MAKALAH PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul
: Pertumbuhan Jamur Tiram ( Pleorotus ostreatus ) Pada Media
Tanam
yang
dicampur
dengan
Kiambang
(Salvina sp) dan Sumbangannya Pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Nama/NIM
: Tri Asneti / 06091009025
Pembimbing Proposal
: 1. 2.
I.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jamur dikenal sebagai organisme pembusuk yang penting untuk menghancurkan sisasisa tumbuhan dan hewan. Jamur hidup secara saprofit pada sisa-sisa organisme maupun parasit pada organisme yang masih hidup. Berdasarkan sifat hidupnya, jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia. Salah satu jamur yang menguntungkan menguntungkan bagi manusia adalah jamur tiram tir am ( Pleurotus ostreatus). Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu kayu yang kandungan proteinnya menempati urutan kedua setelah kacang-kacangan. Jamur tiram termasuk tanaman heterotrofik yang hidupnya tergantung pada lingkungan tempat ia hidup. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur antara lain suhu, kelembaban ruangan, cahaya, dan sirkulasi udara (Cahyana, 2001). Jika terjadi defisiensi pada salah satu faktor tersebut, maka pertumbuhan jamur tiram putih tidak ti dak akan optimal. Dari segi agronomi, tanaman jamur dapat tumbuh secara alami pada batang- batang pohon yang telah mengalami pelapukan. Hal ini mudah di jumpai di hutan- hutan di Indonesia. Namun sesuai dengan perkembangan teknologi mulai dibudidayakan secara besarbesaran dengan metode rekayasa teknologi modern yaitu penanaman jamur dalam polibag dengan media serbuk gergaji, jerami padi, dan dapat juga dengan serabut alang – alang, jamur tiram juga dapat tumbuh pada media lain seperti ampas tebu, kulit kacang, serabut kelapa.
Namun sejauh ini para pengusaha lebih banyak menggunakan serbuk gergaji dan jerami padi,karena bahan baku ini mudah didapat dan harganyapun murah. Jamur tiram membutuhkan nutrien utama yaitu sumber karbon yang dapat diperoleh dari
berbagai
bahan-bahan
selulosa
seperti
serbuk
gergaji.
Selain
serbuk
gergaji jamur tiram membutuhkan nutrien dalam bentuk fosfor, nitrogen, belerang, kalium, karbon serta unsur-unsur lainnya (Suriawiria, 1986). Unsur-unsur tersebut sudah tersedia di dalam jaringan kayu, tetapi belum mencukupi untuk kebutuhan jamur tiram putih. Oleh karena itu, perlu penambahan sumber nutrien lain dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran selama pembuatan substrat tanam. Kiambang (Salvina sp) merupakan salah satu tumbuhan air dan gulma yang dianggap sebagai pengganggu karena menimbulkan kerugian. Pada suatu bendungan (waduk) gulma air akan menimbulkan dampak negatif berupa gangguan terhadap pemanfaatan perairan secara optimal yaitu mempercepat pendangkalan, menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evapotranspirasi, mempersulit transportasi perairan, dan menurunkan hasil perikanan. Hal inilah yang dirasakan oleh salah satu penduduk di wilayah Kecamatan Belitang, banyaknya kiambang yang tumbuh di sekitar perairan menimbulkan permasalahan berupa penyumbatan saluran irigasi yang berdampak pada kurangnya pemasokan air untuk area persawahan. Oleh karena itu perlu diupayakan pemanfaatan gulma air ini, sehingga dapat mengurangi masalah ekologi yang timbul karena kiambang. Dari sisi kandungannya, kiambang mengandung Abu 10,18 %, protein kasar 23,70 %, lemak kasar 2,84 %, serat kasar 24,66% (Fachrudin, tahun) . Kandungan protein yang tinggi pada kiambang diduga dapat merangsang pertumbuhan miselium jamur tiram sehingga akan mempercepat terbentuknya badan buah. Adiyuwono (2000) dikutip Mufarrihah (2009) menyatakan bahwa protein berfungsi untuk merangsang pertumbuhan miselia jamur tiram. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pertumbuhan
Jamur Tiram ( Pleorotus ostreatus ) Pada Media Tanam yang dicampur
dengan Kiambang (Salvina sp) dan Sumbangannya Pada Mata Pelajaran Biologi di SMA”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi petani jamur dalam upaya
meningkatkan produksi jamur tiram. Selain itu, penelitian ini juga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran Biologi di SMU kelas X SK 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. KD 2.4 Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literature, serta peranannya bagi kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian kiambang terhadap pertumbuhan stipe (tangkai), pileus (tudung), jumlah badan buah dan berat basah jamur tiram?
