BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
a) Laporan Pendahuluan Penyakit RHD b) Laporan Kasus penyakit RHD
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang berhubungan dengan penyakit pada anak-anak maupun dewasa yaitu Reumatik Heart Disease
1
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT RHD
1. PENGERTIAN
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001). Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengansatu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002). Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer, 2002). Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β hemolitic-β grup A grup A (Sunoto Pratanu, 2000). Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
2
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT RHD
1. PENGERTIAN
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001). Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengansatu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002). Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer, 2002). Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β hemolitic-β grup A grup A (Sunoto Pratanu, 2000). Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
2
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang. Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang. Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi antara lain : Faktor-faktor pada individu : 1. Faktor genetik Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus. 2. Jenis kelamin Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin. 3. Golongan etnik dan ras Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
3
4. Umur Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun. 5. Keadaan gizi dan lain-lain Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik. 6. Reaksi autoimun Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever. 7. Serangan demam rematik sebelumnya. Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat demam rematik. Faktor-faktor lingkungan : 1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang
4
sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik. 2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah. 3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat. 3.PATOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksistreptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan.Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus HemolyticusGrup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik yangpasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.
5
4. MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium. Stadium I Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhan : 1. Demam 2. Batuk 3. Rasa sakit waktu menelan 4. Muntah 5. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat. Stadium II Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 – 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian. Stadium III Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Gejala peradangan umum :
6
1. Demam yang tinggi 2. Lesu 3. Anoreksia 4. Berat badan menurun 5. Kelihatan pucat 6. Epistaksis 7. Athralgia 8. Rasa sakit disekitar sendi 9. Sakit perut 10. Stadium IV Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini pend erita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini b aik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
7
5. PATHWAY
8
Ekspansin paru
Sumber : http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-reumatoidheart-disease-rhd.html
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reu matik (PJR) diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung). 1. Dekompensasi Cordis Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.
9
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer. 1. Pericarditis Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah : 1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap 2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine 3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat d ipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)
8.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan darah
a)
LED tinggi sekali
b)
Lekositosis
c)
Nilai hemoglobin dapat rendah
10
Pemeriksaan bakteriologi
a)
Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.
b)
Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
9. Konsep Asuhan Keperawatan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN REUMATIK HEART DISEASE A.
Pengkajian
Data fokus: Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola Adanya riwayat infeksi saluran nafas. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar.. Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin Arthralgia, gangguan fungsi sendi Kelemahan otot
11
Akral dingin Mungkin adanya sesak. Manifestasi khusus: carditis: a)
takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse )
b)
kardiomegali
c)
suara bising katup ( suara sistolik )
d)
perubahan suara jantung
e)
perubahan ECG (PR memanjang)
f)
Precordial pain
g)
Precardial friction rub
h)
Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,. Polyarthritis Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan ( gangguan fungsi sendi ) Nodul subcutaneous: Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap dan terdapat pada permukaan ekstensor persendian. Khorea: Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat, emosi labil dan kelemahan otot. Eritema marginatum:
a)
Bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
b)
Bercak merah dapat berpindah lokasi à tidak permanen
c)
Eritema bersifat non pruritus
B.
Diagnosis Keperawatan
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup ).
2.
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
12
3.
Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial.
4.
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat.
C. 1.
Rencana Tindakan Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis katup ) Tujuan: Penurunan curah jantung dapat diminimalkan. Kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung. Intervensi dan rasional: Rasional
Intervensi
Kaji frekuensi nadi, RR, TD Memonitor adanya perubahan sirkulasi secara teratur setiap 4 jam.
jantung sedini mungkin dan terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi meningkatkan curah jantung
Kaji
perubahan
warna
kulit Pucat menunjukkan adanya penurunan
terhadap sianosis dan pucat.
perfusi
perifer
terhadap
tidak
adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
Batasi aktifitas secara adekuat.
Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki
efisiensi
kontraksi
jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
13
Berikan
kondisi
psikologis Stres
lingkungan yang tenang.
emosi
menghasilkan
vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.
Kolaborasi
untuk
pemberian Meningkatkan sediaan oksigen untuk
oksigen
fungsi
miokard
dan
mencegah
hipoksia. Kolaborasi
untuk
pemberian Diberikan
digitalis
untuk
kontraktilitas
meningkatkan
miokard
dan
menurunkan beban kerja jantung.
