LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE FEVER (DF) DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP ANAK 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang 2018
DI SUSUN OLEH DWI HENDARWATI (2015.01.008) (2015.01.008)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE FEVER (DF) DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP ANAK 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Malang, Agustus 2018 Mahasiswa
(Dwi Hendarwati)
Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi
Kepala Ruangan
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE FEVER (DF) DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP ANAK 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Malang, Agustus 2018 Mahasiswa
(Dwi Hendarwati)
Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi
‘
Kepala Ruangan
A. Pengertian
Demam Dengue atau Dengue Fever (DF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 (Fajar, 2016). Dengue Haemorrhagik fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Falvivirus, virus RNA dari Keluarga Falviviridae (Soedarto 2012). DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2009). B. Etiologi
Etiologi Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-strand virus dari keluarga Falviviridae. Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2 (DEN 2), virus dengue-3 (DEN 3) dan virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994 menunjukan bahwa masing-masing serotipe virus dengan memiliki genotipe yang berbeda antara serotipe-serotipe tersebut (Soedarto 2012). Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri (Djamin,2013): 1. Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap. 2. Warnanya hitam dan belang-belang. 3. Menggigit pada siang hari. 4. Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap. 5. Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia. 6. Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak bersentuhan dengan tanah 7. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari.
C. Klasifikasi 1) Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif. 2) Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau
perdarahan lain. 3) Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) / Hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan anak gelisah 4) Derajat IV : demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur). D. Maninfestasi Klinis Adapun tanda dan gejala dari Demam dengue adalah (Khair, 2013):
1) Demam tinggi 5-7 hari. 2) Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma. 3) Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria. 4) Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi. 5) Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati. 6) Sakit kepala. 7) Pembengkakan sekitar mata. 8) Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening. 9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah). Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa:
1) Demam disertai ruam-ruam makulopapular. 2) Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan atau demam tinggi (>39 0C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam. 3) Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.
4) Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut. 5) Kadang-kadang demam mencapai 40 - 41 0C dan terjadi kejang demam pada bayi. E. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin)
terjadinya:
peningkatan
suhu.
Selain
itu
viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular
ke intersisiel
yang
menyebabkan
terjadi
dari,
hipovolemia.
Trombositopenia
dapat
akibat
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011). Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2010). Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume
plasma,
terjadi
hipotensi,
hemokonsentrasi
dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam, 2009). Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).
F. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit. 1) Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata. Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder 2) Derajat II peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis. Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknikteknik pemasangan infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan memburuk segera lapor dokter. 3) Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
G. Pemeriksaan Penunjang
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani, 2011): 1) Darah Lengkap : hematokrit (Ht) ada kenaikan bisa sampai 20%,
normal: pria 40-50%; wanita 35-47%, jumlah trombosit <100.000/mm 3 2) Uji torniquit : caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara
tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi. 3) Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan
memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman. 4) Isolasi virus: bahan
pemeriksaan
adalah
darah
penderita
atau
jaringanjaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang meninggal melalui autopay. H. Komplikasi 1) Sistem syaraf pusat
pada susunan sistem syaraf pusat (SSP) dapat berbentuk konfulsi, kaku kuduk, perubahan kesadaran dan paresis. 2) Ensefalopati
Dengue Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, ensefalopati.
atau
perdarahan,
Melihat
dapat
ensefalopati
menjadi
DBD
penyebab
bersifat
terjadinya
sementara,
maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
3) Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin. 4) Infeksi 5) Kerusakan hati 6) Kerusakan otak 7) Resiko syok 8) Kejang kejang.
I. Web Of Caution
J. Penatalaksanaan
a. Derajat I dan II
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut : 1. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg 2. 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg 3. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg 4. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
b. Derajat III
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
c. Derajat IV
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP.
I. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF 1) Pengkajian
a) Biodata Pasien b) Keluhan Utama Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah. c) Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis. d) Kaji riwayat masa lalu Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain. e) Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan. f) Pola kebiasaan 1. Nutrisi dan metabolisme Nutrisi dan metabolisme meliputi frekuensi,
jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. 2. Eliminasi
BAB Eliminasi BAB meliputi kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III sampai IV bisa terjadi melena. 3. Eliminasi BAK Eliminasi BAK yaitu perlu dikaji apakah sering
kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. 4. Tidur dan istirahat Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami
kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
g) Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah : 1. Kesadaran : umumnya anak dengan demam dengue tanpa rejatan tingkat kesadaran nya masih compos mentis, demam dengue dengan rejatan dimungkinkan akan terdapat penurunan kesadaran 2. Vital sign : anak dengan demam dengue akan mengalami peningkatan suhu tubuh selama 5-7 hari, pada kondisi lanjut disertai rejatan di mungkinkan adanya penurunan nadi maupun tekanan darah 3. Kepala dan leher : akan terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), 4. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata anemis 5. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran 6. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis 7. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi 8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan. 9. Dada Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan Perkusi : Sonor Palpasi : taktil fremitus normal 10. Abdomen Inspeksi
:
bentuk
cembung,
pembesaran
hati
Auskultasi : bising usus 8x/menit Perkusi : tympani Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
(hepatomegali)
11. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang 12. Genetalia : bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter 2) Diagnosa Keperawatan a)
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b)
Ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
berhubungan
dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam. c)
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
d)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan
e)
Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f)
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g)
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
Rencana Intervensi Keperawatan No
1
Diagnosa Keperawatan Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Perencanaan Intervensi
Tujuan
Tujuan: Anak menunjukkan
1. Observasi tanda-tanda vital : suhu,
tanda-tanda vital dalam batas
nadi, tensi dan pernapasan setiap 3
normal.
jam atau sering lagi. 2. Berikan
Kriteria
hasil:
Mendemonstrasikan
suhu
dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
penjelasan
mengenai
penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh. 3. Berikan
penjelasan
keluarga tentang
kepada
hal-hal
yang
dapat dilakukan untuk mengatasi demam. 4. Catatlah
asupan
dan
keluaran
anak untuk
banyak
cairan. 5. Anjurkan
minum paling tidak ± 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat bagi
anak. 6. Berikan
kompres
dingin
pada
daerah axila dan lipatan paha. 7. Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal. 8. Berikan terapi cairan intravena dan
Rasional 1. Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis. 2. Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar. 3. Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien. 4. Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output. 5. Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain itu dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. 6. kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi
pembululuh darah. 7. Untuk memudahkan dalam proses penguapan. 8. Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obatobatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.
obat-obatan sesuai dengan program 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
dokter. 1. Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap nyeri. 2. Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang. 3. Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV. 4. Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan
1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan resolusi komplikasi. 2. Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau mengurangi stimulus nyeri. 3. Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak. 4. Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit. 5. Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
anak. 6. Berikan
kompres
dingin
pada
daerah axila dan lipatan paha. 7. Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal. 8. Berikan terapi cairan intravena dan
pembululuh darah. 7. Untuk memudahkan dalam proses penguapan. 8. Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obatobatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.
obat-obatan sesuai dengan program 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
dokter. 1. Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap nyeri. 2. Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang. 3. Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV. 4. Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan
5. 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat. Kriteria hasil : Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
teman-temannya atau orang terdekat. Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter). Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak. Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih hangat Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama. Mempertahankan kebersihan mulut pasien Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit. Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit. Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan resolusi komplikasi. 2. Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau mengurangi stimulus nyeri. 3. Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak. 4. Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit. 5. Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
1. Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan serta memotivasi anak agar mau makan. 2. Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual. 3. karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik. 4. Untuk membantu status nutrisi. 5. Untuk merangsang napsu makan. 6. Untuk menghindari intoleransi makanan. 7. Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit. 8. Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam pemberian diet dan selanjutnya.
5. 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat. Kriteria hasil : Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
4
5
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : terjadi perdarahan
tidak
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Kriteria hasil : - Anak mendapatkan cairan yang cukup - Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tandatanda vital dan turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
teman-temannya atau orang terdekat. Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter). Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak. Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih hangat Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama. Mempertahankan kebersihan mulut pasien Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit. Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit. Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
1. Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis. 2. Monitor jumlah trombosit setiap hari. 3. Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak. 4. Anjurkan anak untuk banyak istirahat.
