DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………… PENGANTAR……………………………………………………… ………………………… …
KEGIATAN TUTORIAL ………………………… ……………………………………………… ………………………… ……
SKENARIO……………………………………………………………………...
KLARIFIKASI ISTILAH…………………………… ISTILAH……………………………………………………. ……………………….
IDENTIFIKASI MASALAH…………………………………… MASALAH……………………………………………….. …………..
ANALISIS MASALAH……………………………………………………….
HIPOTESIS…………………………………………………………………….
TEMPLATE....................... TEMPLATE............................................................... .......................................................................... ..................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………… PUSTAKA……………………………………………………… ………………………… …
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario A Blok 20” 20 ” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial, 2. dr. Nursanti Apriyani, Sp.PA selaku tutor t utor kelompok 7 3. teman-teman sejawat FK Unsri, 4. semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Palembang, 22 Oktober 2014
Kelompok 7
2
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor
: dr. Nursanti Apriyani, Sp.PA
Moderator
: Nikodemus S.P.L. Tobing
Sekretaris Meja 1
: Fachra Afifah Aliati
Sekretaris Sekretari s Meja 2
: Achmad Randi Raharjo
Pelaksanaan Pelaksanaan
: 20 Oktober – 22 22 Oktober 2014
Peraturan selama tutorial
:
1. Sebelum nyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan 2. Alat komunikasi dan gadget hanya hanya boleh digunakan untuk keperluan diskusi, namun dalam mode silent dan tidak mengganggu mengganggu berlangsungnya diskusi 3. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator
3
SKENARIO Bram, laki-laki usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan tidak bisa diam. Bram hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuaanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Bram juga selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Bram senang bermain bola tetapi tidak suka bermain dengan anak yang lain. Bram merupakan anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil, ibu sehat dan periksa kehamilan secara teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.200 gram. Bram bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 12 bulan. Tidak ada riwayat kejang. Sepupu Bram laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini. Pemeriksaan fisik dan pengamatan : berat badan 15 kg, tinggi badan 87 cm, lingkaran kepala 50cm. tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana-kemari tanpa tujuan. Ketika diberikan bole dia melemparkan bola ke lantai dan dilakukan berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura. Tidak melihat ke benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan. Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal
KLARIFIKASI ISTILAH 1.
Belum bisa bicara
2. Tidak bisa diam (hiperaktif) : menunjukkan kesibukan yang berlebihan, tidak dapat duduk diam (kamus kedokteran UI edisi ke-4 hal: 93) 3. Mengoceh dengan kata-kata tidak bisa dimengerti (neologisme) : kata yang baru dibuat dalam psikiatri kata baru yang artinya mungkin hanya dimengerti oleh penderita yang menggunakannya. 4. Dipanggil tidak bereaksi : 5. Bergerak kesana-kemari tanpa tujuan (disorientasi) : hialngnya kendali diri yang tepat atau keadaan kebingungan secara mental dalam mengenal waktu, tempat, atau identitas
4
6. Tidak suka bermain dengan orang lain 7. Dismorfik : kelainan perkembangan morfologi (Dorland hal: 356) 8. Dilakukan berulang-ulang (stereotypy) : pengulangan terus menerus atau kesamaan yang persisten dalam pola tindakan, gagasan, atau kata-kata 9. Menarik tangan ibunya ketika meminta bantuan 10. Tidak bisa bermain pura-pura ( pretend-play) 11. Tidak bisa menunjuk benda
IDENTIFIKASI MASALAH 1. Bram, laki-laki usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara, tetapi hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuaanya dan orang lain. 2. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. 3. Bram tidak bisa diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. 4. Bram senang bermain bola tetapi tidak suka bermain dengan anak yang lain 5. Bram merupakan anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil, ibu sehat dan periksa kehamilan secara teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.200 gram. 6. Bram bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 12 bulan. Tidak ada riwayat kejang. 7. Sepupu Bram laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini. 8. Pemeriksaan fisik : berat badan 15 kg, tinggi badan 87 cm, lingkaran kepala 50cm. tidak ada gambaran dismorfik. 9. Pengamatan perilaku :.. Bergerak kesana-kemari tanpa tujuan, ketika diberikan bola, dia melempar bola ke lantai dan dilakukan berulang-ulang, sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar, Tidak bisa bermain pura-pura. 10. Interaksi social : Anak sadar, tetapi tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya,Tidak mau bermain dengan anak lain. tidak bisa menujuk benda yang ditanyakan, tidak melihat kebenda yang ditunjuk. 11. Komunikasi : Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan.
5
ANALISIS MASALAH 1. Bram, laki-laki usia 24 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara, tetapi hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuaanya dan orang lain. a. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari CNS?
Sistem Saraf Pusat a.
Otak
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi m enjadi empat bagian, yaitu: 1)
Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: a.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum. 6
b.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
d.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Serebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosa kranialais anterior atas dan fosa kranialis media. Otak mempunyai dua permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung mengandung serabut saraf. Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri atas dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut koeteks. kedua hemisfer otak itu dipisahkan celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu masa substansi putih yang terdiri atas serabut saraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok substansi kelabu atau ganglia basalis.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian: a.
Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Disamping itu juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
b.
Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan berpikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data
7
yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks. c.
Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
d.
Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap, mental, dan kepribadian.
Pusat bicara. Kemampuan berbicara/bahasa hanya terdapat pada manusia dan mempunyai pusat pada temporalis dan lobus parietalis. Gangguan terhadap hubungan antara korteks berbicara sensoris dan motoris maka akan timbul gangguan kemampuan untuk berbicara spontan. Ganglia basalis. Kumpulan badan-badan sel saraf di dalam diensefalon dan mesensefalon yang berfungsi pada aktivitas motorik (menghambat tonus otot, menentukan sikap), gerakan dasar yang terjadi otomatis seperti ekspresi wajah dan lenggang lenggok waktu berjalan. Substansi putih terletak lebih dalam dan terdiri dari serabut saraf milik sel-sel pada korteks. Pada hemisfer otak terdiri dari serabut saraf yang bergerak dari korteks dan ke dalam korteks menyambung berbagai pusat pada otak dengan sumsum tulang belakang. Kopsula internal terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik yang menyambung korteks serebri dengan batang otak dan sumsum tulang belakang. Pada saat melintas substansi kelabu, berkas saraf ini terpadu satu sama lain dengan erat.
2)
Cerebellum (Otak Kecil) Otak kecil atau cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
8
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
3)
Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem (brainstem)) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight yaitu fight or flight (lawan (lawan atau lari) saat datangnya bahaya Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya kita akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak dikenal terlalu dekat dengan. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Mesencephalon atau Otak tengah (mid brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, me ngatur gerakan tubuh dan pendengaran. b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan. c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau terti dur.
4)
Limbic System (Sistem Limbik) Sistem limbik terletak pada bagian tengah otak membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka j angka panjang.
9
Bagian terpenting dari limbik sistem adalah hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
5)
Medulla Spinalis Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang berbentuk
silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam canalis verterbalis, dikeliling oleh tiga lapis selaput pembungkus yang di sebut meninges. Apalagi lapisan-lapisan, strukturstruktur dan ruangan-rungan yang mengeliling medulla spinalis itu disebutkan dari luar ke dalam secara berturut-turut, maka terdapatlah : a. Dinding canalis verterbralis (terdiri atas vertebrae dan ligmenta) b. Lapisan jaringan lemak (ekstradural) yang mengandung anyaman pembuluh-pembuluh darah vena c. Dura mater d. Arachnoidea e. Ruang subrachnoidal (cavitas subarachnoidealis), yang antara lain berisi liquor cerebrospinalis f. Piamater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh darah dan yang langsung membungkus permukaan sebelah luar medulla spinalis.
Lapisan meninges terdiri atas pachymeninx (dura meter) dan leptomeninx (arachnoidea dan pia meter). Lapisan arachnoidea menempel langsung pada permukaan sebelah dalam dura meter, sehingga di antara kedua lapisan ini dalam keadaan normal tidak dijumpai suatu ruangan. Ruangan subarachoidal selain mengelilingi medulla spinalis, juga mengelilingi radices dan ganglia. Di dalam cavitas subarachoidealis selain liquor cerebrospinalis, juga dapat dijumpai septum subarachnoideale, ligmentum denticulatum dan pembuluh-pembuluh darah. Septum subarachoideale merupakan 10
perluasan lapisan pia meter yang terbentang antara sulcus medianus dorsalis medulla spinalis dan permukaan sebelah dalam aracnoidea. Ligamentum denticulatum juga dapat dianggap sebagi perluasan pia meter yang terbentang antara permukaan lateral medulla spinalis dan kearah lateral melekat pada permukaan sebelah dalam arachoidea dengan perantara titik-titik perlekatan yang terletak di antara pangkal-pangkal radices n. Spinalis yang berdekatan. Pada tubuh dewasa, panjang medulla spinalis adalah sekitar 43 sentimeter. Pada masa kehidupan intrauterina usia 3 bulan, panjang medulla spinalis sama dengan panjang canalis vertebralis, sedang dalam masa-masa berikutnya terjadi suatu perbedaan kecepatan pertumbuhan memnjang, canalis vertebralis tumbuh lebih cepat dari pada medulla spinalis, sehingga ujung caudal medulla spinalis berangsur-angsur terletak pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi. Pada masa kehidupan intrauterina usia 6 bulan, ujung caudal corpus vertebrae lumbalis III; pada saat lahir ujung tersebut sudah terletak setinggi tepi caudal corpus vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung caudal medulla spinalis biasanya terletak setinggi tepi cranial corpus vertebrae lumbinalis I dan II. Posisi ujung caudal medulla spinalis ini dapat menunjukkan variasi satu corpus vertebrae ke arah cranial atau caudal.
Sumber : Moore. L. Keith dan Agur. M.R. Anne. 2002. Anatomi Klinis Dasar . Jakarta: Hipokrates Pearce C. Evelen. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Syaifudin. H. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC
Neuroanatomi anak
Area Broca 1. Speech production 2. Pemahaman bahasa
Otak kecil 1. Kontrol koordinasi gerakan 2. Menjaga keseimbangan dan kesetimbangan
11
Cerebral Cortex cuping 1. Lobus frontalis : Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan. 2. Lobus oksipitalis : Visi dan penentuan warna 3. Lobus parietalis : Menerima dan memproses informasi sensorik 4. Lobus temporalis : Tanggapan emosional, memori, dan pembicaraan.
Sistem limbic 1. Amigdala : Respon emosional, sekresi hormone, dan memori 2. Cingulate Gyrus : Input sensorik tentang emosi dan perilaku agresif 3. Fornix
:
Serat
saraf
yang
menghubungkan
hipokampus
dan
hipotalamus 4. Hipokampus : Penyimpanan memori jangka panjang dan penarikan memori tersebut 5. Hipotalamus : Pengaturan suhu tubuh, rasa lapar, dan homeostasis 6. Korteks olfaktorius : Menerima informasi sensorik dari organ penghidu dan identifikasi bau. 7. Talamus : Meneruskan sinyal sensorik dari dan menuju medulla spinalis dan otak besar.
Area Wernicke : Pemahaman bahasa lisan.
Neurochemistry
Dalam berbagai tinjauan penelitian berbasis imunoneuropatobiologis menunjukkan bahwa Neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan perilaku dan gangguan psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan perilaku dan pskiatrik diantaranya adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin,
somatostatin,
vasopresin
dan
oksitosin.