2.
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektif Kriteria hasil : Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema Intervensi dan rasional : Intervensi
Rasional
Selidiki perubahan tiba-tiba atau
Perfusi serebral secara langsung
gangguan mental kontinyu,
sehubungan dengan curah jantung dan
contoh: cemas, bingung, letargi,
juga dipengaruhi oleh elektrolit atau
pingsan.
variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
Lihat pucat, sianosis, belang, kulit
Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh
dingin atau lembab. Catat
penurunan curah jantung mungkin
kekuatan nadi perifer.
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernapasan.
14
3.
Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi. Kriteria hasil : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks Intervensi dan rasional: Intervensi
Rasional
Kaji keluhan nyeri. Perhatikan Memberikan informasi sebagai intensitas ( skala 1-10 )
dasar dan pengawasan intervensi
Pantau tanda-tanda vital (TD, Mengetahui keadaan umum dan Nadi, RR , suhu)
memberikan
informasi
sebagai
dasar dan pengawasan intervensi Pertahankan posisi daerah sendi Menurunkan spasme/ tegangan yang nyeri dan beri posisi yang sendi dan jaringan sekitar nyaman
Kompres dengan air hangat jika Menghambat kerja reseptor nyeri diindikasikan Ajarkan teknik relaksasi progresif Membantu menurunkan spasme (
napas
dalam,
imageri,visualisasi )
Guid sendi-sendi, meningkatkan rasa kontrol dan mampu mengalihkan nyeri.
Kolaborasi
untuk
pemberian Menghilangkan nyeri
analgetik
4.
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak terjadi.
15
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi. Intervensi dan rasional: Rasional
Intervensi Auskultasi
bunyi
nafas,
catat Menyatakan adanay kongesti
krekels, mengii.
paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas Membersihkan jalan nafas dan dalam.
Pertahankan
memudahkan aliran oksigen.
posisi
semifowler, Menurunkan komsumsi
sokong tangan dengan bantal Jika oksigen/kebutuhan dan memungkinkan
meningkatkan ekspansi paru maksimal.
Kolaborasi
dalam
pemberian Meningkatkan konsentrasi oksigen
oksigen tambahan sesuai indikasi.
alveolar,
yang
dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan. Kolaborasi AGD
untuk
pemeriksaan Hipoksemia
dapat
menjadi
berat
selama edema paru Menurunkan
kongesti
alveolar,
Kolaborasi untuk pemberian obat meningkatkan pertukaran gas. diuretik. Meningkatkan aliran oksigen dengan Kolaborasi untuk pemberian obat mendilatasibjalan nafas kecil dan bronkodilator
mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongesti paru
16
BAB III KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN REUMATIC HEART DISEASE (RHD) DI RUANG PENYAKIT DALAM
Klien R (50 thn) datang kerumah sakit dengan keluhan sesak, lemas, mual muntah, dan tidak nafsu makan. Dari hasil pemeriksaan TD: 11 0/80 mmHg, HR: 115 x/menit, RR: o
28 x/menit, S: 38,8 C. EKG segmen PR Elevasi, kketika di palpasi terjadi kardiomegali, dan terdengar pericardial friction rub. I.
PENGKAJIAN
1. Identitas a) Nama Pasien
: Ny . R
Tempat Tanggal Lahir
: Purwakarta , 1 Januari 1966
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Kawin
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Tanggal Masuk RS
: 25 Oktober 2014
No . RM
: 0011223344
Ruang Penyakit Dalam
: Penyakit Dalam
Diagnosa Medis
: RHD
b) Keluarga Penanggung Jawab Nama
: Tn . S
Hubungan
: Suami
Umur
: 55 Tahun
17
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
: Ci teko , Purwakarta
2. Riwayat Penyakit a) Keluhan Utama Klien mengatakan pasien mengalami sesak, mual muntah dan tidak nafsu makan , demam dan tubuh lemah b) Riwayat Sekarang klien mengatakan klien mengalami sesak 2 hari yang lalu, sesak sering hilang timbul. Klien juga mengalami mual disertai mun tah. Klien juga mengalami anoreksia. Klien juga tampak lemas dan tidak juga tidak banyak beraktivitas c) Riwayat penyakit dahulu Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami sesak 2 tahun yang lalu dan pernah di rawat di RS 3. Riwayat kesehatan Keluarga klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti klien . 4. Konsep diri Sebelum sakit : klien tidak minder dengan dirinya dan bisa berperan/berinteraksi dengan masyarakat Saat sakit
: klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas
dirumah dan membantu suami bekerja 5. Pola kebiasaan a) Nutrisi Klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan nasi, sayur mayur yang di masak setengah matang, kadangkadang dengan lauk. Klien tidak berpantang. Selama sakit klien mengatakan nafsu makan berkurang.
