BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada wanita. Walaupun proses tersebut alami, masih terdapat kemungkinan untuk berkembang menjadi patologis. Untuk itu perlu perhatian lebih oleh ibu, keluarga dan tenaga kesehatan. Menurut laporan WHO tahun 2000, kematian perinatal sebesar 400 per 10.000 orang atau sekitar 200.000 orang pertahun. Ini berarti terjadi kematian perinatal setiap 1,2-1,5 menit. Hampir seluruh kematian perinatal tersebut adalah bayi lahir mati atau bayi meninggal di dalam rahim (Intrauterine Fetal Death). Menurut hasil riset kesehatan yang dilakukan Depkes tahun 1997, kematian perinatal terbesar disebabkan oleh kematian janin dalam rahim (IUFD) sebesar 33% disusul asfiksia 20,4% dan prematur 18,7%. Pada lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin antepartum tidak dikenal atau tidak dapat ditentukan. Penyebab yang berkaitan mencakup penyakit hipertensi dalam kehamilan, diabetes melitus, eritroblastosis fetalis, kecelakaan tali pusat, anomali janin bawaan, infeksi janin atau ibu, perdarahan fetomaternal atau antibodi antifosfolipid. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan mengenai obstetri genetika klinik, ilmu kesehatan anak dan ibu, dan patoogi perinatal, maka banyak kematian anak yang dulu belum diketahui sekarang sudah dapat diterangkan. Dengan demikian, maka manajemen obstetri perinatal selanjutnya menjadi lebih mudah. Dibanding masalah klinis, masalah utama yang dihadapi ibu biasanya lebih pada proses penerimaan psikologisnya terhadap kematian janinnya. Penerimaan ini bergantung pada seberapa besar harapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya ini. Menyadari hal ini maka penulis membuat tulisan ini sebagai bahan acuan dalam melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu dengan IUFD.
1
1.2. TUJUAN 1.2.1.
TUJUAN UMUM
Memahami diagnosis dan pengelolaan kematian janin dari aspek fisik dan psikologis. 1.2.2.
TUJUAN KHUSUS
a.Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada ibu dengan IUFD. b.
Mampu melakukan pengkajian data obyektif pada ibu dengan IUFD.
c.Mampu melakukan analisis masalah pada ibu dengan IUFD. d.
Mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu dengan IUFD.
e.Mampu melakukan pendokumentasian SOAP Asuhan Kebidanan pada ibu dengan IUFD.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFENISI INTRA UTERINE FETAL DEATH Defenisi kematian janin menurut World Health Organization (WHO) dan American College of Obtetricians and Gynecologists telah merekomendasikan bahwa kematian janin adalah kematian pada usia kehamilan 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih. Sedangkan menurut WHO Expert Committee on the Prevention of Perinatal Morbidity and Mortality ( 19709 ) menganjurkan agar dalam perhitungan statistik yang dinamakan kematian janin ialah kematian janin yang pada waktu lahir berat badannya di atas 1000 gram. Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin. Berdasarkan revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari Kematian Janin Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional mendefinisikan kematian janin sebagai ´kematian yang terutama berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapatdiperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi´. Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda laindari kehidupan seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transiendari jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau gasping. Pengertian ini kemudian diklasifikasikan sebagai kematian awal (<20minggu kehamilan), pertengahan (20-27 minggu kehamilan) dan lambat (>28minggu kehamilan). IUFD (Intra Uterine Fetal Demise) merupakan kematian janin yang terjadi tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna (Uncomplicated Pregnancy). Kematian janin terjadi kira-kira pada 1% kehamilan dan dianggap sebagai kematian janin jika terjadi pada janin yang telah berusia 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada usia di bawah usia 20 minggu disebut abortus. Pada dasarnya untuk membedakan IUFD dengan aborsi spontan, WHO dan American
College
of
Obstetricians
and
Gynaecologists
telah
merekomendasikan bahwa statistik untuk IUFD termasuk di dalamnya hanya kematian janin intrauterine dimana berat janin 500 gr atau lebih, dengan usia 3
kehamilan 22 minggu atau lebih. Tapi tidak semua negara menggunakan pengertian ini, masing-masing negara berhak menetapkan batasan dari pengertian IUFD. 2.2. ETIOLOGI Pada 25-30% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. (Sarwono. 2009 dan Manuaba IBG. 2007) 2.2.1.
FAKTOR MATERNAL (5-10%) Post term (>42 minggu)/ Prolonged Pregnancy Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang.Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan.
Diabetes Melitus tidak terkontrol
Sistemik Lupus Eritematosus Antibodi antikardiolipin dan antikoagulan lupus dilaporkan menyebabkan vaskulopati desidua, infark plasenta, hambatan pertumbuhan janin, abortus rekuren dan kematian janin.
Infeksi Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi seperti bakteri maupun virus. Bahkan demam tinggi pada ibu hamil (lebih dari 103º F) dapat menyebabkan janin tidak tahan dengan tubuh ibunya.
Hipertensi Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang disebabkan oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta yang disebabkan oleh spasme dan kadang-kadang trombosis dari pembuluh darah ibu.
Preeklamsia/ Elkamsia
Hemoglobinopati 4
Umur ibu tua (>40tahun) Selepas usia menjangkau 35 tahun ke atas setiap wanita akan mengalami penurunan dalam kualitas telur yang dihasilkan oleh ovarium. Umur berkaitan pula dengan perubahan hormone.