Diketahui
bahwa
neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced ) pada otak individu mania dibanding otak individu normal. GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi dengan serotonin
12
normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan hiperaktivitas dan asgresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnya mania, dan antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia. Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll. Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas
enam
neurotransmiter
yaitu
dopamin,
norepinefrin,
epinefrin,
serotonin,
asetilkholin dan histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang sama, tirosin, dan diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin disintesis dari asam amino triptofan dan merupakan satusatunya indolamin dalam kelompok itu. Serotonin juga dikenal sebagai 5hidroksitriptamin (5-HT).
1. Serotonin Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan syaraf pusat. Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia. Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan jiwa yang mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif, dan gangguan makan.
13
Banyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan mempengaruhi sistem serotonin tersebut. Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi atau marah dan libido. Gejala Defisit : Irritabilitas & Agresif, Depresi & Ansietas, Psikosis, Migren, Gangguan fungsi seksual, Gangguan tidur & Gangguan kognitif, Gangguan makan. Obsessive compulsive disorder (OCD) Gejala Berlebihan : Sedasi, Penurunan sifat dan fungsi aggresi Pada kasus yang jarang: halusinasi Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal dan temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri. Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan. Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya gangguan serotonin pada depresi. Pada penderita bulimia nervosa (BN), dan terkait pesta-purge sindrom, faktor serotonin pusat (5-hydroxytryptamine, 5-HT)
berkontribusi tidak hanya untuk
disregulasi appetitive tetapi juga untuk manifestasi temperamental dan kepribadian. Pada temuan dari studi neurobiologis, molekul-genetik, dan otak-pencitraan, telah diungkapkan model integratif peran 5-HT fungsi dalam sindrom bulimia.
14
1. Asetilkolin Neuron kolinergik mengandung setilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri dan mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal kadar kolin (prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom depresi dan mengurangi simptom mania. Hipotesis kolinergik mengklaim bahwa penurunan fungsi kognitif pada demensia terutama terkait dengan penurunan neurotransmisi kolinergik. Hipotesis ini telah menyebabkan minat yang besar dalam keterlibatan putatif dari neurotransmisi kolinergik dalam proses pembelajaran dan memori. Fungsi
asetilkolin
antara
lain
mempengaruhi
kesiagaan,
kewaspadaan,
dan
pemusatan perhatian. Berperan pula pada proses penyimpanan dan pemanggilan kembali ingatan, atensi dan respon individu. Di otak, asetilkolin ditemukan pada cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungís ingatan), bangsal ganglia (terlbat dalam fungís motoris), dan cerebrlum (koordinasi bicara dan motoris). Ach merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi didalam neuron. Ia ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada seluruh bagaian otak. AcH memiliki konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik. Fungsi Utama Acetylcholine (ACh) adalah mengatur atensi, memori, rasa haus, pengaturan mood, tidur REM, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot. Gejala Defisit: Kurangnya inhibisi, Berkurangnya fungsi memori, Euphoria, Antisosial, Penurunan fungsi bicara Gejala Berlebihan: Over-inhibisi, Anxietas & Depresi dan Keluhan Somatic Asetilkolin merupakan neurotransmiter hasil sintesa dari bahan utama berupa kolin. Saat ini, sangat cukup banyak penelitian yang mengkaji peranan kolin dalam pembelajaran. Peran asetilkolin (Ach) dalam fungsi kognitif diselidiki. Keterlibatan AcH dalam proses pembelajaran dan memori. Terutama, penggunaan skopolamin sebagai alat farmakologis dikritik. Dalam bidang perilaku neuroscience racun kolinergik yang sangat spesifik telah dikembangkan. Tampaknya bahwa kerusakan yang lebih besar dan lebih spesifik kolinergik, efek sedikit dapat diamati pada tingkat perilaku. Korelasi antara penurunan penanda kolinergik dan penurunan kognitif pada demensia mungkin tidak tebang habis seperti yang telah diasumsikan. Keterlibatan sistem 15
neurotransmitter lain dalam fungsi kognitif secara singkat dibahas. Dengan mempertimbangkan hasil dari berbagai bidang penelitian, gagasan bahwa AcH memainkan peran penting dalam belajar dan proses memori tampaknya dilebihlebihkan. Bahkan ketika peran sistem neurotransmitter lainnya dalam belajar dan memori dipertimbangkan, tidak mungkin bahwa AcH memiliki peran tertentu dalam proses ini. Atas dasar data yang tersedia, AcH tampaknya lebih khusus terlibat dalam proses attentional dibandingkan dalam proses pembelajaran dan memori
2. Noradrenergik atau Norepinefrin Norepinephrine memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam konsentrasi sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Selain itu ditemukan juga dalam konsentrasi tinggi di saraf simpatis . Norepinephrine dipindahkan dari celah synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui proses reuptake aktif. Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur “fight-flight”dan proses pembelajaran dan memory. Gejala Defisit : Ketumpulan. Kurang energi (Fatique), Depresi Gejala Berlebihan : Anxietas. kesiagaan berlebih. Penurunan rasa awas, Paranoia, Kurang napsu makan. dan Paranoid Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan (proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus ceruleus dan juga berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama sekresi norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer. Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC, fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut. 16
Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi . Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG). Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).
3. Dopamin Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada kesimpulan bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses pengingatan. Melalui mekanisme kompensasi yang di munculkan oleh dopamin, maka hubungan zat kimia ini dalam proses belajar dan ingatan dapat terlihat jelas. Dopamin di produksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan sistem aktivasi retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang berfungsi membantu otak mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental. Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap membutuhkan asupan tirosin yang cukup guna memproduksi dopamin. Tirosin di temukan pada makanan berprotein seperti : daging, produk-produk susu (sperti keju), ikan , kacang panjang, kacang-kacangan dan produk kedelai. Dengan 3-4 ons protein sehari, energi kita akan lebih terjaga. Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline) Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbik, mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas17
tugas fungsi eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi.
4. Glutamate Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, LAP4, dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang antagonis terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan. Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan di dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau penyakit bipolar afektif dan epilepsi. Fungsi Utama Glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara ufngsi automatic. Gejala Defisit : Gangguan memori, Low energy, Distractibilitas. Schiz ophrenia Gejala Berlebihan : Kindling, Seizures dan Bipolar affective disorder.
5. GABA GABA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam gejalagejala pada gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak berisi neuron-neuron GABA. GABA ( gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin, terutama pada sistem mesokorteks dan mesolimbik. Pada penderita depresi terdapat penurunan GABA. Stressor khronik dapat mengurangi kadar GABA dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi reseptor GABA.Banyak pathway di otak menggunakan GABA dan merupakan Neurotransmitter utama untuk sel Purkinje. GABA dipindahkan dari synaps melalui katabolism oleh GABA transaminase Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan aktif dalam fungsi eksitasi. Gejala Defisit : Irritabilitas, Hostilitas, Tension and worry, Anxietas, Seizure. Gejala Berlebihan : Mengurangi rangsang selular, Sedasi dan Gangguan memori HPA aksis ( Hypothalamic-Pituitary-Adrenal )
18
Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang mengganggu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan. Peningkatan aktivitas glukokortikoid (kortizol) merupakan respon utama terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan “umpan balik”,
yaitu hipotalamus menekan
sekresi cortikotropik-releasing hormone (CRH), kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis
sehingga
hipofisi
juga
menurunkan
produksi adrenocortictropin
hormon (ACTH). Akhirnya pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol.
6. Endorphin Endorphin adalah suatu bahan-kimia diproduksi di dalam otak dan spinal cord yang mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mood. Dalam keadaan defisit adalah Keluhan Somatic.
b. Bagian kortek mana yang mengalami hipoaktifitas dalam autism?
1. Perubahan struktur cerebelum dan brain stem 2. Penurunan miror neuron di gyrus lobus frontalis Miror neuron berfungsi untuk perhatian individu terhadap orang lain a. Disfungsi mirror neuron di insula dan korteks anterior cingulate
absence
of empathy
19
b. Defisit miror menuron di gyrus angularis
language
difficulties (bahasa
planet yang tidak dimengerti)
Banyak anak autis mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus VI-VII. Seharusnya, dilobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje. Namun, pada anak autis jumlah sel purkinje sangat kurang. Akibatnya, produksi serotonin kurang, menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi antar-otak. Selain itu, ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga emosi anak autis sering terganggu.
Sumber: Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga: Jakarta.
Korteks serebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari hemisperium cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut corpus callosum. Lobus frontalis terletak di depan sulcus centralis dan diatas sulcul lateralis. Terdapat gyrus precentralis yang terletak tepat anterior 20
terhadap sulcus centralis dan dikenal sebagai area motoris. Sel-sel saraf motorik besar di dalam daerah ini mengatur gerakan voluntar sisi tubuh yang berlawanan. Hampir seluruh serabut saraf menyilang garis tengah di medulla oblongata pada saat mereka turun menuju medulla spinalis. Gyrus temporalis superior yang terletak tepat di bawah sulcus lateralis. Bagian tengah gyrus ini menerima dan menginterpretasikan suara dan dikenal area auditiva. Area broca terletak tepat di atas sulcus lateralis. Area ini mngatur gereakan bicara. Pada anak autis biasanya terdapat 3 gangguan yaitu gangguan perilaku, interaksi sosial dan perilaku, ketiga hal oni diatur di korteks cereblum otak.
Sumber : Snell, Richard.S. 2012. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed.6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
c. Bagaimana perkembangan normal pada usia 24 bulan?