18
b) Pola eliminasi Sebelum sakit klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek berwarna kuning. BAK lancer 5-7x/hari. Selama sakit, klien BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi encer tanpa ampas dan berwarna feses kuning. BAK lancar 57x/hari dengan urine kuning jernih. c) Pola minum Sebelum sakit klien minum satu hari 1500 sampai 2000 ml/hari. Saat di kaji klien mengatakan sudah minum 600 ml air putih. d) Pola kebersihan Sebelum sakit klien mandi 3x/hari menggunakan sabun dan menggosok gigi dengan pasta gigi Selama sakit klien hanya di seka, klien tampak kurang bersih. e) Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit klien tidur tidak ada gangguan pola tidur, tidur malam pukul 21.00, tidur siang 1 sampai 2 jam dalam suasana tenang. Selama sakit klien kurang bisa tidur karena kesakitan, klien hanya bisa tidur 4-5 jam/24 jam, karena BAB yang terus menerus. f) Pola aktivitas Sebelum sakit klien rajin membersihkan rumah dan memasak untuk suami. Saat sakit klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti sebelum sakit.
6. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum
: Klien terlihat sesak dan lemah
b. Kesadaran
: Somnolen
c. Tanda-tanda Vital : TD : 130/90 mmHg, N : 115x/menit,
19
RR : 28x/menit, 0
S : 38,8 C d. Mata : anemis (-), sianosis (-). Sklera : putih Konjunctiva : merah muda. Pupil : isokor e. Hidung : sekret (-), f.
Mulut : bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lembab.
g. Leher : DVJ (-),Tenggorokan : sakit menelan (-). h. Dada : - Bentuk : simetris - Gerakan : simetris Suara nafas dan lokasi : murmur di seluruh lapang jantung, mengii (-), krekels minimal. ronchi kasar (minimal) hampir di sebagian besar lapang paru.Jenis nafas : hidung Batuk : - Sputum : - Cyanosis : - Frekwensi nafas : 28 x/mnt. Nyeri dada : -, - Palpasi Suara jantung : S1 S2 tunggal, murmur di seluruh lapang jantung. Edema : i.
Abdomen : distensi (-), peristaltik usus baik.
j.
Integumen : - Warna kulit :sawo matang - Akral :hangat, oedem (--) - Turgor : baik
k. Estremitas
Atas
Bawah
5
5
5
5
7. Spiritual a. Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah SWT. b. Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Allah SWT, tenaga dokter dan perawat serta dukungan keluarga.
20
c. Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan sholat dengan baik (selama dirawat klien sholat di TT) d. Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: e. Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: f.
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: sangat yakin Tuhan akan membantu kesembuhan.
g. Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin. h. Persepsi thd penyebab penyakit: tidak tahu 8. Analisa Data No
Data
1
DS : Klien mengatakan mengalami sesak DO : RR : 28x/menit Klien terlihat lemas
Etiologi
Problem
Merangsang medulla oblongata
Pola Nafas Tidak Efektif
Kompensasi saraf simpatis
Jantung
Pengisian atrium kanan meningkat
Penumpukan darah di paru
Gangguan fungsi alveoli
Ekspansi paru terganggu
21
2
DS : Klien mengatakan
Streptococcus hemoliticus b
Peningkatan
demam
grup A (melepaskan
suhu tubuh
DO : S : 38,8 C
endotoksin di pharing dan tonsil )
Pharyngitis dan tonsillitis
Tubuh mengeluarkan antibody berlebihan tidak dapat membedakan antibody dan anti gen
Respon imunologi abnormal
RHD
Persendian
Peradangan pada membrane sinoval
Polyarthritis / arthralgia
Hipertermia
22
3
DS : klien mengatakan
GI Tract
klien mual disertai
Gangguan kekurangan
muntah dan anoreksia
Kerja lambung
DO : klien tampak pucat
meningkat
dan lemas
nutrisi kebutuhan nutrisi
HCL meningkat
Mual , anoreksia
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru terganggu 2. Peningkatan suhu tubuh b/d peradangan pada membran sinoval 3. Gangguan kebutuhan nutrisi b/d mual muntah
23
III.
