sedikit pada ujung gelas benda 1
-
Ujung gelas benda 2 disentuhkan pada gelas 1 tepat didepan tetesan darah sehingga gelas 1 dan 2 membentuk sudut 45 o.
-
Digeser gelas 2 dengan cepat sehingga tetesan darah me mbntuk apusan darah tipis.
-
Dibiarkan sampai kering
b. Pengecatan sediaan apus -
Difiksasi sediaan apusan darah dengan methanol
-
Dibiarkan selama 5 menit
-
Ditetes pemulas giemsa dan dibiarkan selama 30 menit
-
Dicuci sediaan dengan akuadest lalu dibiarkan kering dengan suhu ruangan.
c. Pengamatan -
Dipasang sediaan dibawah mikroskop lalu diamati
-
Ditentukan 5 bidang secara acak dan merata
-
Dihitung jumlah leukosit yang ada pada 5 bidang tersebut
-
Dicatat dalam tabel berdasarkan jenis leukosit
-
Dihitung jumlah persentase tiap jenis leukosit
5
V. Hasil Percobaan
1. Hasil perhitungan eritrosit Jumlah eritrosit/mm3 =
x 4000 x 100 = 5000 x 1387
= 6.935.000/mm 3 2. Hasil perhitungan kadar Hemoglobin Kadar Hemoglobin = 12,1 g/100 mL 3. Hasil perhitungan Leukosit Jumlah leukosit/mm3 =
x 160 x 10 = 25 x 278
= 6950 /mm
3
4. Persentase Leukosit Differensial No
Jenis Leukosit
1.
Jumlah
Persentase (%)
36
36%
5
5%
3
3%
5
5%
51
51%
100
100%
Neutrofil
2. Eosinofil
3. Basofil
4. Monosit
5. Limfosit Total
6
VI. Pembahasan Perhitungan Jumlah Eritrosit
Pada praktikum perhitungan jumlah eritrosit ini bertujuan untuk mengetahui cara menghitung eritrosit dan mengetahui jumlah eritrosit dalam darah dengan menggunakan larutan Hayem. Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Hayem terdiri dari 5gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5gr HgCl2 dan 200 ml aquadest. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit. Kandungan lain adalah formalin 40 % yang berfungsi untuk mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Kandungan larutan Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan Formasitrat. Larutan hayem yang memiliki fungsi antara la in mengencerkan darah, merintangi pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, j elas, sedangkan ba yangan leukosit dan trombosit lenyap, mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi, (Syaifuddin, 1997). Setelah darah dicampurkan dengan larutan hayem dalam pipet, 2-3 tetes dalam pipet dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar dalam hemocytometer benar-benar mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam hemocytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya. sehingga diketahui jumlah eritrosit dari Tikus putih yaitu 6.935.000/mm 3. Perhitungan Kadar Hemoglobin
Pada perhitungan hemoglobin, metode yang digunakan adalah metode sahli, metode sahli mengandalkan pembentukan asam hematin yang kemudian diukur kadarnya dengan cara membandingkan warna hasil pengenceran dengan warna standar. Menurut Wijayanti at. al., (2011) cara kerja penghitungan hemoglobin dengan metode sahli yaitu: tabung pengencer diisi HCl 0,1 sampai angka 2 pada skala, ditambahkan 20 ml darah dengan cara mengambilnya menggunakan pipet hisap, didiamkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan lagi aquades tetes demi tetes hingga warna sesuai dengan standar. Penggunaan HCl dipraktikum ini, bertujuan untuk meliliskan eritrosit sehingga Hb yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. Dari hasil praktikum penentuan kadar HB menggunakan metode sahli, didapatkan hasil 12,1 g/100 mL (normal). Metode sahli membutuhkan ketelitian visualisasi praktikan dalam mmebandingkan warna yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standar. 7
Perhitungan Jumlah Leukosit
Pada praktikum ini menghitung jumlah leukosit mengunakan metode kamar hitung atau cara manual. Pada metode ini haruslah teliti dalam melihat leukosit dibawah mikroskop, karena terkadang kamar hitung yang terlihat tidak terlalu jelas sehingga sangat dibutuhkan ketelitian yang tinggi. Jika dilakukan tidak teliti terkadang ada kesalahan dalam menentukan kamar hitung. Selain itu, kesalahan yang mungkin terjadi, misalnya leukosit yang sudah dihitung kemungkinan bisa dihitung kembali. Oleh sebab itu, dalam perhitungan leukosit dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kesepakatan atau ketentuan yang sudah disetujui. Selain itu, yang harus diperhatikan dalam praktikum perhitungan leukosit adalah dalam melakukan pengocokan sampel darah dengan larutan Turk. Larutan Turk merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan darah pada pengamatan sel darah putih. Seperti larutan Hayem, yang digunakan pada pengamatan sel darah merah, larutan Turk juga berfungsi untuk menjaga bentuk sel darah putih tetap utuh dan dapat diamati menggunakan mikroskop. Kale dan Kale (2008) menjelaskan bahwa komposisi larutan Turk adalah: Asam asetat glasial : 3 ml, Larutan gentian violet 1% : 1 ml, dan Akuades : 100 ml. Jika pengocokan tidak dilakukan dengan benar kemungkinan darah tidak bisa bercampur sempurna dengan reagen sehingga jika dilihat dibawah mikroskop leukosit tidak dapat terlihat. Hasil perhitungan leukosit yang didapat pada darah tikus putih adalah 6950/mm3. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah leukosit tikus putih tersebut normal. Kisaran jumlah leukosit normal tikus, yaitu 5.000-25.000 sel/l (Aboderin & Oyetayo, O yetayo, 2006). Persentase Persentase Leukosit Differensial
Apusan darah digunakan untuk mengamati perbedaan sel darah putih (Keir et. al., 2003). Dalam membuat apusan darah diperlukan dua kaca objek. Bahan yang digunakan dalam pembuatan apusan darah adalah serum darah, larutan methanol, dan larutan giemsa. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu jenis leukosit yang ditemukan dalam darah tikus putih adalah basophil 3%, eosinophil 5%, neutrofil 36%, limfosit 51% dan monosit 5%. Menurut data tersebut, jumlah yang paling besar adalah limfosit dengan presentase 51%. Menurut Tobin (1994), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, dan lainnya. lainnya.