Seorang anak dalam masa ini masih bergantung kepada bantuan orang dewasa guna mencukupi kebutuhan vitalnya, namun sifat ketergantungan ini sudah mengurang sedangkan kemampuan berdiri sendiri bertambah cepat, hal demikian disebabkan oleh karena cepatnya perkembangan dalam bidang bahasa ,gerakan, dan pengamatan seorang anak yang memberitahukan keinginan dan kebutuhannya melalui bahasa .Begitu pula daya menerima dan memahami berkembang dan akan mencapai fase dimana ia akan memeriksa,mencoba, melaksanakan sendiri,dan ingin mengetahui semua barang. Anak setelah umur 2 atau 3 tahun mencapai suatu fase gemar memprotes dan dalam keadaan demikian ia mengatakan “tidak” di setiap ajakan ,masa ini dinamakan “berkeras kepala” (kopigheid’s periode)
Sumber : Ilmu Kesehatan Anak jilid 1.staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta
Sejak lahir hingga umur 1 tahun terjadi perkembangan kemampuan gerakmotorik kasar yang sangat dramatis dimulai dari bagian kepala terlebih dahulu 21
kemudian ke kaki. Bayi secara bertahap akan mampu melakukan gerakan mengangkat kepala, berguling tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan dengan dibantu hingga berjalan sendiri. Ketrampilan koordinasi gerakan mata – tangan dan motorik halus lainnya juga berkembang dengan pesat. Pada mulanya bayi memiliki gerak refleks untuk menggenggam,
mampu
mengontrol
gerakan
menggenggam
volunteer,
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain, menjumput benda-benda, menunjuk dengan jari, makan sendiri hingga membuat goresan dengan krayon. Bayi terlahir dengan kemampuan membentuk ingatan bawah sadar (implisit), sedangkan kemampuan membentuk ingatan yang disadari (ekspilisit) akan terbentuk ketika anak berumur 2 tahun yang terikat pada perkembangan bahasa. • Meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya • Memahami kata-kata dan ide dengan lebih baik • Melakukan eksperimen dengan benda-benda di sekitarnya • Mengenali kepemilikan barang • Mampu menunjukkan serta menyebutkan nama -nama benda dan gambar. Umur 15 – 16 bulan anak senang mempelajari bagian-bagian tubuh, benda, objek, dan warna. • Mengucapkan beberapa kata bersamaan. Umur 1 tahun bisa mengucapkan 3 kata selain “dada” dan “mama”. Umur 13 – 14 bulan mulai mengoceh lebih banyak dan bisa mengucapka 6+ kata. Umur 15 – 16 bulan bisa menggunakan 2 kata dalam kalimat dan bertanya “apa itu?”. Umur 17 – 19 bulan menguasai 20+ kata. Anak yang sering diajak bicara dan dibacakan cerita akan menguasai sekitar 200 kata di umur 2 tahun. • Umur 1 tahun belajar minum dengan cangkir. Umur 13 – 14 bulan sudah bisa lebih baik saat minum dengan cangkir, lebih sedikit tumpah. Umur ini direkomendasikan oleh AAP supaya anak disapih dari dot. • Mulai bisa makan sendiri. Umur 13 – 14 bulan bisa mulai menggunakan sendok sendiri dengan lebih baik. • Mengikuti perintah sederhana dan membantu menyelesaikan tugas sederhana (umur 17 – 19 bulan) 22
• Mencorat-coret saat diberikan krayon atau pensil • Menikmati saat dibacakan kisah dongeng atau diajak bernyanyi lagu sederhana • Umur 15 – 16 bulan belajar melepas baju sendiri. Umur 20 – 23 bulan belajar memakai baju sendiri. • Umur 13 – 14 bulan bisa menumpuk 2 balok. Umur 15 – 16 bulan bisa menumpuk 4 balok. Umur 20 – 23 bulan bisa menumpuk 8 kotak. • Umur 1 tahun bisa melakukan gerakan membungkuk dan kembali tegak. • Umur 1 tahun bisa berdiri sendiri dengan lebih baik dan berjalan rambatan di mebel atau benda sekitarnya. Umur 13 – 14 bulan sudah bisa berjalan mundur. Umur 17 – 18 bulan bisa melangkah naik tangga. Umur 20 – 23 bulan sudah bisa melompat di satu tempat. • Membangun relasi berteman dengan anak lain • Mulai bisa dan suka bermain peran • Umur 17 – 19 bulan bisa main lempar bola dan menyodorkan mainan ke tangan orang dewasa untuk minta tolong saat tidak bisa memainkannya. Umur 20 – 23 bulan bisa menendang bola ke depan. • Menyelesaikan masalah • Menunjukkan kebanggaan saat berhasil melakukan se suatu1
atau
1. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap: a. Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks,
mulai
mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan
awal,
mereproduksi
berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal 23
atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun. b. Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun. c. Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun. d. Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain. 2.Perkembangan Fisik Anak Mengenai perkembangan fisik anak bisa dilihat dari perkembangan motroik anak. Perkembangan motorik anak ini terbagi lagi ke dalam perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Untuk lebih jelasnya bisa di baca di: Perkembangan Motorik Anak 3.Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu: a. Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi 24
akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya. b. Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam taha ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain. C. Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa
sesuai
dengan
peraturan
tata
bahasa
yang
baik
dan
benar.
Permbendaharaan katanya sudang berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas. 4. Perkembangan Sosio-emosional Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu: a. Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan. b. Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan. c. Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak. Perkembangan Perilaku Normal Motorik Umur
Motor Behavior
Adaptive
1 bulan
Kepala merebah, tonic neck reflex, Melihat
sekitarnya,
tracking
eye
25
tangan mengepal. 4 bulan
Kepala
tak
movement ada tapi terbatas.
merebah
lagi,
letak
Tracking
simetris, tangan terbuka.
eye
menggenggam
movement
benda
yang
baik, diberikan
padanya. 7 bulan
Duduk
dengan
sokongan
kedua
tangan, memegang kubus, melihat
Memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan yang lain.
dan menyentuh kancing. 10 bulan Duduk
1 tahun
tanpa
sokongan
tangan,
Bermain dengan 2 kubus, yang satu
merangkak hingga berdiri.
disentuhkan dengan yang lain
Berjalan dengan
Memindahkan kubus kedalam cangkir.
bantuan, duduk
bersila. Mengetahui arti kancing, memasukan dan mengambilnya dari botol. 1
6/12
bulan
Berjalan tanpa jatuh. Duduk sendiri
Mengeluarkan kancing dari botol.
di kursi kecil. Menyusun tumpukan
Meniru coretan garis lurus.
dengan 3 kubus. 2 tahun
Berlari.
Meniru coretan garis lingkaran.
Menyusun tumpukan dari 6 kubus.
Perkembangan Sosial Umur
Status Interaksi Sosial
Tindakan
0-1 bulan
Belum ada
Menangis
&
Diam,
dipengaruhi
oleh
stimuli
eksternal Dapat melihat wajah orang. 2-4 bulan
Awal reaksi social
Tertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang. Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal botol dan bersiap-siap untuk makan.
5-6 bulan
Kontak sosial aktif
Minta perhatian ortu dengan membuat suara atau menyentuh ortu.
8-12 bulan
Perkembangan aktif
sosial
Membedakan
wajah
marah
&
tidak
dengan
memalingkan muka. Membedakan suara.
26
Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu pada orang yang belum dikenal. 1-2 tahun
Penyempurnaan
sosial Anak mencari mengharapkan ada teman bermain,
aktif
mencari teman sebaya. Memberikan mainan bila diminta.
Perkembangan Bahasa Usia dan stadium perkembangan 0-6 bulan
Penguasaan Pemahaman
Penguasaan Ekspresi
- Menunjukkan respon terkejut
- Memiliki vokalisasi selain
terhadap suara yang keras atau
menangis
tiba-tiba.
- Memiliki tangisan yang
- Berusaha melokalisasi suara,
berbeda untuk rasa lapar, rasa
memalingkan mata atau kepala.
sakit.
- Tampak mendengarkan pada
- Membuat vokalisasi untuk
pembicara, mungkin berespon
menunjukkan kesenangan.
dengan senyuman.
- Bermain dengan membuat
- Berespon saat mendengar
suara-suara.
namanya sendiri.
- Berceloteh (mengulangi urutan suara).
7-11 bulan Masuk bahasa
- Menunjukkan selektivitas stadium
mendengar (mengendalikan secara disadari). - Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang. - Mengenali ”jangan”, ”panas”, namanya sendiri. - Melihat gambar yang disebutkan namanya sampai satu menit. - Mendengarkan pembicaraan tanpa terganggu oleh suara lain.
- Berespon terhadap namanya sendiri dengan vokalisasi. - Meniru melodi ungkapan. - Mengguanakan logat sendiri (bahasa sendiri) - Memiliki gerak isyarat (menggelengkan kepala untuk tidak). - Memilki seruan (“oh-oh”) - Bermain permainan kata (menepuk kue, sembunyisembunyian)
27
12-18 bulan Stadium satu kata
- Menunjukkan perbedaan kasar
- Menggunakan kata tunggal
antara suara yang tidak sama
(rata-rata usia timbulnya kata
(suara lonceng lawan anjing
pertama adalah 11 bulan; pada
lawan terompet lawan suara ayah
usia 18 bulan, anak
atau ibu).
menggunakan sampai 20 kata).
- Mengerti bagian tubuh dasar, nama benda-benda yang sering.
- ”Berbicara” dengan mainan, diri sendiri, atau orang lain, dengan
- Mendapatkan pengertian
mengguanakan pola logat sendiri
beberapa kata baru tiap
yang panjang dan kadang-kadang
minggunya.
dengan kata-kata.
- Dapat mengidentifikasi benda sederhana (bayi, bola, dll). - Mengerti sampai 150 kata pada usia 18 bulan
- Kira-kira 25% ungkapan adalah dapat dimengerti. - Semua huruf hidup diucapkan secara tepat. - Konsonan awal dan akhir sering kali dilewatkan.
12-24 bulan Stadium pesan kata dua kata
- Berespon terhadap petunjuk sederhana (”Berikan bola itu”).
- Menggunakan ungkapan dua kata (”Mama gendong,” semua
- Berespon terhadap perinyah
pergi,” bola ke sini”)
bertindak (”Ke sini,” Duduk”)
- Meniru suara lingkungan dalam
- Mulai mengerti kalimat
bermain (”moo,” rrmm, rrmm,”
kompleks (”Kalau kita pergi ke toko, saya akan berikan kamu permen”)
dll.) - Menyebut dirinya sendiri dengan nama, mulai menggunakan kata ganti. - Meniru dua atau lebih kata terakhir dari suatu kalimat. - Mulai menggunakan ungkapan telegrafik tiga kata (”semua bola pergi,” saya pergi sekarang”) - Ungkapan 26% dan 50% dapat dimengerti. - Menggunakan bahasa untuk
28
meminta.
d. Apa etiologi belum bisa bicara?
Pada anak autisme terdapat kelainan pada lobus temporalis, lobus parietalis dan lobus frontalis. Lobus temporalis terletak di bawah fisura lateralis serebri (sylvii) dan berjalan kebelakang sampai fisuraparietooksipitalis. Lobus parietalis berfungsi sebagai pusat pendengaran, bicara dan daya ingat, demikian pula pada lobus temporalis anak autisme terdapat kelainan sehingga anak terlambat bicara. Sumber : riva. D Cerebbelar Contribution to Behavior and Cognition in Children. Journal of Neurologuistic. 2000:13:215-25 e. Apa etiologi mengoceh kata-kata yang tidak dimengerti? Penyebab ketika anak mengoceh kata-kata yang tidak dimengerti orangtua adalah : a. Autism b. Gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit mengucapkan kata-kata
Sumber : Soebadi, Amanda. Keterlambatan Bicara.2013. http://idai.or.id/publicarticles/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara.html [diakses 20 Oktober 2014]
Defisit perkembangan bahasa dan kesulitan menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan gagasan adalah kriteria utama untuk mendiagnosis gangguan autistik. Berlawanan dengan anak normal dan anak yang mengalami retardasi mental,
anak
autisitik
memiliki
kesulitan
yang
signifikan
di
dalam
menggabungkan kalimat yang bermakna meskipun mereka memiliki kosakata yang luas. Sumber : Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. 2014. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
29
Timbul Bahasa Planet/bahasa baru (neologisme)/bahasa yang tidak dimengerti
Hambatan Pematangan mielin (mielinisasi) dan Perkembangan sinaps yang tidak sempurna di daerah frontalis dan temporalis Sedangkan fungsi dari lobus frontalis dan temporalis adalah untuk proses berbahasa dan kognitif, seperti area Broca dan area Wernicke. Pada otak bagian lobus temporalis. Di bagian posterior dari girus temporalis di lobus temporalis terdapat area yang disebut area Wernicke dimana sebagai area utama untuk pemahaman bahasa, yaitu berfungsi membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan serta mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Jika area ini terganggu maka penderita tak mampu memformulasikan buah pikirannya untuk dikomunikasikan.
Sumber: Aeni, dkk., 2001., Gangguan Perkembangan Pervasif: Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara., Vol: 22(2): 347-54
f.
Apa makna belum bisa bicara tetapi bisa mengoceh?