1. Monitor keadaan umum pasien. 2. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam. 3. Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan sesak napas. 4. Mengobservasi dan mencatat intake dan output. 5. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 6. Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
1. Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan serta memotivasi anak agar mau makan. 2. Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual. 3. karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik. 4. Untuk membantu status nutrisi. 5. Untuk merangsang napsu makan. 6. Untuk menghindari intoleransi makanan. 7. Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit. 8. Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam pemberian diet dan selanjutnya.
1. Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah kulit. 2. Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit. 3. Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat. 4. Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses penyembuhan. 1. Untuk mengetahui perkembangan penyakit. 2. Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi. 3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan sehingga mendapatkan perawatan lebih baik. 4. Untuk menentukan status hidrasi 5. Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan
4
5
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : terjadi perdarahan
tidak
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Kriteria hasil : - Anak mendapatkan cairan yang cukup - Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tandatanda vital dan turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
1.
6
Gangguan aktivitas seharihari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
:
mendapat
1.
Anak
istirahat
yang
adekuat Kriteria hasil : - Anak melakukan aktivitas sesuai
dengan
kemampuan. - Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
1. Monitor keadaan umum pasien. 2. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam. 3. Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan sesak napas. 4. Mengobservasi dan mencatat intake dan output. 5. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 6. Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
7. Mempertahankan intake dan output yang adekuat. 8. Monitor dan mencatat berat badan. 9. Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter).
Tujuan
yang
1. Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis. 2. Monitor jumlah trombosit setiap hari. 3. Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak. 4. Anjurkan anak untuk banyak istirahat.
Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak. 2. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak 3. Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
1. Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah kulit. 2. Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit. 3. Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat. 4. Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses penyembuhan. 1. Untuk mengetahui perkembangan penyakit. 2. Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi. 3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan sehingga mendapatkan perawatan lebih baik. 4. Untuk menentukan status hidrasi 5. Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. 6. Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit. 7. Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi. 8. merupakan indikator cairan dan nutrisi. 9. Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma 1. Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh. 2. Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. 3. Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
1.
6
Gangguan aktivitas seharihari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
7. Mempertahankan intake dan output yang adekuat. 8. Monitor dan mencatat berat badan. 9. Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter).
Tujuan
:
mendapat
1.
Anak
istirahat
yang
adekuat Kriteria hasil : - Anak melakukan aktivitas yang
sesuai
dengan
Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak. 2. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak 3. Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
kemampuan. - Kebutuhan istirahat anak
elektrolit. 6. Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit. 7. Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi. 8. merupakan indikator cairan dan nutrisi. 9. Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma 1. Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh. 2. Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. 3. Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
terpenuhi.
7
Perubahan
Tujuan
:Keluarga
proses keluarga menunjukkan berhubungan dengan
kondisi
vital
dalam
tanda-tanda batas
normal
koping yang adatif. Kriteria hasil :
anak.
-
Keluarga
menunjukkan
pemahaman tentang penyakit dan terapinya -
Keluarga
perilaku
menunjukkan
koping
terhadap anak.
positif
1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota k eluarga terhadap situasi yang penuh stress. 2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga. 3. Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan. 4. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga. 5. Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
1. Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk menguatkan pemahaman keluarga. 2. Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan. 3. Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan. 4. Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut. 5. Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.
7
Perubahan
Tujuan
:Keluarga
proses keluarga menunjukkan berhubungan dengan
kondisi
vital
dalam
tanda-tanda batas
normal
koping yang adatif. Kriteria hasil :
anak.
-
Keluarga
menunjukkan
pemahaman tentang penyakit dan terapinya -
Keluarga
perilaku
menunjukkan
koping
terhadap anak.
positif
1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota k eluarga terhadap situasi yang penuh stress. 2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga. 3. Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan. 4. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga. 5. Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
1. Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk menguatkan pemahaman keluarga. 2. Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan. 3. Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan. 4. Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut. 5. Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995 Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267 Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta. Effendi, C.1995. Perawatan klien DHF. EGC. Jakarta. Ngatiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. Rampengan,TH & laurentz,LR 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. EGC . Jakarta Tim pengajar perawtan Anak. 1999. Diktat Kuliah PSIK Perawatan Anak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995 Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267 Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta. Effendi, C.1995. Perawatan klien DHF. EGC. Jakarta. Ngatiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. Rampengan,TH & laurentz,LR 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. EGC . Jakarta Tim pengajar perawtan Anak. 1999. Diktat Kuliah PSIK Perawatan Anak.