8
Ada bermacam-macam leukosit dengan berbagai fungsi (Dorland, 1995). Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi menjadi dua yaitu: 1. Leukosit bergranula (granulosit): - Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan jaringan mati. Selain itu juga menghasilkan interferon, yaitu suatu protein yang membantu melindungi sel-sel tubuh yang sehat terhadap serangan virus. fungsi interferon adalah menghambat perkembangbiakan virus. -
Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna merah tua bila ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh tubuh terkena infeksi.
-
Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadi infeksi, bersifat fagosit, mengandung heparin, hepa rin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.
2. Leukosit tidak bergranula (agranulosit): -
Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi. antibodi.
-
Monosit, dapat bergerak seperti amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit. Monosit juga menghasilkan lisozim yang berfungsi untuk menghancurkan sel mikroba dan makromolekul.
-
Makrofag, merupakan sel pembersih yang akan memakan mikroba dan menyerahkan kepada limfosit untuk dihancurkan melalui proses kekebalan.
9
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. Menghitung jumlah eritrosit dilakukan dengan mencampur darah dengan Larutan Hayem dan diteliti dengan alat Haemocytometer. 2. Jumlah eritrosit dari Tikus putih yaitu 6.935.000/mm 3. 3. Penggunaan HCl pada metode sahli bertujuan untuk meliliskan eritrosit sehingga Hb yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. 4. Prinsip alat Haemocytometer adalah menghitung jumlah eritrosit dalam menggunakan kamar hitung , dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi. 5. Larutan Hayem berfungsi untuk mengencerkan darah, merintangi pembekuan, membuat
bentuk-bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan
trombosit lenyap, mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi. 6. Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil) dan agranulosit (limfosit, makrofag dan monosit). 7. Larutan Turk merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan darah pada pengamatan sel darah putih 8. Hasil perhitungan leukosit yang didapat pada darah tikus putih adalah 6950/mm 3. 9. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu jenis leukosit yang ditemukan dalam darah tikus putih yaitu basofil 3%, eosinofil 5%, neutrofil 36%, limfosit 51% dan monosit 5%.
10
Daftar Pustaka
Aboderin, F. I. & V.O. Oyetayo. 2006. Haematological Studies of Rats Fed Diff erent Doses of Probiotic, Lactobacillus plantarum, isolated from fermenting corn slurry. Pakistan J of Nutrition 5: 102-105. Anonimous, 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Laboratorium Fisiologi hewan. Fakultas Biologi. Universitas Gajah mada. Yogyakarta. Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition.Benjamin Cummings: San Fransisco Dahelmi.1991. Fisiologi Hewan. UNAND Padang. Dorland. 1995. Pocket Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Company. Guyton dan Hall. 1997. Buku Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Stiawan, Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.
penerjemah.
Kale, S. R., dan Kale, R., R, 2008. Practical Human Anatomy and Physiology. Pune: Nirali Prakashan. Keir, L., Wise, B. A., Krebs, C. 2003. Medical Assisting: Essentials of Administrative and Clinical Competencies. Singaphore: Thomson Learning Kimball, Jhon W, (1993).Biologi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta Meyer D J and Harvey JW. 2004.Veterinary Laboratory Medicine Interpretation & Diagnosis.Third edition. USA: Saunders. Pearce, C.E. 1991. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pearce, Evelyn. (2002).Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC Tobin, M. 1994. Fisiologi Hewan : Mekanisme Fungsi Tubuh. Yogyakarta: Angkasa. Wijayanti, F., Solihin, D. D., Alikodra, H. S., Maryanto, I. 2011. Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal Biologi Indonesia 7(1): 89-98.
11
Lampiran:
Gambar: Haemocytometer
Gambar: cara membuat preparat apusan darah
Gambar: Larutan Apusan darah
Gambar: Leukosit
Gambar: Haemometer
Gambar: Larutan Hayem dan Turk
12