Penyakit Rhesus Akan timbul masalah bila ibu memiliki Rh negatif, sementara ayah Rh positif, sehingga janin akan mengikuti yang lebih dominan yaitu Rh positif, yang berakibat antara ibu dan janin akan mengalami ketidakcocokan
Rhesus.
Ketidakcocokan
ini
akan
mempengaruhi
kondisi janin tersebut. Misalnya dapat terjadi kondisi Hidrops fetalis, yaitu suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin antaralain berupa
pembengkakan
pada
perut
akibat
terbentuknya
cairan
yang berlebihan pada rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin penumpukan cairan di rongga dada atau rongga jantung, dan lainlain. Akibat dari penimbunan cairan-cairan yang berlebihan tersebut, tubuh janin akan membengkak yang dapat berakibat pula darahnya bercampur dengan air. Jika kondisi demikian terjadi, biasanya janin tidak akan tertolong lagi.
Ruptura Uteri Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan lanjut berarti perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan, sedangkan perdarahan pada persalinana dalah perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
Antifosfolopid Syndrom
Hipotensi akut
Kematian ibu Jika terjadi kematian ibu, sudah jelas janin juga akan mengalamikematian, dikarenakan fungsi tubuh yang seharusnya menopang pertumbuhan janin, tidak lagi ada.
2.2.2.
FAKTOR FETAL 5
Hingga 25-40% kasus lahir mati disebabkan oleh faktor janin
Hamil kembar
Kehamilan kongenital Kelainan genetik bisa juga disebut penyakit bawaan, misalnya kelainan genetik berat (trisomi). Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi pada saat kematian sudah terjadi, yaitu dari hasil otopsi janin. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan beresiko tinggi dan memakan biaya banyak.
Infeksi Sebagian besar didiagnosis sebagai “korioamnionitis”, ditandai dengan sebukan leukosit mononuklear dan polimorfonuklear pada korion, dan sebagian lagi sebagai “sepsis janin atau intrauterus”.
2.2.3.
FAKTOR PLASENTAL (25-35%)
Kelainan tali pusat
Lepasnya plasenta/ Solusio plasenta Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir menyebabkan terjadinya perdarahan. Intensitasnya bervariasi bergantung pada seberapa cepat ibu mendapat pertolongan. Apabila tertunda, kecenderungan pemisahan luas akan meningkat pesat dan menyebabkan kematian janin.
Ketuban pecah dini
Vasaprevia
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian janin sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom dan kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi keselamatan keluarga, pada kehamilan berikut perlu pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin. 2.3. FAKTOR PREDISPOSISI 6
Status sosial ekonomi rendah.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah.
Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun.
Partias pertama dan partias kelima atau lebih.
Kehamilan tanpa pengawasan antenatal.
Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat.
Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric.
(Mochtar R. 1998) 2.4. PATOLOGI Kalau janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahanperubahan sebagai berikut; a. Rigor Mostis (tegang mati) Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali. b. Stadium Maserasi I Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati. c. Stadium Maserasi II Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, terjadi setelah 48 jam anak mati. d. Stadium Maserasi III Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit. (FK Unpad, 1981) 2.5. DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin. 2.5.1.
ANAMNESA 7
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan janin dalam rahim sangat berkurang.
Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.
Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
Penurunan berat badan.
Perubahan pada payudara atau perubahan nafsu makan.
2.5.2.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.
Terhentinya perubahan payudara.
b. Palpasi
Tinggi fundus uteri lebih rendah atau lebih kecil dari usia kehamilan.
Tidak teraba gerakan-gerakan janin.
Dengan palpasi yang teliti dapat teraba krepitasi pada tulang kepala janin.
c. Auskultasi
Baik dengan stetoskop monoral maupun doppler tidak terdengar denyut jantung janin.
2.5.3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Reaksi biologis negatif setelah 10 hari janin mati. 2) Hipofibrinogenemia (defisiensi fibrinogen <100mg%) setelah 4-5 minggu janin mati. b. Pemeriksaan Radiologi 1) USG
Gerakan janin tidak ada.
Denyut jantung janin tidak ada.
Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin. 8
2) X-Ray
Spalding Sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpang tindih, pencairan otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
Nanjouk’s Sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung/ hiperfleksi.
Robert’s Sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar. Tanda ini ada pada kematian janin di bawah 12 jam.
Adanya akumulasi gas dalam jantung janin dan pembuluh darah besarnya.
2.6. DIAGNOSIS BANDING Tabel 1. Diagnosis Banding IUFD Gejala dan Tanda
Gejala dan Tanda
Kemungkinan
Yang Selalu Ada Yang Kadang Ada Diagnosis Gerakan janin berkurang atau Syok, uterus tegang/kaku, gawat Solutsio hilang, nyeri perut hilang janin atau denyut jantung janin Plasenta timbul
atau
perdarahan
menetap, tidak terdengar. pervaginam
setelah uk 22 minggu. Gerakan janin dan DJJ tidak Syok, perut kembung/cairan bebas Ruptur Uteri ada, perdarahan dan nyeri intraabdominal, hebat.
kontur
uterus
abnormal, abdomen nyeri, bagianbagian janin teraba lebih jelas,
denyut nadi ibu cepat. Gerakan janin berkurang atau Cairan ketuban bercampur Gawat Janin hilang,
DJJ
abnormal mekoneum.