Makna bisa bicara tetapi bisa mengoceh adalah anak autis bisa mengeluarkan kata-kata tapi tidak untuk berkomunikasi (mengoceh sendiri). Dalam tahun pertama kehidupan, banyaknya dan frekuensi celotehmenurun atau abnormal. Beberapa anak menggeluarkan bunyi-bunyi klik, suara, pekikan, suku kata tanpa arti dengan cara yang streotipik tanpa terlihat minat untuk berkomunikasi. Tidak seperti anak normal, yang selalu memiliki keterampilan bahasa reseptif yang lebih baik da lebih banyak mengertiseblum mereka dapat berbicara, anak autistik verbal mngkin lebih banyak berkata dibandingkan yang dimengertinya. Kata-kata bahkan hampir seluruh kalimat mungkin di dalam dan di luar perbendaharaan kata anak. Pembicaraan mereka mengandung ekoalia, baik segera atau terlambat, atau frasa streotipik di luar konteks. Kelainan tersebut sering disertai dengan pembalikan kata sebutan; yaitu, seorang anak berkata, “kamu ingin mainan?” saat ia bermaksud menginginkan mainan. Pemakaian kualitas dan irama suara yang aneh terlihat secara
30
klinis pada banyak kasus. Kira-kira 50 persen dari semua anak autistic tidak pernah menggunakan pembicaraan yang berguna.
Sumber : Kaplan&Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta:EGC. Defisit perkembangan bahasa dan kesulitan menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan gagasana adalah kriteria utama untuk mendiagnosik gangguan autistik. Anak autistik memiliki kesulitan yang signifikan di dalam menggabungkan kalimat yang bermakna meskipun mereka memiliki kosakata yang luas. Hal ini merupakan gejala khas yang terjadi pada penderita autis, dimana penderita hanya dapat mengeluarkan suara atau kata-kata yang tidak memiliki arti tertentu sehingga sering dikatakan sebagai bahasa planet. Sumber : Kaplan. Ed 2 halaman: 589-590 Anak-anak autistik bukan hanya enggan berbicara, dan kelainan bicara mereka bukan karena tidak adanya motivasi. Penyimpangan bahasa, seperti keterlambatan bahasa, adalah karakteristik untuk gangguan autistik. Berbeda dengan anak normal dan anak retardasi mental, anak autistik sdikit menggunakan arti dalam daya ingat dan proses berfikir mereka. Jika orang autistik memang belajar untuk bercakap dengan fasih, mereka tidak memiliki kompetensi sosial, dan percakapan mereka tidak ditandai oleh saling tukar yang responsif dan timbal balik. Dalam tahun pertama kehidupan, banyaknya dan frekuensi c eloteh anak autistik mungkin menurun atau abnormal. Beberapa anak mengeluarkan buny-bunyi klik, suara, pekikan, dan suku kata tanpa arti dalam cara yang stereotipik tanpa melihat minat untk berkomunikasi. Tidak seperti anak normal, yang selalu memiliki keterampilan bahasa reseptif yang lebih baik dan lebih banyak mengerti sebelum mereka dapat berbicara, anak austistik verbal mungkin lebih banyak berkata dibandingkan yang dimengertinya. Kata-kata dan hampir seluruh kalimat mungkin di dalam dan di luar perbendaharaan kata anak. Anak austistik mungkin menggunakan suatu kata satu kali dan tidak menggunakannya lagi selama seminggu, sebulan, atau beberapan tahun. Pembicaraan mereka mengandung ekolalia, baik segera atau terlambat, atau frasa stereotipik di luar konteks. Kelainan tersebut sering disertai dengan pembalikan kata sebutan; yaitu, 31
seorang anak perempuan berkata, “kamu ingin mainan?” saat ia bermaksud mengiginkan mainan. Kesulitan dalam artikulasi juga ditemukan. Pemakaian kualitas dan irama suara yang aneh terlihat secara klinis pada banyak kasus. Kira-kira 50 persen dari semua anak autistik tidak pernah menggunakan pembicaraa yang berguna. Beberapa anak yang paling cerdas menunjukkan daya tarik yang sangat kuat tertentu pada huruf dan angka. Beberapa anak benar-benar belajar membaca sendiri pada usia prasekolah (hiperleksia), sering kali berhasil dengan baik. Tetapi, hampir pada semua kasus anak-anak membaca tanpa mengerti
2. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. a. Apa makna tidak bereaksi terhadap panggilan?
Tidak bereaksi terhadap panggilan merupakan salah satu gejala dari gangguan interaksi sosial yang dialami oleh anak autis. Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak bila dipeluk. Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Ketika bermain, ia selalu menjauh bila didekati. Sumber: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-wulandarin-6610-3 babii.pdf diakses 20 Oktober 2014 pukul 22:20 WIB. Anak-anak autis mungkin responsive secara berlebihan atau kurang responsif secara berlebihan terhadap stimuli sensorik (sebagai contoh: suara dan nyeri). Mereka mungkin secara selektif mengabaikan ucapan yang diarahkan pada dirinya, dan sehingga mereka sering disangka tuli. Sumber
:
Kaplan&Sadock.
2010.
Buku
Ajar
Psikiatri
Klinis
Edisi
2 . Jakarta:EGC.
Kemungkinan adanya kurang pendengaran atau karena adanya gangguan kualitatif dalam interaksi social,dalam hal ini kurang mampu melakukan hubungan social atau emosional timbal balik.Karena pada anak autis terdapat abnormalitas pada
32
area Wernicke di lobus temporal,sehingga anak tidak dapat mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain dan tidak menoleh jika dipanggil. + Penurunan sel-sel pukinje pada cerebellum. Isi sel-sel purkije berada pada cerebellum + Pembentukan bahasa itu ada di area wernick. Jika terjadi kerusakan di area wernick akan mengakibatkan pengeluaran bahasa planet (neologisme)
b. Apa etiologi tidak bereaksi terhadap panggilan?
Anak autistik tidak dapat menunjukkan tanda samar keterkaitan sosial kepada orang tua dan orang lain. Kontak mata yang lebih jarang atau buruk adalah temuan yang lazim. Anak autistik sering tidak memahami atau membedakan
orang-orang yang penting dalam hidupnya serta dapat
menunjukkan ansietas berat apabila aktivitasbiasanya terganggu. Hal ini dikarenakan anak autis biasanya mengalami gangguan di sistem limbik terutama amygdalayang mengatur emosi dari sang anak.
Sumber : Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. 2014. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Ketidakmampuan untuk menerjemahkan stimuli akustik menyebabkan anak-anak autistik mengalami agnosia auditorik verbal
3. Bram tidak bisa diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. a. Apa makna tidak bisa diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan?
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakanakan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. 33
Terdapat gangguan perilaku, yaitu :
Tingkah laku stereotif Anak autis sering melakukan gerakan yang berulang-ulang secara terus menerus tanpa tujuan yang jelas. Seperti berputar-putar, berjingkat-jingkat dan lain sebagainya. Gerakan yang dilakukan berulang-ulang ini disebabkan adanya kerusakan fisik, misalnya adanya gangguan neurologis. Anak autis juga mempunyai kebiasaan menarik-narik rambut dan menggigit jari. Walaupun sering menangis kesakitan akibat perbuatan sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah laku yang aneh ini sangat kuat dalam diri mereka. Gangguan : autis, sindrom Asperger, gangguan disintegratif masa anak, dan sindrom Rett.
Perilaku sosial Anak-anak autis sering memperlihatkan perilaku yang merangsang dirinya sendiri ( self-stimulating ) seperti mengepak-ngepakkan tangan (hand flapping ) mengayun-ayun tangan ke depan dan kebelakang, membuat suara-suara yang tetap (ngoceh), atau menyakiti diri sendiri ( self-inflicting injuries) seperti menggaruk-garuk, kadang sampai terluka, menusuk-nusuk. Gangguan : autis, sindrom Asperger, gangguan disintegratif masa anak, dan sindrom Rett.
b. Apa etiologi tidak bisa diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan?
1) Faktor psikodinamika dan keluarga : anggota keluarganya memiliki preokupasi
dengan
abstraksi
intelektual
dan
cenderung
sedikit
mengekspresikan perhatian yang murni terhadap anak-anak n ya 2) Kelainan organic – neurologis – biologis : kondisi yang memiliki lesi neurologis terutama rubella congenital, PKU, sklerosis tuberosus ,dan gangguan Rett 3) faktor imunologis inkompatibilitas imunologi antara ibu dan embrio janin atau janin dapat menyebabkan gangguan autistic ,limfosit anak akan bereaksi dengan antibody maternal yang meningkatkan kemungkinan bahwa jaringan
34
neural embrionik atau ekstraembrional mungkin mengalami kerusakan selama kehamilan 4) faktor perinatal : selama gestasi perdarahan maternal setelah trimester pertama dan mekonium dalam cairan amnion telah dilaporkan lebih sering ditemukan pada anak autistic 5) temuan neuroanatomi : abnormal pada lobus temporalis yang menyebabkan perilaku sosial menghilang, kegelisahan, perilaku motorik berulang, dan kumpulan perilaku terbatas lalu terdapat penurunan sel Purkinje di serebelum yang menyebabkan kelainan atensi ,kesadaran, dan proses sensorik sumber
:
Kaplan
– Sadock
.sinopsis
psikiatri
jilid
1.Binarupa
Aksara.Tangerang
Semua anak autistic gagal menunjukan keakraban yang lazimnya terhadap orang tua mereka dan orang lain ,perkembangan sosial anak autistic ditandai oleh tidak adanya perilaku melekat dan kegagalan yang relative awal pada pertalian terhadap orang tertentu, anak autistic sering kali tidak mengenali atau membedakan orang paling penting dikehidupannya. Sumber : Kaplan – Sadock .sinopsis psikiatri jilid 1.Binarupa Aksara.Tangerang
4. Bram senang bermain bola tetapi tidak suka bermain dengan anak yang lain a. Apa makna senang bermain bola tetapi tidak suka bermain dengan anak yang lain? Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
a. Faktor neurokimiawi Adanya peningkatan opioid endogen (enchepalin dan endhorpine) yang mengakibatkan anak anak tersebut merasa nyaman dengan dirinya sendiri. b. Teori Gangguan Pencernaan ( Inflamantory Bowel Disease) dan Imunisasi Telah diketahui bahwa penyandang Autistik mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak 35
semua berubah menjadi asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik, peptide ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak selsel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku. sehingga pada anak auis akan merasa nyaman pada dirinya sendiri. c. Abnormalis lobus temporalis Pada area ini terdapat area wernik yang merupakan daerah interpretasi umum. di area ini akan berkumpul asosiasi dari somatik, visual dan auditori sehingga gangguan pada area ini akan menyebabkan kesulitan bergaul dan bersosialisasi anak dengan orang lain. juga pada lobus ini terdapat area asosiasi limbik yang merupakan area tingkah laku, emosi dan motivasi. d. Teori Emphatizing – Systemizing Teori ini menyimpulkan bahwa pada anak autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat kecenderungan otak untuk membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut (Systemizing) sehingga sistem ini menutupi kemampuan anak untuk berempati pada lingkungan sekitarnya (Emphatizing). Akibatnya anak tersebut merasa lebih asik bermain sendiri daripada bergaul dengan orang lain. Sumber: Aeni, dkk., 2001., Gangguan Perkembangan Pervasif: Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara., Vol: 22(2): 347-54
b. Apa etiologi senang bermain bola tetapi tidak suka bermain dengan anak yang lain?