NO
INTERVENSI
DX
KRITERIA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
HASIL 1
1
Tujuan
jangka 1. auskultasi bunyi
1.melakukan
pendek:
nafas
auskultasi bunyi
perpindahan
2.anjurkan klien
nafas
cairan ke area untuk posisi
2.menganjurkan
interstitial dapat
semifowler
klien untuk posisi
diminimalkan
3.lakukan
semifowler
dengan
pemasangan
3.melakukan
pemberian terapi oksigenasi
pemasangan
dan
oksigenasi
perawatan 4.berikan
yang
pengetahuan tentang
4. memberikan
mendukung.
penyakitnya.
pengetahuan
Tujuan
jangka 5.kolaborasi dengan
tentang
penjang: Setelah tim medis.
penyakitnya
diberikan asuhan
5.berkolaborasi
keperawatan
dengan tim medis.
selama
3
hari
pertukaran
gas
adekuat Kriteria
hasil:
sianosis
tidak
ada, edema tidak ada, vital sign dalam
batas
dapat
diterima,
akral
hangat,
suara
nafas
24
bersih, oksimetri dalam
rentang
normal..
NO
DX
KRITERIA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
1 . Observasi TTV
1. Mengobservasi TTV 2. Melakukan kompres 3 . Menganjurkan klien memakai baju tipis 4 . Berkolaborasi dengan tim medis
HASIL 2
2
Tujuan pendek :
1x24 jam suhu 2. Lakukan kompres tumbuh
3. Anjurkan klien
menurun.
memakai baju tipis
Tujuan panjang :
4 . Kolaborasi
3x24 jam suhu dengan tim medis kembali normal tubuh . Kreteria hasil : Secara subjektif klien mengatakan suhu
tubuh
kembali normal , Secara
objek
suhu tubuh 37C
25
NO
DX
KRITERIA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
Tujuan pendek :
1.catat asupan makan
1.mencatat asupan
setelah
klien.
makan klien.
dilakukan
2.anjurkan makan
2.menganjurkan
tindakan 1x
sedikit-sedikit tapi
makan sedikit-
24jam rasa mual
sering.
sedikit tapi sering.
berkurang.
3.berikan makanan
3.memberikan
Tujuan panjang :
yang hangat.
makanan yang
setelah
4.berikan makanan
hangat.
dilakukan
yang disukai klien.
4.memberikan
tindakan
5.berikan
makanan yang
keperawatan
pengetahuan tentang
disukai klien.
3x24jam rasa
nutrisi.
5.memberikan
mual hilang
6.kolaborasi dengan
pengetahuan
Kriteria hasil;
tim ahli gizi
tentang nutrisi
HASIL 3
3
kebutuhan
6.berkolaborasi
nutrisi terpenuhi
dengan tim ahli gizi.
26
IV.
EVALUASI
DX1
S : klien mengatakan tidak merasa sesak O : TD : 130 / 80 mmHG , N : 102 x/menit , RR : 21 x/menit S= 37 , klien tampak segar A : Masalah teratasi P : Intervensi di hentikan
DX 2 S : Klien mengatakan demam sudah turun O : S : 37 A : masalah teratasi P : Intervensi di hentikan
DX 3
S : Klien mengatakan tidak merasa mual , dan porsi habis O : TD :130 / 80 mmHG , N : 102 x/menit , RR : 21 x/menit S= 37, porsi makan habis A : Masalah Teratasi P : Intervensi di hentikan
27
BAB IV PENUTUP 4.1
KESIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A. Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub. Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut. Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut. Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran. Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang 28
allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin. 4.2
SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik
29