(<100x/mnt atau >180x/mnt). Gerakan janin dan DJJ Tanda-tanda kehamilan terhenti.
Intrauterine
hilang.
Fetal Death 9
2.7. PENANGANAN KLINIS Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkkan, penderita segera diberi informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab serta rencana penatalaksanaannya. Rekomendasikan untuk segera diintervensi. Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu, kadar fibrinogen akan menurun dengan kecenderungan koagulopati. Masalah menjadi rumit bila kematian janin terjadi pada salah satu janin kembar. 2.7.1.
PENANGANAN UMUM
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan sesaat setelah diagnosis kematian janin telah ditegakkan; a) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital ibu. b) Pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan dan gula darah. c) KIE kepada ibu dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin. d) Rencana tindakan untuk terminasi kehamilan, utamakan pervaginam. e) Dukungan mental emosional kepada ibu dan keluarga. 2.7.2.
PENANGANAN KHUSUS
a) Jika pemeriksaan radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. b) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda-tanda kehidupan. c) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya psien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. d) Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun espektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil. e) Bila pilihan penanganan adalah espektatif;
Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu.
10
Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
f) Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif. g) Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks dengan skor bishop.
Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin. Cat : Hati-hati pada induksi dengan uterus pasca seksio sesarea maupun miomektomi, bahaya ruptur uteri.
Jika serviks belum matang, lekukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley. Cat : Jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir.
h) Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol.
Tempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina. Dapat diulangi setelah 6 jam.
Jika tidak terjadi respon setelah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.
Pada kematian janin 24-48 minggu dapat digunakan misoprostol 50100 mcg tiap 4-6 jam dan induksi oksitosin. Pada kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol 25 mcg pervaginam tiap 6 jam.
i) Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis. j) Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati. k) Setelah bayi lahir, beri kesempatan pada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual keagamaan merawat mayat janin yang meninggal tersebut. l) Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi. (Sarwono, 2009)
11
2.8. DUKUNGAN PSIKOLOGIS Dalam praktek dukungan emosional bagi ibu yang tengah mengalami kegawatdaruratan obstetrik dan jika terjadi kematian janin atau bayi lahir abnormal, beberapa faktor spesifik perlu dipertimbangkan. Banyak faktor yang mempengaruhi reaksi seorang ibu terhadap kematian bayinya, seperti;
Riwayat obstetrik sebelumnya serta riwayat hidup ibu tersebut.
Sampai sejauh mana ia menginginkan bayi tersebut.
Kejadian sekitar proses kelahiran dan penyebab kematian.
Pengalaman kematian sebelumnya.
SAAT TERJADI
Hindarkan penggunaan sedatif dalam membantu ibu menghadapi peristiwa tersebut. Sedatif akan menunda keikhlasan menerima fakta kematian dan merasakan terkenang kembali nantinya –merupakan bagian dari proses penyembuhan emosi- menjadi lebih sulit.
Biarkan ibu melihat usaha yang dilakukan tenaga medis dalam menolong si bayi.
Biarkan ibu atau suaminya untuk melihat atau memeluk bayinya dalam mencurahkan rasa duka, kecuali ibu tidak tega melihat bayinya.
Siapkan orang tua untuk kemungkinan adanya keadaan yang mengganggu atau sesuatu yang tidak diharapkan dari bayinya (merah, keribut, kulit terkelupas). Bila mungkin, selimuti bayi tersebut sehingga tampak normal pada pandangan pertama.
Jangan pisahkan ibu dengan bayinya terlalu cepat (sebelum dia siap) karena hal ini dapat mengganggu dan memperpanjang proses duka.
SETELAH TERJADI
Biarkan ibu dan keluarganya bersama bayi. Orang tua dari bayi yang meninggal masih perlu mengenali bayinya.
12
Orang berduka dengan cara yang berbeda-beda, tapi untuk banyak orang, kenangan adalah yang terpenting. Tawarkan pada ibu dan keluarganya barangbarang kenangan seperti potongan rambut atau tanda nama bayi.
Biarkan ibu dan keluarganya menyiapkan bayi untuk pemakaman jika dikehendaki.
Anjurkan acara pemakaman sesuai dengan adat kebiasaan setempat dan pastikan tindakan medis (seperti otopsi) tidak mengganggu mereka.
Atur diskusi denngan ibu dan suaminya untuk membicarakan kejadian ini dan pencegahan yang perlu dilakukan dimasa mendatang.
(Sarwono, 2009)
13
2.9. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IUFD Nomor Register
: Penting diketahui untuk mengetahui rekam medik pasien, memudahkan
dalam
mencari
riwayat
kesehatan,
kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya. Tanggal
: mengetahui tanggal pelaksanaan pengkajian.
Jam
: mengetahui waktu pelaksanaan pengkajian.
Oleh
: mengetahui orang yang melakukan pengkajian.
Tempat
: mengetahui tempat dilakukannya pengkajian.