Semua anak autistik gagal menunjukkan keakraban yang lazimnya terhadap orangtua mereka dan orang lain. Saat bayi, banyak yang tidak memiliki senyum sosial dan sikap tidak mau digendong. Kontak mata yang abnormal paling sering ditemui. Perkembangan sosial anak autistik ditandai oleh tidak adanya (tetapi tidak selalu tidak ada sama sekali) perilaku melekat dan kegagalan yang relatif awal pada pertalian terhadap orang tertentu. Anak autistik sering kali tidak terlihat mengenali atau membedakan orang-orang yang paling penting dalam kehidupannya seperti orangtua,
36
sanak saudara, dan guru. Dan mereka mungkin tidak menunjukkan rasa cemas perpisahan saat ditinggal di dalam lingkungan asing dengan orang asing. Jika anak autistik telah mencapai usia sekolah, penarikan diri mereka mungkin telah menghilang atau tidak begitu jelas, teutama pada anak-anak yang berfungsi lebih baik. Malahan, terlihat kegagalan mereka untuk bermain dengan sebaya dan membuat persahabatan, kejanggalan dan ketidaksesuaian sosial mereka, dan terutama kegagalan mereka untuk mengembangkan empati.
Bram senang bermain bola tetapi tidak suka bermain dengan anak lainnya mengindikasikan adanya ganagguan dalam interaksi sosialnya. Etiologinya bisa dari Neurotensin. Neurotensin adalah neuropeptida yang ditemukan diotak dan usus dan dilepaskan dengan cepat akibat dipicu oleh stres, infeksi dan inflamasi. Kemudian neurotensin dapat merangsang sel mast baik diotak maupun di usus. Selt mast mensekresikan 2 kelas mediator inflamasi yang berbeda 1. molekul seperti il-6, TNF, VEGF yang secara langsung mengganggu gut-blood brain barier yang menyebabkan molekul toksin dapat masuk ke otak. 2. Mengeluarkan mitokondria DNA (mtDNA) keluar yang secara fi siologis berada di dalam sel tapi jika di luar sel mtDNA akan dianggap benda asing sehingga menyebabkan inflamasi otak semakin parah. Mitokondria yang keluar secara terus menerus
dari
pembentukannya
sel
akan
menyebabkan
terganggu
sehingga
sel
kekurangan
menyebabkan
energi
perkembangan
karena otak
terganggu. Selain mengaktifkan sel mast neurotensin juga memiliki efek lai n diantaranya 1. menyebabkan mobilitas dan hasil sekresi usus meningkat 2. merangsang proliperasi sel glial 3. menyebabkan kejang dengan mengaktivasi reseptor glutamat. Karena efek dari neurotensin adalah proliferasi sel glial maka terjadi pembesaran otak terutama di bagian temporal. Bagian medial lobus temporal yang membesar menyebabkan gangguan dalam memori emosi dan ketakutan sehingga dia susah untuk berinteraksi dengan teman sebayanya 37
5. Bram merupakan anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil, ibu sehat dan periksa kehamilan secara teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.200 gram. a. Apa hubungan usia ibu dengan gangguan perkembangan pada anak?
Berdasarkan beberapa penelitian, risiko memiliki anak yang autis 50% lebih tinggi untu ibu berusia 35 tahun dibandingkan ibu berusia pertengahan 20. Sebaliknya, hanya terdapat sidikit perbedaan risiko antara ibu berumur 20 tahun dan yang berumur 25-29 tahun. Jadi kelainan autis pada Bram, kemungkinan besar tidak berhubungan dengan usia ibunya saat mengandung. Akan tetapi beberapa penelitian lain dengan metode meta-
analisis menemukan adanya hubungan usia ibu saat kehamilan terhadap kejadian autisme pada anak. Resiko autism relatif meningkat dengan meningkatnya usia ibu saat kehamilan. Dengan membandingkan ibu usia lebih dari atau sama dengan 35 tahun dengan ibu usia 25-29 tahun, resiko autisme pada anak relatif meningkat. Pada suatu penelitian pada Mei 2012 yang diterbitkan oleh Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, peneliti membandingkan risiko autisme pada kelompok yang berbeda usia ibu saat hamil meliputi usia dibawah 20, 24-29, 30-34, dan 35 keatas. Peneliti menemukan bahwa anak dari ibu yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai risiko 30% untuk terjadinya autisme. Anak dari ibu berusia dibawah 20 tahun memiliki risiko paling rendah untuk terjadinya autisme.
Usia yang rentan terhadap kelainan kehamilan adalah usia remaja atau usia diatas 30 tahun. Kelahiran premature umumnya terjadi pada usia remaja. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang matangnya organ reproduksi, gizi buruk, kurang perawatan selama periode prenatal, atau karena kondisi ekonomi yang rendah. Sedangkan pada ibu yang berusia diatas 30 tahun Kadang-Kadang Dapat Menimbulkan Down Syndrome. Sumber :Widanarta, Dian. 2011. Hubungan Antara Usia Ibu, Paritas, Jarak Kelahiran, Lingkar Lengan Atas (Lila), Tinggi Badan (Tb), Pendidikan, 38
Pekerjaan Ibu, Pendapatan Keluarga, Asupan Energi Dan Protein Dengan Berat Bayi Lahir (Bbl). Semarang : Fk Undip.
Dianjurkan agar wanita tidak hamil sebelum umur 18 tahun atau lebih dari 35 tahun, untuk mengurangi risiko terjadi kelainan bagi ibu maupun bayinya 6. Bram bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 12 bulan. Tidak ada riwayat kejang. a. Apa makna bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan bisa berjalan pada usia 12 bulan?
Bram tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik nya, karena bisa tengkurap dan berjalan sesuai dengan waktu nya. 3-6
- Mengenal ibu
- Memalingkankepala
bulan - Mengapai objek
pada suara
derajat
- Mulai meraba
dada
- Meniru suara
tangan
- Menangis
bulan
- Meniru
gerakan - Membuat
sederhana
kataberulang
- Berespon jika dipanggil nama
kepala
dan dengan
90
mengangkat bertopang
dengansuara - Mengerakkan benda dalam
berbeda
6-9
- Mengangkat
bermain
kata- - Merayap/ merangkak yang - Dapat duduk tanpa dibantu
tidakbermakna (gagaga, - Sudah dapat tengkurap dan dada, dst) - Menggunakan
berbalik sendiri - Berdiriberpegangan kemeja
suarauntuk
- Bertepuk tangan
menarikperhatian
- Memindahkanobjek
dari
satutangan ke tangan lainnya 9-12 bulan
- Bermain sederhana
permainan - Melambaikantangan untuk“dada”
- Bergerak menuju benda - Berhenti yang diminati
- Berjalan sambilberpegangan - Menyatakan
inginbenda
tertentu
ketikadikatakan “tidak” - Mencoret
dengan
pensil 39
- Melihatgambar
pada - Meniru kata-katabaru
warna
buku 12-18 - Meniru bulan
suara
dan - Menggelengkan kepala - Berjalan sendiri
gerakan yang baru
menyatakan “tidak”
- Naik /turun tangga
- Menunjuk pada benda - Meniru kata baru yang diinginkan - Menyusun 2-3 kotak
- Mengikuti
instruksi
sederhana - Mengucapkan 5-10 kata - Memperlihatkan
rasa
cemburu dan bersaing
Tumbuh kembang bayi 4 bulan dari segi motorik kasar, kepalanya sudah
tidak lagi terhuyung-huyung saat ini. Bayi 4 bulan umumnya sudah memiliki kontrol kepala yang cukup baik pada saat didudukinya dan bisa menahan kepala dan lehernya pada saat posisi tengkurap. Mereka juga sudah bisa menendang dan mendorong dengan kakinya. Bahkan ada bayi yang sudah bisa berguling telentang dari posisi tengkurap. Tumbuh Kembang Anak Bulan Ke-12
Perkembangan Motorik Kasar Berdirinya semakin stabil dan sudah dapat tanpa berpegangan. Dapat berjalan beberapa langkah meski masih butuh penopang untuk keseimbangan tubuhnya. Bantu bayi dengan memegangi kedua atau salah satu tangannya. Dapat bergerak dari posisi duduk ke berdiri dengan cara berlutut; satu kakinya ditarik dan diangkat sampai akhirnya dapat berdiri.
Makna tumbuh kembang pada Bram adalah normal.
Sumber: Depkes RI. 2006. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
b. Apa makna tidak ada riwayat kejang?
40
Penyebab terjadinya autism bukan karena kelainan organic neurologis biologis selain itu untuk menentukan prognosis jika autism disertai kejang akan terjadi prognosis lebih buruk daripada autism tanpa kejang
Sumber : Kaplan – Sadock .sinopsis psikiatri jilid 1.Binarupa Aksara.Tangerang
Hal ini untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan kejang yang dapat menimbulkan kelaian pada jaras motorik yang gejalanya mirip dengan penderita autisme. Namun, pada penelitian kira-kira dua pertiga dari penderita autisme akan mengalami kejang-kejang epilepsi dan kira-kira dua perlima akan menderita kesulitan belajar; Gene Loci terdapat pada kedua chromosome 9 dan16 (European chromosome 16 Tuberous sclerosis Consortium, 1993). Gangguan tuberose sclerosis mencakup kira-kira setengah dari gangguan autisme.
Sumber: Wignyosumarto, Sumarno. 2003. Autisme: Sebagai Model Gangguan Syaraf Pusat, Gejala Klinis, dan Tatalaksana Terapi. Dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Kedokteran Univesitas Gadjah Mada. Yogyakarta: FK UGM.
Terdapat kejang epilepsi pada sekitar 10-25% anak autism. Ada kolerasi yang tinggi antara serangan kejang dengan beratnya retardasi mental dan derajat disfungsi susunan saraf pusat. Sumber : Volkmar F, Klin A, Paul R, Cohen D. Handbook Of Autism And Pervasive Developmental Disorders. Third Edition. Hoboken, NJ, Jhon Wille y.2005;3-8.
7. Sepupu Bram laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini. a. Apa makna sepupu Bram yang juga menderita keluhan yang sama?
b. Genetik herediter dan kelainan kromosom. c. Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi 41
bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX. d. e. Hubungan antara sepupu bram dengan dia disebabkan oleh adanya pengaruh faktor genetika. Terdapat kelainan kromoson dari ayah atau ibu, biasanya pada kromosom 7 yang mengandung gen FOXP2 yang rusak dan diduga sebagai penyebab kelainan bicara pada autisme. f.
Penderita autis biasanya disebabkan oleh faktor keturunan. Kemungkinan 120 kali lebih besar daripada keluarga yang tidak mempunyai riwayat autis. Faktor genetis atau faktor keturunan adalah penyebab terbesar terjadinya sindrome autisme, penelitian pada tahun 2006 menunnjukan bahwa anak kembar memiliki 90% kemungkinan mereka terkena Autis.
g. Beberapa hal penyebab genetis adalah usia ibu yang terlalu tua saat mengandung atau usia ayah yang terlalu tua ( berpengaruh pada kualitas sperma), beberapa penelitian menunjukan bahwa kualitas sperma lelaki berusia tua cenderung akan lebih mudah bermutasi dan memicu timbulnya autisme pada anak. h. Semakin tua seorang ibu yang mengandung, maka semakin lebih beresiko. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dalam usia 40 tahun 50% lebih beresiko daripada ibu hamil pada usia 20- 29 tahun.
8. Pemeriksaan fisik : berat badan 15 kg, tinggi badan 87 cm, lingkaran kepala 50cm. tidak ada gambaran dismorfik. a. Apa interpretasi pemeriksaan fisik?
