LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS OBSTRUKTIF
Disusun Oleh :
Tien Restu Puspitasari
P17420213069
III B
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS OBSTRUKTIF
KONSEP DASAR PENYAKIT
PENDAHULUAN
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi dengan pasien yang ditangani secara konservatif.
DEFINISI
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada traktus intestinal (Price and Wilson, 2007).
Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan (Brunner and Suddarth, 2001).
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).
KLASIFIKASI
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruksi dibagi menjadi dua :
Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
Pada obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perlekatan usus, hernia, neoplasma, intususepsi (melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain), volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), steiktur, fibrokistik dan hematoma.
Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
Kira-kira 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di setiap bagian kolor terapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, kelainan di vertikular, inflamasi, tumor jinak, impkasi fekal atau pemadatan dan lain-lain.
ETIOLOGI
Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.
Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
Benda asing, seperti bezoar.
Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
TANDA DAN GEJALA
Nyeri tekan pada abdomen
Muntah
Konstipasi (sulit BAB)
Distensi abdomen
BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
PATOFISIOLOGI
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis, sepsis dan lain-lain, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dan lain-lain. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernafas. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu : nyeri akut, retensi urinarius, pola nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan risiko kekurangan volume cairan.
KOMPLIKASI
Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
PATHWAY
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sinar x untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.
Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi
TINDAKAN PENANGANAN
Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.
Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dan didekompresi.
Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada).
Menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.
Pembedahan :
Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien.
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-menerus
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s.d 10
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan
Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/ minuman, zat dan obat-obatan.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
Pemeriksan fisik
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk
Tanda : Kesulitan ambulasi
Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)
Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah dan haus terus menerus
Tanda : Muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah, kulit buruk
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan
Tanda : Napas pendek dan dangkal
Diagnostik Test
Pemeriksaan sinar X : akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
Pemeriksaan simtologi
Hb dan PCV : meningkat akibat dehidrasi
Leukosit : normal atau sedikit meningkat
Ureum dan eletrolit : ureum meningkat, Na+ dan Cl rendah
Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
Rontgen abdomen dalam posisi telentang : mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2 sekunder terhadap tekanan pada diafragma
Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada kandung kemih
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah
PERENCANAAN TINDAKAN
Dx 1 Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
Catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10) dan karakteristik nyeri
Rasional : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit atau terjadinya komplikasi
Beri tindakan nyaman (relaksasi, ubah posisi)
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping
Observasi vital sign
Rasional : Respon autonomic meliputi perubahan TD, nadi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
Kolaborasi dalam pemberian analgesic
Rasional : Pemberian analgesic membantu mengurangi rasa nyeri
Dx 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
Kriteria tujuan : mempertahankan nutrisi pasien adekuat
Rencana tindakan :
Catat masukan dan haluaran, timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengidentifikasi status asupan makanan
Batasi makanan yang menyebabkan kram abdomen (missal produk susu)
Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala
Konsul dengan ahli gizi
Rasional : Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien
Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
Rasional : Pemberian antiemetik diharapkan mampu mencegah muntah
Dx 3 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2 sekunder terhadap tekanan pada diafragma
Kriteria tujuan : Mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
Awasi frekuensi, kedalaman pernapasan
Rasional : Pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada sehubungan dengan akumulasi cairan dalam abdomen
Auskultasi bunyi napas
Rasional : Menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/ sekresi)
Pantau tanda vital
Rasional : Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
Ubah posisi dengan sering, dorong latihan napas dalam
Rasional : Membantu ekspansi paru dan memobilisasi secret
Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
Rasional : Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
Dx 4 Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada kandung kemih
Kriteria tujuan : berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi
Rencana tindakan :
Catat keluaran urine, selidiki penurunan aliran urine tiba-tiba
Rasional : Penurunan aliran urine tiba-tiba menunjukkan adanya obstruksi. Penurunan haluaran urine berhubungan dengan distensi abdomen.
Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler dan mukosa mulut
Rasional : merupakan indicator keseimbangan cairan
Dx 5 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah
Kriteria tujuan : Mempertahankan/ menunjukkan keseimbangan cairan
Rencana tindakan :
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan
Rasional : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
Observasi tanda vital
Rasional : Hipotensi, takikardia dan demam dapat menunjukkan respon thd dan atau efek kehilangan cairan
Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan
Kolaborasi pemberian antiemetic
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual dan muntah
EVALUASI
Nyeri berkurang atau hilang
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Pasien mampu bernafas secara normal
Pasien mampu berkemih secara normal
Volume cairan pasien adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Alief. M, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakarta
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih Bahasa Setiawan, dkk. Jakarta
Price and Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC
Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk
Diakses pada tanggal 3 Februari 2016, pukul 16.25 WIB