2.9.1. PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1) Identitas i.
Nama ibu / suami Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang lain. ii. Umur ibu / suami : Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara 19-35 tahun, dengan otot masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang. Tetapi menurut pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih mudah untuk melahirkan jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun, primitua dikatakan mulai 35 tahun dimana usia >35 thn merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD. iii. Agama Untuk
mengetahui
kemungkinan
pengaruhnya
terhadap
kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan
bidan
melakukan
pendekatan
dialam
melaksanakan asuhan kebidanan. iv. Suku/bangsa Untuk
mengetahui
latar
belakang
sosial
budaya
yang
mempengaruhi kesehatan klien. 14
v. Pendidikan Tingkat
pendidikan
yang
rendah
merupakan
faktor
predisposisi terjadinya IUFD. vi. Pekerjaan Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi ibu dimana status sosial ekonomi rendah menjadi faktor predisposisi terjadinya IUFD. vii. Alamat Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit ke ibu) 2) Keluhan Pada ibu dengan IUFD umumnya memiliki keluhan utama tidak merasakan gerakan janin selama beberapa waktu dan perut yang tidak kunjung membesar atau malah mengecil. 3) Riwayat Menstruasi Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini memungkinkan bidan untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu, memperkirakan usia kehamilan saat itu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin dan menyebabkan kematian janin.
Siklus Lama Teratur/tidak Banyaknya
: normalnya 28/35 hari. : normalnya 5 – 7 hari.
: normalnya 2 – 3 pembalut/hari Dismenorrhoea : normalnya sebelum/
saat/ setelah haid. HPHT : menentukan
tafsiran
persalinan dan usia kehamilan (sebagai 15
patokan apakah klien melahirkan at term atau tidak. Bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan dengan rumus Nagel (hari + 7, bulan – 3, tahun + 1) 4) Riwayat Obstetri Lalu Mengetahui berapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus, jika sudah pernah melahirkan, usia anak terkecil ditanyakan untuk mengetahui jarak kelahiran. Paritas pertama dan kelima atau lebih merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD. 5) Riwayat Kehamilan Sekarang Mengetahui apa semasa hamil klien melakukan kontrol kehamilan (ANC) yang baik atau tidak, sebab kehamilan tanpa pengawasan antenatal menjadi faktor predisposisi terjadinya IUFD. Pada ibu dengan IUFD, perlu dikaji lebih mendalam tentang gerakan janin. Mulai dari kapan gerakan terakhir, pola gerakan, lokasi gerakan dirasakan paling banyak, bagaimana sensasi yang ditimbulkan saat janin bergerak, dan hal penting lainnya. 6) Rwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi Untuk mengetahui sejauh mana klien dan suami merencanakan kehamilan ini. Pada kasus IUFD, ini sangat berpengaruh pada penerimaan ibu dan keluarga atas kematian janin 7) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien untuk mengidentifikasi adanya penyakit yang pernah dan sedang dialami klien yang berpotensi menjadi penyebab IUFD.
Jantung Penyakit jantung menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2 untuk tumbuh kembang janin. Terjadi relatif-absolut gangguan pertukaran O2-CO2 paru
16
(hipertensi-edema paru) yang dapat menyebabkan terjadinya kematian janin.
Hipertensi Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang disebabkan oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta yang disebabkan oleh spasme dan kadang-kadang trombosis dari
pembuluh darah ibu. Ginjal Ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah kering,
hipertensi, proteinun, nokturia. Hepatitis Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu. Asma / TBC Dampak terhadap kehamilan adalah kekurangan O2 (PO2 < 59
mmHg) sehingga dapat menyebabkan kematian janin Diabetes Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah “3P” yaitu polydipsia, polyphagia dan polyuria. Pada IUFD, DM merupakan salah satu etiologinya dimana terjadi kerusakan pembuluh darah, viskositas darah meningkat, aterosklerosisi sekunder dan kerusakan organ lainnya.
8) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi menurun atau menular kepada ibu dan bayi, meliputi penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes mellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli. 9) Riwayat Psikososial dan Budaya
Kawin berapa kali, pada umur .... th
Apakah kehamilan direncanakan/tidak
Apakah keluarga mendukung kehamilan ini ....
Respon keluarga pada kehamilan ini ....
17
Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan sosial klien. 10) Data Fungsi Kesehatan
Nutrisi Terakhir makan: (meliputi waktu terakhir makan, jumlah, dan jenis makanan yang dimakan ibu). Terakhir minum: (meliputi waktu terakhir minum, jumlah, dan jenis minuman yang diminum ibu). Informasi ini untuk memperkirakan besarnya intake ibu menjelang masuk Rumah Sakit sebagai cadangan energi ibu untuk proses perawatan yang akan diterimanya.
Eliminasi Meliputi waktu terakhir ibu BAB dan BAK.
Istirahat tidur Ibu terakhir tidur pada pukul berapa dan berapa lama (untuk menentukan status istirahat terakhir ibu yang juga merupakan cadangan energi sebelum menjalani perawatan). Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
Aktivitas Aktivitas terakhir apa dan jam berapa, yang dilakukan ibu sebelum mendapati masuk rumah sakit.
Aktivitas Seksual Kapan terakhir kali ibu melakukan hubungan seksual.
Personal hygiene Kapan ibu terakhir mandi, ganti pakaian dan celana dalam.
Pola Kebiasaan Merokok
:
Alkohol
:
Narkoba
:
Obat-obatan
:
Jamu-jamuan
: 18
Binatang peliharaan
:
Pantangan makanan
:
Adat/ budaya masyarakat : B. Data Objektif Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, maupun pemeriksaan penunjang. 1) Pemeriksaan Umum a) Keadaan Umum: Baik/ jelek b) Kesadaran Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi compos mentis, apatis, delirium, somnolen, stupor, dan coma. Dalam persalinan perlu mengetahui kesadaran ibu, karena jika kesadaran ibu terganggu, maka akan sangat berpengaruh pada proses persalinan itu sendiri, mengingat persalinan merupakan usaha dari ibu secara sadar yang dilaksanakan sesuai pimpinan persalinan yang diberikan oleh bidan. c) Tanda-Tanda Vital: Tekanan Darah :
Tekanan
darah normal antara 100/60, 140/90 mmHg.