Berat badan 15 kg, tinggi badan 87 cm, lingkaran kepala 50cm. tidak ada gambaran dismorfik. Berat badan usia 24 bulan : 15 kg – normal Tinggi badan usia 24 bulan : 87 cm – normal Umur (tahun) dikali dua lalu ditambah delapan (usia (tahunn) x 2) + 8)
42
Berat (dalam gram)
Tinggi (dalam cm)
Standard
80% Standard
Standard
80% Standard
Lahir
3.400
2.700
50,5
40,40
1 Bulan
4.300
3.400
55,0
44,00
2 Bulan
5.000
4.000
58,0
46,40
3 Bulan
5.700
4.600
60,0
48,00
4 Bulan
6.300
5.000
60,5
48,40
5 Bulan
6.900
5.500
64,5
51,60
6 Bulan
7.400
5.900
66,0
52,80
7 Bulan
8.000
6.400
67,5
54,00
8 Bulan
8.400
6.700
69,0
55,20
9 Bulan
8.900
7.100
70,5
56,40
10 Bulan
9.300
7.400
72,0
57,60
11 Bulan
9.600
7.700
73,5
58,80
12 Bulan
9.900
7.900
74,5
59,60
1 tahun 3 bulan
10.600
8.500
78,0
62,40
1 tahun 6 bulan
11.300
9.000
81,5
65,20
1 tahun 9 bulan
11.900
9.500
84,5
67,60
2 tahun 0 bulan
12.400
9.900
87,0
69,60
2 tahun 3 bulan
12.900
10.300
89,5
71,60
2 tahun 6 bulan
13.500
10.800
92,0
73,60
2 tahun 9 bulan
14.000
11.200
94,0
75,20
3 tahun 0 bulan
14.500
11.600
96,0
76,80
3 tahun 3 bulan
15.000
12.000
98,0
78,40
3 tahun 6 bulan
15.500
12.400
99,5
79,60
3 tahun 9 bulan
16.000
12.800
101,5
81,20
4 tahun 0 bulan
16.500
13.200
103,5
82,80
Sumber : direktorat kesehatan gizi, kementerian kesehatan RI diakses 20 oktober 2014
43
Berat badan usia 24 bulan pada laki-laki adalah9,6kg sedangkan tinggi badan pada anak 24 bulan adalah 79,4 cm. Lingkar kepala neonatus normalnya bekisar 34-37cm dan pada 1-3 bulan pertama bertambah 2cm, 3-6bulan bertambah 1cm, dan pada usia 6-12 bulan bertambah 1/2cm. Pada umur 2 tahun kenaikan 2,5 cm/tahun sehingga menjadi 49-53cm.
Sumber : staff pengajar IKA FK UI. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK UI
b. Bagaimana status gizi anak usia 24 bulan?
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS
No
1
2
3
Indeks yang
Batas
dipakai
Pengelompokan
BB/U
TB/U
BB/TB
Sebutan Status Gizi
< -3 SD
Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD
Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD
Gizi baik
> +2 SD
Gizi lebih
< -3 SD
Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD
Pendek
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Tinggi
< -3 SD
Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD
Kurus
44
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004. Diketahui BB = 15 kg, TB = 87 cm
Table weight (kg) by age of boys aged 24 months from WHO-NCHS (BB/U) Age
Standard Deviations
Yr
mth
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
0
24
8,6
9,7
10,8
12,2
13,6
15,3
17,1
Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Menkes RI 2010
Table stature (cm) by age of boys aged 24 months from WHO-NCHS (PB/U) Stature Cm 0
24
Standard Deviations -3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
78,7
81,7
84,8
87,8
90,9
93,9
97
Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Menkes RI 2010
Table weight (kg) by stature of boy 87 cm in Height from WHO-NCHS (BB/PB) Stature Yr mth 0
24
Standard Deviations -3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
9,5
10,2
11,1
12
13
14,2
15,5
Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Menkes RI 2010
Jadi untuk indeks BB/U adalah
= Z Score = 15kg
+2SD
= status gizi lebih
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = 87cm
median
= status gizi normal
Untuk Indeks BB/TB adalah 45
= Z Score = 15kg
+3SD
= status gizi gemuk
Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak dalam Keputusan Menkes RI Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010
Berat badan : 8 + 2n kg = n: umur dalam tahun berat badan Bram normalnya: 8+2(2) = 12 kg ( berat badan Bram 15 kg jadi normal)
9. Pengamatan perilaku :.. Bergerak kesana-kemari tanpa tujuan, ketika diberikan bola, dia melempar bola ke lantai dan dilakukan berulang-ulang, sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar, Tidak bisa bermain purapura. a. Apa arti hasil pengamatan perilaku diatas
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, ditemukan adanya gangguan perilaku yang merupakan gejala dari sindroma autis yang meliputi beberapa aspek, antara lain :
Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu. Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
46
Pada kasus Bram 24 bulan, salah satu gangguan perilaku yang terjadi berdasarkan kriteria di atas adalah kelakuan yang hiperaktif dan sering melakukan suatu gerakan yang berulang-ulang (ketika diberikan bole, dia melemparkan bola ke lantai dan dilakukan “berulang-ulang”). Sumber : Judarwanto, Widodo. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Autis Pada Anak.
Dalam
http://developmentbehaviourclinic.wordpress.com/2009/08/02/deteksi-dini-
dan-pencegahan-penyakit-autis-pada-anak/ diakses 21 Oktober 2014 pukul 07.00 WIB. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan anak autistik, seagian besar permainan eksplorasi anak normal adalah tidak ada atau minimal. Mainan dan benda-benda sering kali dimanipulasi dalam cara yang tidak seharusnya, dengan sedikit variasi, kreatifitas dan imajinasi dan sedikit ciri simbolik. Anak-anak autis tidak dapat meniru atau menggunakan patomim abstrak. Aktfitas dan permainan anak autis, jika ada, kaku, berulang dan monoton. Fenomena ritualistik dan konpulsif adalah sering ditemukan pada masa anak-anak awal dan pertengahan. Anak autis sering kali memutarkan, membantingkan, dan membariskan benda-benda dan menjadi terlekat pada benda mati. Disamping itu banyak anak autistic, terutama mereka dengan intelektulitas yang paling terganggu, menunjukkan berbagai kelainan gerakan.
Sumber : Kaplan&Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta:EGC.
Bergerak ke sana kemari tanpa tujuan : ada gangguan perilaku hiperaktivitas motorik Melempar bola ke lantai berulang-ulang : dalam tahun – tahun pertama kehidupan autis sebagian besar permainan eksplorasi anak normal adalah tidak ada atau minimal ,mainan dan benda – benda sangat sering dimanipulasi dalam cara yang tidak seharusnya ,dengan sedikit variasi, kreativitas, dan imaginasi . Sangat tertarik melihat dan membolak balik kalender bergambar : dalam tahun – tahun pertama kehidupan autis sebagian besar permainan eksplorasi anak normal adalah tidak ada atau minimal ,mainan dan benda – benda sangat sering dimanipulasi dalam cara yang tidak seharusnya ,dengan sedikit variasi, kreativitas, dan imaginasi . Tidak dapat bermain pura-pura : anak autism tidak dapat meniru atau menggunakan pantomime abstrak. Sumber
:
Kaplan
– Sadock
.sinopsis
psikiatri
jilid
1.Binarupa
Aksara.Tangerang 47
b. Apa saja gangguan perilaku yang mungkin terjadi pada kasus ini? 8, 5, 4
Perilaku streotipik Pada tahun-tahun pertama kehidupan anak autistik, tidak terjadi permainan eksplorasi spontan yang diharapkan. Mainan dan objek sering dimainkan dengan cara ritualistik, dengan sedikit gambaran simbolik. Anak autistik umumnya tidak menunjukkan permainan pura pura atau menggunakan pantomin abstrak. Aktivitas dan permainan anak ini sering kaku, berulang, dan monoton. Banyak anak autistik, terutama mereka dengan retardasi mental berat, menunjukkan kelainan gerakan. Manerisme, streotipik, dan menyeringai paling sering hika seorang anak ditinggalkan sendiri dan dapat berkurang pada situasi yang terstruktur.
Gangguan perilaku terkait Hiperkinesis adalah masalah perilaku yang lazim pada anak autistik yang masih kecil. Hipokinesis lebih jarang, jika ada hipokinesis sering bergantia dengan hiperaktivitas. Agresi dan ledakankemarahan dapat diamati,sering disebabkan oleh perubahan atas tuntutan. Perilaku mencederai
diri
mencakup
membenturkan
kepala,
menggigit,
menggaruk, dan menarik rambut. Rentang perhatian yang pendek, kemampuan yang buruk untuk berfokus pada tugas, insomnia, masalah makan dan enuresus juga lazim ditemukan pada anak dengan autisme. Sumber : Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. 2014. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Gangguan perilaku yang mungkin terjadi pada kasus ini : a. Mencelakai diri b. Emosi tinggi c. Kemampuan buruk untuk fokus d. Insomnia e. Masalah makan
48
f. Enuresis g. Stereoptik, melakukan hal yang monoton dan berulang-ulang h. Tidak bisa bermain pura-pura
Sumber : Sadock, Benjamin J, Virgina A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.2004.Jakarta: EGC Penerbit buku kedokteran hal :589-590
10. Interaksi social : Anak sadar, tetapi tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya,Tidak mau bermain dengan anak lain. tidak bisa menujuk benda yang ditanyakan, tidak melihat kebenda yang ditunjuk. a. Apa arti hasil pengamatan interaksi social ?
Semua anak autistik gagal menunjukkan keakraban yang lazimnya terhadap orang tua mereka dan orang lain. Saat bayi banyak yang tidak memiliki senyum social dan sikap tidak mau digendong jika seorang dewasa mendekatinya.kontak mata abnormal adalah temuan yang sering. Perkembangan social pada anak autistic ditandai oleh tidak adanya (tetapi tidak selalu tidak ada sama sekali) peri;aku melekat dan kegagalan relative awal pada pertalian terhadap oaring tertentu. Anak autistic sering kali tidak terlihat mengenali atau membedakan orang-orang yang paling penting dalam kehidupannya (orang tua, sanak saudara, guru). Dan mereka mungkin hampir tidak menunjukkan cemas perpisahan saat ditinggal dalam lingkungan yang asing dengan orang asing. Sumber : Kaplan&Sadock. 2010.
Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta:EGC.
b. Apa saja gangguan interaksi sosial yang mungkin terjadi pada kasus ini?
Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak gerik untuk mengatur interaksi sosial
Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
49
Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan ,minat, atau pencapaian dengan orang lain misalnya tidak memamerkan ,membawa, atau menunjukan benda yang menarik
Tidak ada timbal balik sosial atau emosional Sumber
:
Kaplan
– Sadock
.sinopsis
psikiatri
jilid
1.Binarupa
Aksara.Tangerang
Gangguan lain yang mungkin terjadi misalnya adalah
Tidak bisa bermain pura-pura karena kurangnya social play atau social imitation (qualitative impairment of communication),serta adanya gangguan interaksi social dan perilaku. Tidak bisa menunjuk karena kurangnya spontaneous sharing (qualitative impairment of social interaction),serta adanya gangguan interaksi social dan perilaku
11. Komunikasi : Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. a. Apa hasil pengamatan komunikasi ?
b. Apa saja gangguan komunikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini? Gangguan komunikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini :
- terlambat bicara, tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak dan mimik - meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain - sering mengulang apa yang dikatakan orang lain - meniru kalimat-kalimat iklan atau nyanyian tanpa mengerti - bicara tidak dipakai untuk komunikasi - bila kata-kata telah diucapkan, ia tidak mengerti artinya - tidak memahami pembicaraan orang lain - menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu 50
Sumber : ( INDIVIDU DENGAN GANGGUAN AUTISME Mohamad Sugiarmin)
Gambaran gangguan bahasa dan komunikasi pada penderita autism antara lain bicara stereotip, ekolalia, kata dan frase yang idiosinkron. Dalam hal ini terjadi kegagalan untuk secara aktif melakukan komunikasi verbal-non verbal, tidak mempunyai inisiatif, tidak mampu memusatkan perhatian dan gangguan berbahasa. Sumber : Mitchell, S.,Brian, J., Zwaigenbaum, L.. Early Language and Communication Development and Behavior Pediatrics, 2006.27:369-78
HIPOTESIS Bram, anak laki-laki usia 24 bulan mengalami gangguan perilaku, iunteraksi social, dan komunikasi et causa autism
TEMPLATE 1. How to diagnose
Sampai saat ini tidak ada test diagnostic yang objektif untuk autisme. Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan perilaku menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision ( DSM-IV, TR) sebagai gold standard.