2. Berapakah
pemberian
kiambang
yang
paling
efektif
untuk
meningkatkan
produktivitas pertumbuhan jamur tiram? 1.3 Batasan Masalah
1. Jamur yang digunakan adalah jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus) 2. Media yang digunakan adalah media dari serbuk gergaji dengan tambahan kiambang. 3. Parameter yang diukur adalah stipe (tangkai), pileus (tudung), jumlah badan buah dan berat basah jamur tiram 1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kiambang terhadap pertumbuhan jamur tiram. 2. Mengetahui berapa pemberian kiambang yang paling efektif untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti : agar memiliki wawasan yang luas tentang budidaya jamur tiram dengan komposisi media yang lebih produktif. 2.
Bagi Masyarakat : memberi masukan kepada masyarakat tentang budidaya jamur tiram dengan komposisi yang dicampur kiambang.
3. Bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan
:
sebagai
keterangan
awal
dalam
pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
1.6 Hipotesis
1. H0 = tidak ada pengaruh penambahan kiambang terhadap pertumbuhan jamur tiram. 2. Ha = ada pengaruh penambahan kiambang terhadap pertumbuhan jamur tiram.
II. Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Umum Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus)
Jamur disebut juga cendawan, supa, suung, mushroom, atau champignon. Jamur termasuk jenis tumbuh- tumbuhan. Pada umumnya tumbuh- tumbuhan mempunyai hijau daun (Klorofil), sehingga dapat memenuhi sendiri karbohidratnya melalui fotosintetis. Namun jamur tidak memiliki klorofil, shingga kebutuhan karbohidratnya harus dipenuhi dari luar (Suriawiria, 2002).
Gambar 1. Morfologi Jamur Tiram (Suriawiria,2002) Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh menyerupai kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe/ stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan bagian jamur tiram putih bergelombang (Djarijah dan djarijah, 2001). Batang atau tangkai (stipe atau stalk) jamur tiram putih tidak tepat berada di tengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Tubuh buahnya membentuk rumpun yang memiliki banyak percabangan dan menyatu dalam media. Jika sudah tua, daging buahnya akan menjadi liat dan keras. Lamella (gills) tepat dibagian bawah tudung jamur, bentuknya seperti insang, lunak, rapat, dan berwarna putih. Pada lamella terdapat spora yang berwarna putih, makroskopis 5,5-8,5 x1-6,6 mikron, berbentuk lonjong, dan licin (Parjimo, 2007).