Pada
PER,
didapatkan
Tekanan darah sistolik antara 140160 mmHg dan tekanan darah Diastolik 90-110 mmHg Nadi : Normalnya
antara
80-110 x/mnt Respiration Rate (RR):Pernafasan normal 16-24x/menit. Bila lebih dari 24x/menit takipnea. Suhu :
menandakan
adanya
Suhu normal 36,10C
– 37,60C, suhu tubuh > 37,60C
19
dikatakan
demam
dan
perlu
dicurigai adanya infeksi.
d) Antropometri Berat Badan Menurut salmah, dkk, 2006, peningkatan BB normal total selama kehamilan adalah 12,5 kg. atau kita bisa hitung dengan menggunakan BMI Tinggi Badan Ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm, kemungkinan mempunyai panggul sempit. Lingkar Lengan Atas (LILA) LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang. 2) Pemeriksaan Fisik (data fokus) a) Muka/ Wajah edema/tidak, tidak ikterus, conjungtiva merah muda/pucat, sklera putih/tidak. b) Mulut Bibir tidak pucat. c) Payudara - Pembesaran : tidak ada pembesaran, simetris. - Puting susu : menonjol - Kebersihan : bersih d) Abdomen/ uterus - Kebersihan : bersih - Pemeriksaan Leopold, dilakukan dengan palpasi, meliputi palpasi Leopold I-IV dengan penjelasan sebagai berikut: Leopold I : Untuk mengetahui tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat di fundus. Normalnya teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting, mengetahui TFU dan TBJ. Pada IUFD fundus uteri teraba lebih kecil dari usia kehamilan yang seharusnya. Mengukur TFU dengan metline pada UK > 22 minggu. Rumus perkiraan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm (Mac Donald): 20
Tinggi Fundus Uteri = Tuanya kehamilan 3,5 dalam bulan Tabel 3. Kriteria TFU menurut usia kehamilan Umur Kehamilan (minggu)
TFU 3 jari atas simfisis
12
Pertengahan pusat – simfisis
16
3 jari bawah pusat
20 cm
20
Setinggi pusat
23 cm
24
3 jari atas pusat
26 cm
28
Pertengahan pusat – px
30 cm
32
3 jari bawah px
33 cm
36
Pertengahan pusat – px
40
Rumus Johnson Tausak (untuk mengetahui TBJ) Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk PAP / divergen, TBJ = (TFU – 11) x 145 Bila bagian terendah janin sebagian kecil sudah masuk PAP / sejajar, TBJ = (TFU – 12) x 145 Bila bagian terendah janin belum masuk PAP / konvergen, TBJ= (TFU – 13) x 145 Caranya :
pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus, konsistensi uterus Leopold II
: Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada disamping kiri dan kanan uterus ibu. Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba bagian kecil
21
janin.
Dan
banyak
lagi
kemungkinan
perabaan pada letak yang lain. Pada IUFD, utamanya dengan kematian diatas 4 minggu, bagian janin akan sulit teraba karena badan janin telah menjadi sangat lemas, tulang-tulang janin saling tumpang tindih dan hubungan antar Leopold III
tulang telah sangat rapuh. : Menentukan bagian terendah janin dan apakah bagian terendah tersebut sudah masuk PAP atau belum (Posisi tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar) Pada kematian janin yang lama akan sulit menilai bagian terendah janin, umumnya
Leopold IV
teraba ballotement. : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas pinggul. Penurunan bagian terendah/terbawah dengan metode lima jari perlimaan Pada kematian janin yang lama akan sulit menilai sejauh mana bagian terendah
janin masuk pintu atas panggul. - Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) DJJ harus diantara 110-160 x/menit. Pada IUFD tidak terdengar denyut jantung janin. e) Ekstremitas Atas/ Bawah - Oedema : -/Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul. -
Varices : Varices merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva,
-
vagina, paha, tungkai bawah. Refleks patella : +/+ Normal jika tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila refleks patella negatif, kemungkinan
pasien kekurangan vitamin B1. f) Genetalia 22
-
Vulva dan Vagina Oedema : tidak Varices : tidak Bartholinitis : tidak Pembesaran kelenjar skene : tidak Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak
-
berwarna, tidak berbau, tidak gatal). Anus : tidak ada hemorrhoid Wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi pelebaran vena haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus.
3) Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan Dalam (VT) Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan dengan melakukan pemeriksaan langsung pada jalan lahir. Tanggal : jam : oleh : a) Adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum b) Pembukaan : 1-10 cm (evoluasi tiap 4 jam) Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam. Dan c) d) e) f) g)
pada multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam Penipisan / effacement Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih Presentasi : kepala Denominator : UUK depan Adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi
ganda) h) Hodge : I – IV 1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan promontorium. 2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah simfisis. 3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. 4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os koksigeus. Pada IUFD dimana direncanakan terminasi kehamilan, penilaian serviks dilakukan dengan skor bishop 23
Tabel 4. Skor Bishop
4) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan lab
: pada IUFD penting untuk mengetahui
kadar faktor-faktor pembekuan dalam tubuh ibu. b) USG : Pada IUFD penting untuk memastikan tidak ada gerakan otot jantung janin dan tanda-tanda kematian janin lainnya seperti 2.9.2.
spalding sign’s dll IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada klien A. Diagnosa Aktual G… PAPAH, usia kehamilan, tunggal, intrauterine, janin dengan IUFD B. Masalah Masalah yang muncul berdasarkan hasil pemeriksaan 2.9.3.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat. Pada ibu dengan IUFD potensial terjadi hipofibrinogenemia 2.9.4.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan. 2.9.5. PERENCANAAN 1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. 24
R/ dengan ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan, ibu dan keluaga akan memahami keadaan yang sedang mereka hadapi. 2. Beri KIE tentang IUFD. R/ dengan ibu memahami dengan apa yang dimaksud dengan kematian janin dan gejala yang menyertainya, akan membantu ibu menerima kematian janinnya. 3. Minta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan dengan inform consent. R/ sebagai tanggung gugat tertulis 4. Beri dukungan psikologis pada ibu dan keluarga. R/ dengan adanya dukungan, bisa lebih membantu ibu menerima kematian janinnya. 5. Penuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi, dll R/ dengan memenuhi kebutuhan ibu akan lebih siap menghadapi penanganan selanjutnya, seperti tenaga nya terpenuhi pada kasus ini diambil contoh yang dapat menggunakan persalinan pervaginam 6. Bekerjasama dengan spog untuk memberikan terapi dan tindakan untuk terminasi kehamilan. a. pro induksi→ misoprostol 50mg/vag/6 jam bila PS < 5, diberikan hingga PS ≥ 5 b. bila PS ≥ 5, pro OD 12 jam setelah misoprostol terakhir c. bila inpartu, pro spontan letak belakang kepala (Spt B) R/ dengan bekerjasama dengan SpOG, pasien akan mendapat terapi yang tepat dab bidan bertindak sesuai dengan kewenangan 7. observasi keluhan, kesadaran, Vital Sign, dan tanda-tanda inpartu. R/ untuk memantau kemajuan persalinan dan keadaan janin dan ibu 2.9.6. IMPLEMENTASI 1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. 2. Memberikan KIE tentang IUFD. 3. Memiinta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan dengan inform consent. 4. Memberi dukungan psikologis pada ibu dan keluarga. 5. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi, dll 6. Bekerjasama dengan SPOG untuk memberikan terapi dan tindakan untuk terminasi kehamilan. a. pro induksi→ misoprostol 50mg/vag/6 jam bila PS < 5, diberikan hingga PS ≥ 5 b. bila PS ≥ 5, pro OD 12 jam setelah misoprostol terakhir c. bila inpartu, pro spontan letak belakang kepala (Spt B) 25
7. Mengobservasi keluhan, kesadaran, Vital Sign, dan tanda-tanda inpartu. 2.9.7. EVALUASI 1. Ibu dapat melalui fase kala persalinan dengan normal tanpa komplikasi dan kesulitan yang berarti. 2. Ibu dapat menerima kematian janinnya. BAB III TINJAUAN KHUSUS PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “M” GRAVID 22-23 MINGGU DENGAN IUFD DIKAMAR BERSALIN RSU HAJI No Register
: 624228
MRS Tanggal/jam
: Jum’at 29 Juni 2012, pukul 09.00 WIB
Tanggal Asuhan
: Jum’at 29 Juni 2012, pukul 09.30 WIB
Tempat Pemberian Asuhan : Kamar Bersalin RSU Haji Pemberian Asuhan
: Bidan Ulfah Wahid
3.1. DATA SUBYEKTIF 3.1.1
3.1.2
Biodata
Nama Ibu
: Ny. “M”
Nama Ibu
: Tn. “R”
Umur
: 36 tahun
Umur
: 42 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Pendidikan : SLTP
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: pegawai Swasta
Pekerjaan
: pegawai Swasta
Alamat
: Jl. Berbek Sultan Waru
Keluhan utama Ibu datang dengan pengantar dari poliklinik RSU haji untuk rencana terminasi kehamilan. Tidak ada keluhan apapun mengenai kesehatan tubuhnya dan janinnya. Ia datang untuk melakukan pemeriksaan rutin kehamilan seperti bulan-bulan sebelumnya. Namun kemudian ia kesulitan oleh diagnose dokter bahwa 26
janinnya telah meninggal. Ibu masih sedih dan menyangsikan bahwa bayinya telah meninggal karena ia merasa masih bias merasakan gerakan janinnnya. Ibu berharap janinnya hidup lagi.
3.1.3
Riwayat Menstruasi
3.1.4
Siklus
: 28-30 hari
Lamanya
: 7 hari
Banyaknya
: 1 pembalut
Dismenorhoe
: Tidak
HPHT
: 23-1-2012
Riwayat Obstetri yang lalu Kehamilan
Hamil
Suami
ke-
ke-
I (1999)
1
Persalinan
Penyulit
UK
-
9 bln
Nifas
Anak
Penolong Penyulit jenis Penyulit L/P BBL bidan
-
N
-
Hidup Umur
P 2750 13 th
Lain ASI Ket ya
2(2012) Hamil ini
3.1.5
Riwayat Kehamilan Ini
Keluhan selama hamil :
mual sampai
usia kehamilan 2 bulan
ANC
:
2 x di poliklinik hamil
RSU haji
Imunisasi TT
:
TT ke 5 saat hamil
Gerakan Janin :
merasakan gerakan-
anak pertama.
gerakan di perutnya utamanya di perut bagian atas (di atas pusat) yang ia definisikan sebagai gerakan janin 3.1.6
Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi
27
-
Menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim sejak setelah kelahiran anak I (1999) sampai tahun 2009. 3.1.7
Riwayat Kesehatan Klien Tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit sistematik seperti TBC,Hepatitis, AIDS, Hipertensi, DM, dan lain-lainnya.