1.Harus ada sedikitnya 6 ciri dari (1), (2), (3) dengan minimal dua gejala dari (1) dan masing-masing satu gejala dari (2) dan (3). (1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik . Minimal harus ada 2 ciri dari ciri dibawah ini: a.) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi mata sangat kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.
51
b.) Tak bisa bermain dengan teman sebaya. c.) Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. d.) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal bali k.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari ciri-ciri di bawah ini: a.) Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa tanpa bicara). b.) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi. c.) Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. d.) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
(3) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku , minat dan kegiatan sedikitnya harus ada satu dari ciri di bawah ini:
a.) Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan. b.) Terpaku pada suatu kegiatan dan yang rutinitas yang tidak ada gunanya. c.) Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang d.) Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
2. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang (1) interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3) cara bermain yang monoton, kurang variatif.
3. Bukan disebabkan oleh sindrom rett atau gangguan disintegratif masa kanak
Selain itu, untuk menentukan berat ringannya autisme anak dapat dilakukan dengan menggunakan The Childhood Autism Rating Scale (CARS) yang terdiri dari 15 butir: 1. Relasi (hubungan) dengan orang lain yaitu bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi. Misalnya menghindar menatap orang dewasa, tidak respon kepada orangtua sebagaimana anak lain.
52
2. Imitasi (meniru) yaitu bagaimana anak menirukan kata atau suara dan perilaku apakah harus dengan dorongan, paksaan atau sama sekali tidak pernah mau menirukan. 3. Respon emosional yaitu bagaimana reaksi anak terhadap situasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, misalnya ketika dipeluk-dicium, dipuji, digelitik, diberi mainan/makanan kesukaanya. 4. Penggunaan badan/tubuh baik gerakan koordinasi maupun gerakan-gerakan yang lain sesuai dengan keadaan, misalnya ketepatan sikap dan gerakan tubuh, jinjit, memutar, tepuk tangan, menari, bermain, menggambar, menggunting dsbnya. 5. Penggunaan benda-benda (objek) yaitu minat anak terhadap mainan atau benda lain serta bagaimana anak menggunakannya. Perhatikan bagaimana anak berinteraksi dengan mainan dan objek lain terutama pada aktifitas yang tidak terstruktur. Perhatikan dengan seksama bagaimana anak menggunakan mainan berjuntai atau putaran, apakah terjadi keasyikan dan pengulangan yang berlebihan. 6. Adaptasi terhadap perubahan yaitu adaptasi terhadap perubahan hal-hal yang telah rutin atau telah terpola dan kesulitan mengubah suatu aktivitas ke aktivitas lain. Misalnya bagaimana reaksi anak terhadap perubahan penataan mebel, pergi dengan rute berbeda, penggantian pengasuh/guru dan sebagainya. 7. Respon visual yaitu pola-pola perhatian visual yang tidal lazim, misalnya menghindari kontak mata ketika berinteraksi dengan orangtua atau melihat objek/mainan dari sudut yang tidak lazim. 8. Respon mendengarkan yaitu perilaku mendengarkan yang tidak biasanya atau respon yang tidak lazim terhadap bunyi-bunyian termasuk reaksi anak terhadap suara orang dan jenis-jenis suara lain. Misalnya : anak seolah-olah tidak mendengar suara yang sangat keras, tetapi pada waktu yang lain bereaksi berlebihan terhadap suara yang biasa. 9. Respon kecap (pengecapan), mencium (membau) dan raba, misalnya bagaimana respon anak terhadap rangsang kecap, bau dan raba. Misalnya penolakan atau minat berlebihan terhadap bau, rasa dan bentuk tertentu dari makanan atau bentuk mainan tertentu. 10. Ketakutan dan kegelisahan yaitu rasa takut yang tidak wajar dan tidak semestinya, misalnya ketakutan yang berlangsung terus terhadap obyek yang secara normal tidak menakutkan atau tidak takut terhadap sesuatu yang ditakuti anak normal.
53
11. Komunikasi verbal (kata), perhatikan anak dalam menggunakan kata dan cara berbicara, amati perbendaharaan kata, struktur kalimat, volume dan ritme suara. Apakah memperlihatkan keanehan, tidak tepat atau kacau. 12. Komunikasi non verbal yaitu komunikasi dengan menggunakan ekspresi/mimik muka, sikap tubuh dan gerak tubuh serta respon anak terhadap komunikasi non verbal dari orang lain. Apakah anak dapat menunjuk dan menjangkau sesuatu yang mereka inginkan, apakah anak hanya menggunakan isyarat yang kacu dan aneh. Apakah anak tidak menunjukkan perhatian pada isyarat dari orangtua/anak lain. 13. Derajat aktivitas yaitu seberapa banyak anak bergerak baik dalam situasi yang dibatasi maupun yang tidak dibatasi. Apakah aktifitasnya berlebihan atau tampak lesu. Perhatikan tingkat aktifitas anak yang teratur dan tekun. Jika lesu apakah anak bisa diberi semangat untuk beraktifitas dan seberapa banyak orangtua harus memberi semangat dan dorongan agar anak mau beraktifitas.
Jika aktifitasnya berlebihan
apakah bisa diberitahu untuk menjadi tenang atau duduk diam. Dalam penilaian ini perlu dipertimbangkan faktor kelelahan dan efek medik. 14. Derajat dan konsentrasi respon intelektual. Perhatikan bagaimana anak mengerti dan menggunakan bahasa, angka dan konsep, bagaimana kemampuannya dalam mengingat benda-benda yang pernah ia lihat atau dengar serta bagaimana anak menjelajahi lingkungannya. 15. Kesan umum yaitu kesan subjektif observer tentang anak
Setiap butir mempunyai skor 1-4, skor yang tinggi menunjukkan gangguan dengan level yang berat. Total skor dapat berkisar <15-60. Skor di bawah 30 mengindikasikan anak pada rentang non-autistic, 30-36,5 menunjukkan mild to moderate autism, skor 37-60 menunjukkan autism berat.
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan autistik: A). Total enam (atau lebih) hal dari (1), (2), dan (3), dengan sekurangnya dari (1), dan masing-masing satu dari (2) dan (3): (1). Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangkurangnya dari berikut:
54
(a). Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial. (b). Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan. (c). Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesengan, minat, atau pencapaian dengan orang lain (misalnya: tidak memamerkan, membawa atau menunjukkan benda yang menarik minat). (d). Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
(2). Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut: (a). Keterlambatan, atau sama sekali tidak ada, dalam perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain seperti gerak-gerik atau mimik). (b). Pada individu dengan bicara yang adekuat, gangguan jelas dalam kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain. (c). Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara streotipik dan berulang. (d). Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau permainan pura-pura sosial yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
(3). Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan streotipik , seperti yang ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut: (a). Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang streotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
55
(b). Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional. (c). Mekanisme motorik streotipik dan berulang (misalnya menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
B). Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sekurangnya satu bidang berikut, dengan onset sebelum usia 3 tahun: 1. Interaksi sosial, 2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, 3.Permainan simbolik atau imajinatif. C). Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Rett atau gangguan disintegratif masa anak-anak. 2. Differential diagnose
Skizophrenia onset masa anak-anak
Retardasi mental dengan gejala perilaku
Gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran
Ketulian congenital
Pemutusan psikososial
Psikosis disintegrative
Sumber : Kaplan – Sadock .sinopsis psikiatri jilid 1.Binarupa Aksara.Tangerang 3. Working Diagnose
Autism 4. Epidemiologi
Gangguan autistik terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per 10.000 anak di bawah 12 tahun. Ditemukan lebih sering pada anak laki-laki dibanding perempuan dengan rasio 3-5:1, namun bila mengenai perempuan maka gangguan yang terjadi akan lebih berat. Kebanyakan kasus autistik ditemukan pada keluarga dengan sosioekonomi rendah berdasarkan penelitian 25 tahun terakhir Sumber : Kaplan ed. 2 halaman : 729
56
Gangguan autistik terjadi dengan angka 2-5 kasus per 10.000 anak di bawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan ciri autistik dimasukkan, angka dapat meningkat sampai setinggi 20 per 10.000. pada sebagian besar kasus autisme mulai sebelum 36 bulan tetapi mungkin tidak terlihat bagi orangtua, tergantung pada kesadaran mereka dan keparahan gangguan. Gangguan autistik ditemukan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Tiga sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan autistik dibandingkan anak perempuan. Tetapi anak perempuan yang memiliki gangguan autistik cenderung terkena lebih serius dan lebih mungkin memiliki keluarga gangguan kognitid dibandingkan anak laki-laki. Penelitian awal menyatakan bahwa status sosioekonomi yang tinggi sering ditemukan pada keluarga dengan anak-anak autistik; tetapi temuan tersebut kemungkinan didasarkan pada rujukan bias. Selama lebih dari 25 tahun yang lalu, semakin banyak kasus yang dutemukan pada kelompok sosioekonomi yang rendah.
Sumber : Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. 2014. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
5. Etiologi
Gangguan autistik adalah suatu ganggua perkembangan perilaku. Walaupun gangguan autistik pertama kali dianggap berasal dari psikologis atau psikodinamik, banyak bukti-bukti yang terkumpul adanya substrat biologis. Beberapa dugaan penyebab dari autistik adalah :
Faktor psikodinamik dan keluarga
Kelainan biologis
Faktor genetika
Faktor imunologis
Faktor perinatal
Temuan neuroanatomi
Temuan biokimiawi
Sumber : Sumber : Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. 2014. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
57
6. Faktor Resiko
Faktor Resiko : a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara). b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil). c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti). d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan. e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar,
58
tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing. Sumber: Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta Faktor Resiko : a. Faktor psikodinamika dan keluarga b. kelainan organik, neurologis, biologis c. faktor genetika d. faktor imunologis e. faktor perinatal f. temuan neuroanatomi g. temuan biokimiawi 7. Patofisiologi
Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas sehingga rentan terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam darah putih, kadarnya meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya abnormal neurology. Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke dalam makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan dengan anak penderita autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa kandungan cytokine-nya, ternyata kandungan cytokine dalam darah penderita autis meningkat jauh lebih tinggi daripada darah anak normal. Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik yang kelak akan menyebabkan timbulnya penyakit autisme. Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya diakibatkan oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50% pasien autis mengalami 59
kebocoran usus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus. Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian ditangkap reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi opioid menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morphin atau heroin. Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami peningkatan jumlah protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak yang kemudian terlahir normal dan setelah kelahiran terus meningkat hingga mencapai 10X normal. Pada anak normal tidak terjadi mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah yang abnormal pada penderita ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal atau bahkan mematikan sel selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung. Perlu diingat bahwa pertumbuhan saraf selama embrio penting untuk membentuk formasi sistem saraf pusat dan sel otak yang baru.