2.1.2 Klasifikasi Jamur Tiram Putih
Klasifikasi jamur tiram menurut Widodo (2007) adalah: Super kingdom
: Eukaryota
Kingdom
: Myceteae
Divisio
: Amastigomycota
Subdivisio
: Eumycota
Kelas
: Basidiomycetes
Sub kelas
: Holobasidiomycetidae
Ordo
: Agaricales
Familia
: Agaricaceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus ostreatus (tiram putih)
2.1.3 Reproduksi Jamur Tiram Putih
Jamur sebagai tanaman memiliki inti, berspora, dan merupakan sel- sel lepas atau bersambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang). Hifa jamur terdiri atas sel- sel yang berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membuat jaringan yang disebut miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang- cabang dan pada titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pinhead (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan ahirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur (tubuh buah). Pada wal perkembangan miselium, jamur melakukan penetrasi dengan melubangi dinding sel kayu. Proses penetrasi (pemboran) dinding sel kayu dibantu oleh enzim pemecah sellulosa, hemisellulosa dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang- benang miselium. Enzim mencerna senyawa kayu yang dilubangi sekaligus memanfaatkannya sebagai sumber (zat) makanan jamur (Djarijah dan Djarijah, 2001). Berdasarkan ciri-ciri, miselium dibagi menjadi 3 macam, yaitu (1) Miselium primer, yang dihasilkan oleh basidiospora
yang jatuh ditempat yang sesuai dan berhasil
berkecambah menjadi miselium. Awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian terjadi persekatan sehungga miselium menjadi berinti satu yang haploid. (2) Miselium skunder, terjadi sebagai hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel. Miselium skunder berkembang biak secara khusus dimana tiap inti membelah diri, dan belahan tersebut berkumpul lagi tanpa mengadakan kariogami dalam sel baru, sehingga miselium skunder selalu berinti dua. (3) Miselium tersier, terdiri dari miselium skunder yang terhimpun menjadi jaringan teratur yang kemudian membentu basidiokarp (Dwijoseputro,1978). Reproduksi jamur tiram terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dengan cara: fragmentasi pada hifa dan spora, (seperti konidia,oidia, clamydospora,dan arthrospora),pembelahan sel (fission), pertunasan sel somatik atau spora (budding), dan pembentukan spora. Sedangkan reproduksi karyogami dan miosis (Darnetty, 2006).
seksual
melalui 3 fase: plasmogami,
Campbell (2003) menyatakan bahwa basidiokarp dibentuk oleh miselium dikariotik (n+n) yang terjadi antara dua hifa haploid yang berlawanan, sehingga mengalami plasmogami. Umumnya disisi bawah basidiokarp membentuk suatu lapisan himenium (lapisan pembentuk spora) yang susunannya seperti jaringan palisade. Hifa akan membentuk basidia dengan ujungnya membesar membentuk gada. Sepasang nukleus dalam basidia bersatu yang disebut kariogami dan diikuti oleh pembelahan meiosis, sehingga membentuk empat nukleus haploid (n) yang mempunyai jenis kelamin berbeda. Sementara itu, di ujung basidia terdapat empat penonjolan yang disebut sterigma dengan ujung bulat atau lonjong yang akan menjadi basidiospora, tiap nukleus haploid masuk ke dalam calon basidiospora melalui sterigma. Jika sudah masak dengan kekuatan turgor basidia terlempar jauh dari sterigma dan tersebar oleh angin.
Gambar 2. Siklus hidup reproduksi Basidiomycetes (Campbell, 2003).
Nukleus jamur mempunyai selubung nukleus dan memiliki nukleolus (anak inti). Pada hifa yang telah tua terdapat fakuola yang bermembran. Didalam sel jamur terdapat mitokondria, ribosom plasmalema, lomasoma, diktiosoma, dan retikulum endoplasma. Marlina dan Siregar (2001) menyatakan berdasarkan fase perkembangannya, dikenal tiga macam miselium, yaitu miselium primer, skunder, dan tersier. Basidiospora yang jatuh pada tempat (media) yang mengumtungkan akan segera berkecambah dan tumbuh membentuk miselium primer. Pada awlnya, miselium ini berinti banyak kemudian berbentuk dinding pemisah (sekat) sehingga menghasilkan miselium berinti satu yang haploid. Fase ini merupakan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, Muchroji dan M. Bachrun. 2001. Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. Suriawiria, Unus. 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur . Bandung: Angkasa. Adimust.
2005.
Kisah
Kiambang
Menggusur
Pupuk .
http://adimust.wordpress.com/baca-tulisan/kisah-kiambang-menggusur-pupuk/ Diakses tanggal 29 September 2012.