3.1.8
Riwayat Kesehatan Keluarga Suami ibu menderita penyakit Diabetes Militus sejak tahun 2003.
3.1.9
Riwayat Psikososial dan Budaya
Menikah sejak umur 14 tahun dengan suaminya saat ini
Ibu dan suami sangat mengharapkan kehamilan ini.
Kehamilan direncanakan sejak 3 tahun lalu (lepas IUD)
Ibu khawatir tidak bisa hamil lagi karena umurnya dan penyakit DM yang di derita suaminya.
3.1.10 Data Fungsi Kesehatan Nutrisi:
makan terakhir pkl 07.00 wib, porsi 1
piring, terdiri dari nasi, lauk, dan sayur, ditambah buah, minum air putih 7-8 gelas Eliminasi
:
BAK terakhir saat tiba di RS pkl
10.00 wib. BAB terakhir pagi tadi Istirahat
: istirahat terakhir tadi malam, tidur
malam 8 jam. Aktivitas
:
sehari-hari bekerja di perusahaan
swasta dan juga sebagai ibu rumah tangga. Personal Hygine Kebiasaan
:
terakhir mandi tadi pagi.
: tidak ada aktivitas yang mengganggu
kesehatan 3.2. DATA OBYEKTIF 3.2.1.
PEMERIKSAAN UMUM 28
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
: TD : 100/70 mmHg N : 78x/menit
Antropometri
P: 20x/menit S: 36,7o C
: Tinggi badan 150 cm Berat badan 60 kg
TP 3.2.2.
: 26-10-2012
Pemeriksaan fisik Wajah
: Bersih, tidak pucat, tidak oedem.
Mata
: Skelera putih, konjingtiva merah muda
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena Jugularis
Dada
: Payudara simetris, hyperpigmenjtasi areola, putting susu menonjol. Tidak teraba benjolan. Colostrums belum ada
Abdomen
: tampak stiae livide dan linea alba. Pembesaran perut/uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan Leopold I : TFU ½ pusat symphisis pubis Leopold II : Sulit teraba bagian janin Leopold III: Ballottement Leopold IV: Sulit dinilai Denyut jantung janin tidak terdengar.
Ekstremitas : tidak ada oedem, tidak ada varices 3.2.3.
Pemeriksaan Khusus Vaginal Toucher tanggal 29 juni 2012 pkl. 10.00 wib oleh dokter
3.2.4.
-
Serviks kenyal, posisi tengah, panjang 3-4 cm, tertutup
-
Pelepasan (-)
-
Bagian terendah janin belum teraba
-
Skor Bishop 2
Pemeriksaan Penunjang
USG tanggal 28 Juni 2012 di RSI A. yani -
Janin tunggal, intrauterine, BPD 21, DSS (-) 29
Perkiraan kematian 4 minggu yang lalu
Pemeriksaan labolatorium tgl 29 juni 2012, pukul 17.00 WIB -
Darah Lengkap
-
Hb
12,1 gr/dl
FH
PLT
349.000 /mm3
PPT
C: 12,5” P: 10,9”
WBC
5650/mm3
APTT
C: 26”
HCT
36%
P: 27,6”
3.3. ANALISIS Diagnosa
: G2P1001 gravidn 22-23 minggu, tunggal, intrauterine dengan IUFD
Masalah
: - Ibu belum bisa menerima kematian janinnnya - Ibu khawatir tidak bisa hamil lagi
3.4. PENATALAKSANAAN 29 Juni 2012 a) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayinya saat ini. E/ Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan. b) Memberi KIE tentang IUFD, termasuk cara menilai gerakan janin. E/ Ibu memehami yang dimaksud dengan kematian janin dan ibu memahami bahwa yang dirasakannya beberapa waktu ini bukanlah gerakan janin ,melainkan kemungkinan gerakan usus, dimana gerakan yang dirasakan diperut bagian atas sedangkan pembesaran uterus dan janin belum melewati pusat. c) Meminta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan terminasi kehamilan dengan inform consent. E/ informed consent ditandatanngani d) Memberi ibu dan keluarga dukungan psikologis dalam menghadapi kematian janin dan dalam mengikuti prosedur terminasi kehamilan. E/ ibu lebih tenang dalam menjalani terapi yang diberikan. e) Memberi KIE tentang kondisi fisik bayi yang meninggal saat lahir nantinya. E/ ibu dan keluarga sudah siap menerima kondisi bayinya. f) Memberi KIE tentang persiapan prakonsepsi dan masa subur E/ ibu kembali bersemangat dan yakin untuk hamil lagi dan bersedia sabar menunggu hingga kondisinya sudah pulih. 30
g) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi, dll E/ ibu makan dan minum dengan baik. h) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberikan terapi dan tindakan untuk terminasi kehamilan. E/ dilakukan pemberian misoprostol 200mcg/vaginal/6 jam i) Observasi keluhan, kesadaran, Vital Sign, dan tanda-tanda inpartu. E/ untuk memantau tanda-tanda dimulainya persalinan dan keadaan ibu Tabel Observasi Tgl/ Jam
Terapi
Kontraksi Keluhan
KesaTD
Negatif
Tidak
daran cm 100/
pkl 10.00 WIB 200mcg/vag 29 Juni 2012 Misoprostol Negatif
ada Tidak