Patofisiologi : 1. Perubahan struktur cerebelum dan brain stem 2. Penurunan miror neuron di gyrus lobus frontalis Miror neuron berfungsi untuk perhatian individu terhadap orang lain c. Disfungsi mirror neuron di insula dan korteks anterior cingulate
absence
of empathy d. Defisit miror menuron di gyrus angularis
language
difficulties (bahasa
planet yang tidak dimengerti) 3. The saliance landscape theory a. Pada anak normal
: informasi dimasukkan ke amygdala (Pusat emosi
limbic sistem) dan menimbulkan respon emosional b. Pada anak autis
:
hantaran
dari
korteks
visual
dan
menimbulkan respon yang buruk atau berlebihan di amygdala sistem saraf autonom
meningkatkan
heart rate
anak
amigdala
merangsang
menghindari tatap
muka untuk menurunkan stress Pada saliance landscpae theory ada hubungannya dengan epilepsi lobus temporal yang tidak terdeteksi, dimana kejadian ini lebih tinggi dibandingkan yang terdeteksi. Epilepsi dapat menyebabkan hantaran impuls acak yang berulang pada sistem limbic sehingga dapat mengganggu koneksi visuacl cortex dan amygdala 60
4. Brain abnormal , dimana terdapat bahan kimia pada otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis yaitu serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yang merupakan neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sehingga anak autis cendrung agresivitas, hiperaktivitas, dan perilaku menyakiti diri sendiri.
informasi sensoris disampaikan ke amygdala, jalan masuk ke sistem regulasi emosi di sistem limbic. Dengan menggunakan pengetahuan yang tersimpan, amygdala akan menentukan bagaimana seorang anak harus memberi respon emosi terhadap setiap stimulus. Pada anak autis, mungkin ada gangguan komunikasi antara area sensory dan amygdala, menghasilkan respon emosional yang ekstrem
8. Tatalaksana
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan gejala perilaku dan membantu perkembangan fungsi yang terlambat. Latihan di ruang kelas yang terstruktur dalam kombinasi dengan metode perilaku adalah metode terapi paling efektif untuk banyak anak autism
dan
lebih
unggul
dibandingkan
tipe
pendekatan
perilaku
lainnya.
Psikofarmakoterapi adalah tambahan yang berguna bagi program terapi menyeluruh , pemberian haloperidol menurunkan gejala pelaku dan kemampuan belajar,obat menurunkan hiperaktivitas , stereotipik, menarik diri , kegelisahan, hubungan objek abnormal,iritabilitas dan efek yang labil. Fenfluramine (pondimine) yang menurunkan kadar serotonin darah . naltroxone (trexane) menghambat opioid endogen akan menurunkan gejala autistic. Lithium (Eskalith) dapat dicoba untuk perilaku agresif . Sumber : Kaplan – Sadock .sinopsis psikiatri jilid 1.Binarupa Aksara.Tangerang
9. Pencegahan (preventif dan edukasi) PENCEGAHAN SEJAK KEHAMILAN
Untuk mencegah gangguan perkembangan sejak kehamilan , kita harus melihat dan mengamati penyebab dan faktor resiko terjadinya gangguan perkembangan sejak dalam kehamilan. Untuk mengurangi atau menghindari resiko yang bisa timbul dalam kehamilan tersebut dapat melalui beberapa cara:
61
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang sejak dalam kehamilan tersebut diantaranya adalah :
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan secara rutin dan berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan petunjuk dokter dengan baik.
Peradarahan selama kehamilan segera periksa ke dokter kandungan anda. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena kelainan plasenta. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin.
Perdarahan pada awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism dan gangguan bahasa lainnya.
Berhati-hatilah minum obat selama kehamilan, bila perlu harus konsultasi ke dokter terlebih dahulu. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan terutama trimester pertama. Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat Thaliodomide pada awal kehamilan dapat mengganggu pembentukan sistem susunan saraf pusat yang mengakibatkan autism dan gangguan perkembangan lainnya termasuk gangguan berbicara.
Bila bayi beresiko alergi sebaiknya ibu mulai menghindari paparan alergi berupa asap rokok,
debu
atau
makanan
penyebab
alergi
sejak
usia
di
atas
3
bulan.
Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi atau toksik lainnya selama kehamilan.
Jaga
higiene,
sanitasi
dan
kebersihan
diri
dan
lingkungan
kita.
Konsumsilah makanan yang bergizi baik dan dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran dokter secara teratur.
Beristirahatlah yang cukup, hindari keadaan stres dan depresi serta selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.
PENCEGAHAN SAAT PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling 62
berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan
dan
perilaku
anak
nantinya
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya perkembangan dan perilaku pada anak, sehingga harus diperhatikan : Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan tentang rencana persalinan. Dapatkan informasi secara jelas dan lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama persalinan.Bila terdapat resiko dalam persalinan harus diantisipasi kalau terjadi sesuatu. Baik dalam hal bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau sarana perawatan NICU (Neonatologi Intensive Care Unit) bila dibutuhkan.Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti : pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia pada bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi saat lahir tidak normal, berat lahir rendah ( < 2500 gram) maka sebaiknya dilakukan pemantauan perkembangan secara cermat sejak usia dini.
PENCEGAHAN SEJAK DINI
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahannya. Bila perlu dilakukan terapi dan intervensi secara dini bila sudah mulai dicurigai terdapat gejala atau tanda gangguan perkembangan. Adapun beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir. Gangguan teresebut meliputi : sering muntah, tidak buang besar setiap hari, buang air besar sering (di atas usia 2 minggu lebih 3 kali perhari), buang air besar sulit (mengejan), sering kembung, rewel malam hari (kolik), hiccup (cegukan) berlebihan, sering buang angin. Bila terdapat keluhan tersebut maka penyebabnya yang paling sering adalah alergi makanan dan intoleransi makanan. Jalan terbaik mengatasi ganggguan tersebut bukan dengan obat te tapi dengan mencari dan menghindari makanan penyebab keluhan tersebut. Gangguan saluran cerna yang berkepanjangan akan dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
63
Bila terdapat kesulitan kenaikkan berat badan, harus diwaspadai. Pemberian vitamin nafsu makan bukan jalan terbaik dalam mengobati penderita, tetapi harus dicari penyebabnya
Bila terdapat kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik, maka harus dilakukan perawatan oleh dokter ahli. Harus diamati tanda dan gejala autism secara cermat sejak dini.
Demikian pula bila terjadi gangguan neurologi atau saraf seperti trauma kepala, kejang (bukan kejang demam sederhana) atau gangguan kelemahan otot maka kita harus lebih cermat mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Pada bayi prematur, bayi dengan riwayat kuning tinggi (hiperbilirubinemi), infeksi berat saat usia bayi (sepsis dll) atau pemberian antibiotika tertentu saat bayi harus dilakukan monitoring
tumbuh
kembangnya
secara
rutin
dan
cermat
terutama
gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak.
Bila didapatkan penyimpangan gangguan perkembangan khususnya yang mengarah pada gangguan perkembangan dan perilaku maka sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada ahlinya untuk menegakkan diagnosis dan intervensi sejak dini.
Pada bayi dengan gangguan pencernaan yang disertai gejala alergi atau terdapat riwayat alergi pada orang tua, sebaiknya menunda pemberian makanan yang beresiko alergi hingga usia diatas 2 atau 3 tahun. Makanan yang harus ditunda adalah telor, ikan laut, kacang tanah, buah-buahan tertentu, keju dan sebagainya.
Bayi yang mengalami gangguan pencernaan sebaiknya juga harus menghindari monosodium glutamat (MSG), amines, tartarzine (zat warna makanan),
Bila gangguan pencernaan dicurigai sebagai Celiac Disease atau Intoleransi Casein dan Gluten maka diet harus bebas casein dan Gluten,
Ciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, hindari rasa permusuhan, pertentangan, emosi dan kekerasan.
Bila terdapat faktor resiko tersebut pada periode kehamilan atau persalinan maka kita harus lebih waspada. Menurut beberapa penelitian resiko tersebut akan semakin besar kemungkinan terjadi autism. Selanjutnya kita harus mengamati secara cermat tanda dan gejala autism sejak usia 0 bulan. Bila didapatkan gejala autism pada usia dini, kalau perlu dilakukan intervensi sejak dini dalam hal pencegahan dan pengobatan. Lebih dini kita melakukan intervensi kejadian autism dapat kita cegah atau paling tidak kita minimalkan keluhan yang akan timbul. Bila resiko itu sudah tampak pada usia bayi maka kondisi tersebut harus kita minimalkan bahkan kalau perlu kita hilangkan. Misal kegagalan 64
kenaikkan berat badan harus betul-betul dicari penyebabnya, pemberian vitamin bukan jalan terbaik untuk mencari penyebab kelainan tersebut. Demikan pula gangguan alergi makanan dan gangguan pencernaan pada bayi, harus segera dicari penyebabnya. Yang paling sering adalah karena alergi makanan atau intoleransi makan, penyebabnya jenis makanan tertentu termasuk susu bayi. Pemberian obat-obat bukanlah cara terbaik untuk mencari penyebab gangguan alergi atau gangguan pencernaan tersebut. Yang paling ideal adalah kita harus menghindari makanan penyebab gangguan tersebut tanpa bantuan obatobatan. Obat-obatan dapat diberikan sementara bila keluhan yang terjadi cukup berat, bukan untuk selamanya. Sumber : Pediatrician Dokter Anak Indonesia. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Autism pada Anak. [online]. (http://cildrenclinc.wordpress.com/, diakses 20 Oktober 2014)
10. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering dilaporkan berhubungan dengan autisme adalah pendarahan trisemester pertama dan gawat janin disertai aspirasi mikonium saat mendekati kelahiran. Kasus autisme ditemukan pada masalah-masalah pranatal, seperti: premature, postmature, pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, umur ibu lebih dari 35 tahun, serta banyak dialami anak-anak dengan riwayat persalinan yang tidak spontan serta “repiratory distress syndrome”.
Sumber : American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). 1994. Washington DC: Author
11. Prognosis
Autisme merupakan kondisi ketidakmampuan yang berat. Tetapi ada laporan bahwa anak-anak mengalami kemajuan dalam kemampuan penguasaan bahasa dan komunikasi dengan orang lain. Beberapa anak pada akhirnya dapat mencapai kemandirian, tetapi sebagian besar anak memerlukan pengawasan seumur hidup. Perburukan gejala pskiatrik terjadi pada sekitar setengah anak pada masa remaja, dengan perbandingan anak perempuan memiliki kecenderungan perburukan terus-menerus. Pengenalan perilaku sehubungan dengan gejala autisme sejak dini sangat kritis agar dapat 65
menerapkan intervensi dan keterlibatan keluarga yang tepat. Prognosis paling baik terdapat pada anak-anak yang telah memiliki perkembangan bicara komunikatif pada usia 6 tahun dan IQ diatas 50 pada saat diagnosa ditegakkan. Sumber : Wong , L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Vol . 1. Edisi 6 Prognosis untuk penderita autism tidak selalu buruk. Hasil penelitian menyatakan bahwa duapertiga anak autisme mempunyai prognosis yang buruk bagi yang tidak dapat mandiri, seperempat mempunyai prognosis yang sedang dimana t erdapat kemajuan di bidang sosial dan pendidikan meskipun ada masalah perilaku, sedangkan sepersepuluh mempunyai prognosis yang baik, mempunyai kehidupan sosial yang normalatau hampir normal dan berfungsi dengan baik di sekolah ataupun di tempat kerja. Sumber : Budiman, M. Tatalaksana Terpadu pada Autisme. Dalam Simposium Tatalaksana Autism oleh Yayasan Autisme Indonesia. Jakarta. 1997.
12. KDU
KDU 2
66