cm
pkl 16.00 WIB 200mcg/vag 29 Juni 2012 Misoprostol Negatif
ada Tidak
29 Juni 2012
Misoprostol
pkl 22.00 WIB 200mcg/vag ada 30 Juni 2012 Misoprostol Ada, tdk Tidak pkl 04.00 WIB 200mcg/vag teratur
Vital sign N P S
VT
78
20
36,7
1 cm
70 110/
80
20
36,7
1 cm
cm
70 110/
80
20
36,7
1 cm
cm
70 110/
80
20
36,6
1 cm
ada
70
3.5. CATATAN PERKEMBANGAN 3.5.1. S
30 Juni 2012 Pkl 11.30 : perut kencang-kencang sejak semalam keluar bayi dari jalan lahir
O
: Pkl 11.30 bayi lahir spontan, JK ♂, BBL 500 gr, kulit berwarna kecoklatan dan melepuh, tulang-tulang lunak. Pkl 11.32 Manajemen Aktif Kala III, injeksi oksitosin 10 IU/im, tali pusat rapuh, terputus dengan sendirinya dari janinnya Pkl 11.47 Injeksi oksitosin ke 2 10 IU/im Pkl 12.00 plasenta belum lahir VT ; pembukaan 4 cm, teraba tali pusat menjulur dari mulut rahim
A
: P2001 inpartu kala III dengan retensio plasenta
P
: Informed consent ibu dan keluarga rencana kuretase Mengingatkan ibu untuk mulai puasa sebagai persiapan untuk kuret Memasang IUFD dextrose 5% 31
Berkolaborasi dengan dokter SpOG pemberian oksitosin drips 10 IU dalam 500cc dextrose 5% 3.5.2. S
30 Juni 2012 Pkl 15.00 : keluar darah dari jalan lahir nyeri perut bagian bawah
O
: Terpasang IUFD dextrose 5% + oksitosin 20IU 20 tpm Nampak pelepasan darah dari jalan lahir ±200cc
A
: P2001 inpartu kala III dengan retensio plasenta prokuretase plasenta
P
: - memberitahu ibu prosedur kuret - menyiapkan alat dan ruangan untuk kuret - menyiapkan ibu dimeja kuret - mendampingi dokter dalam melakukan kuretase, keluar jaringan plasenta, darah ± 100 cc. - observasi kesadaran, TTV dan perdarahan 2 jam postkuret KU baik Kesadaran composmentis TD 110/70 mmHg
P 24x/mnt
N 82x/mnt
S 36,7 C
32
BAB 4 PEMBAHASAN Pengumpulan data yang dilakukan pada Ny “M” G2P1001 UK 22-23 minggu dengan IUFD sempat terjadi kerancuan kerena ibu mengatakan masih merasakan gerakan janinnya, sedangkan untuk diagnosa IUFD seharusnya tidak terasa gerakan janin. Setelah dikaji lebih dalam, ternyata ibu salah mendeskripsikan gerakan usus sebagai gerakan janin, dimana pergerakan yang dimaksud berada di kuadran atas abdomen, sedengkan pembesaran uterus belum masuk ke kuadran atas abdomen. Masalah yang muncul adalah Ibu belum bisa menerima kematian janinnnya dan ibu khawatir tidak bisa hamil lagi, pada kenyataannya tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada janin, oleh karena itu dalam intervensi penting diberikan KIE tentang apa yang dimaksud IUFD dan gejala yang muncul, serta KIE tentang persiapan prakonsepsi. Karena ibu telah terpuaskan oleh KIE yang diberikan, ibu bersedia mengikuti prosedur terminasi kehamilan dengan tenang. Bayi lahir dalam keadaan maserasi stadium III yang ditandai dengan badan janin sudah sangat lemas, hubungan antar tulang-tulang menjadi longgar dan terjadi oedem diseluruh tubuh. Pada proses persalinan kala III terjadi masalah dimana tali pusat putus dengan sendirinya sehingga plasenta tidak dapat lahir secara spontan (Retensio Plasenta). Hal ini dapat disebabkan karena proses transformasi janin dimana tidak hanya janin tapi plasenta
33
dan tali pusat juga mengalami perubahan yang menyebabkan melemahnya struktur jaringan plasenta dan tali pusat sehingga mudah putus. Adapun rencana asuhan yang diberikan sebagai asuhan kebidanan sudah disesuaikan dengan diagnose dan masalah yang ada. Pada evaluasi terlihat bahwa semua planning telah dilakukan dengan baik.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
1.1 SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu dengan IUFD di atas bahwa dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif, mahasiswa mampu membuat diagnosa, masalah maupun kebutuhan, serta memberikan intervensi yang tepat. Jika intervensi dapat dilakukan dengan baik maka akan didapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. 1.2 SARAN 1.
Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan laporan yang akan datang. 2. Bagi Tempat Praktik. Sebagai bahan masukan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu dengan IUFD.
3.
Bagi Mahasiswa lain Dapat dijadikan pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan selanjutnya dengan keluhan yang berbeda. 34
35