1
KEPERAWATAN KOMUNITAS II TUMBUH KEMBANG LANSIA
OLEH: KELOMPOK 2 NAMA
NIM
EMERLINDA O.A.SOSA
2015610034 20156100 34
DELSIANA DANGGA
2015610027 20156100 27
ALOVISIA KANDI
2015610007 20156100 07
DELSIANA W. LENDE
2015610028 20156100 28
DENPIANA N.R.K.LOLO
2015610029 20156100 29
EVANIA RAMBU T. WADANG
2015610036 20156100 36
CHRISTINE YUNIKE ANGGRAINI
2015610024 20156100 24
TIMOTIUS NONO LEDI
2015610111 20156101 11
ATRIA TRIANA SUSANTI BILI
2015610019 20156100 19
LEONARDA FROULA LEFTEUW
2015610127 20156101 27
EKRON BALI ATE
2015610032 20156100 32
BEWA DANGU WOLE
2014610037 20146100 37
YULIUS UMBU ZASA
2014610163 20146101 63
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI MALANG 2018
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG....................................................................................................3 B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3 C. TUJUAN........................................................................................................................3 BAB 2 PEMBAHASAN
i.
Perubahan yang terjadi pada lansia.............................................................................4
ii.
Faktor yang mempengaruhi konsep diri lansia...........................................................7
iii.
Kognitif yang berpengaruh dan fungsi kognitif.........................................................8
iv.
Tugas dan perkembangan pada lansia.........................................................................8
v.
Perkembangan psikis pada lansia...............................................................................9
vi.
Tugas dan Perkembangan pada lansia........................................................................10
BAB 3 PENUTUP A. KESIMPULAN..........................................................................................................11 B. SARAN......................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia . (David Wechsler dalam Desmita , 2008) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana perkembangan lansia ? 2. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia ?
Perubahan Psikologi
3. Apa saja masalah yang dihadapi oleh lansia?
Tugas perkembangan lansia
4. Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi lansia?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia 2. Untuk mengetahui ciri – ciri lansia 3. Untuk mengetahui Tugas dan perkembangan lansia 4. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisiologis secara umum Menurut David Wechsler dalam Desmita (2008) Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (LBM = jaringan aktif tubuh) yang sudah dimulai sejak usia 40 tahun disertai dengan menurunnya metabolisme basal sebesar 2% setiap tahunnya yang disertai dengan perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia. Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi ketika memasuki usia lanjut adalah :
Perubahan
pada
panca
indera
terutama
rasa.
Sekresi saliva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan terpengaruh.Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera penciuman,penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
Esofagus Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman.
Lambung Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan zat gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas umur 60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi menjadi berkurang. Terjadi overgrowth bakteri sehingga terjadi penurunan faktor intrinsik yang juga membatasi absorbsi vitamin B12, Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pankreas, fungsi asam empedu menurun menghambat pencernaan lemak dan protein, terjadi juga malabsorbsi lemak dan diare.
Tulang Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia. Kehilangan massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita dimulai pada usia 35 tahun yaitu usia dimana
5
massa tulang puncak tercapai. Dampaknya tulang akan mudah rapuh (keropos) dan patah, mengalami cedera, trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.
Otot Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass ( otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena terjadi atrofi.
Ginjal Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 – 80 tahun. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan metabolisme melambat.Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri.
Jantung dan Pembuluh darah Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Pada lansia jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel) meningkat sehingga efisien fungsi pompa jantung berkurang. Pembuluh darah besar terutama aorta menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan ini, selain mengurangi aliran darah dan meningkatkan kerja ventrikel kiri,juga mengakibatkan ketidakefisienan baroreseptor (tertanam pada dinding aorta, arteri pulmonalis, sinus karotikus). Kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah berkurang.
Paru-paru Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang,kekuatan kontraksi otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun pada lansia. Perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.
Kelenjar endokrin Terjadi perubahan dalam kecepatan dan j umlah sekresi,respon terhadap stimulasi serta struktur kelenjar endokrin. Pada usia diatas 60 tahun terjadi penurunan sekresi testosteron,estrogen,dan progesteron.
Kulit dan rambut Kulit berubah menjadi tipis,kering,keriput dan tidak elastis lagi. Rambut rontok dan berwarna putih,kering dan tidak mengkilat.
imunologik Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan. Ada kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.
6
2. Perubahan fisiologis secara khusus a.
Termoregulasi (respon terhadap panas dan dingin ) Pada suhu dingin, tubuh menginisiasi mekanisme fisiologis untuk menghilangkan panas tubuh dan meningkatkan suhu tubuh. Mekanisme fisiologis tersebut meliputi menggigil, kontraksi otot, peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi peripheral, dilatasi pembuluh darah di otot dan pelepasan hormon tiroksin dan kortikosteroid oleh kelenjar pituitary.
Namun, perubahan terkait usia yang dialami oleh lansia menggangu
mekanisme fisiologis yang seharusnya terjadi. Perubahan tersebut antara lain penurunan curah jantung, penurunan masa otot, gangguan sirkulasi perifer, penurunan jaringan subkutan, dan gangguan mekanisme menggigil. Pada suhu panas, tubuh mengeluarkan keringat untuk evaporasi dan dilatasi pembuluh darah perifer untuk memfasilitasi radiasi. Dewasa memiliki kemampuan untuk aklimatisasi yaitu peningkatan secara bertahap efisiensi metabolik untuk beradaptasi pada suhu yang lebih tinggi. Namun pada lansia, kemampuan untuk aklimatisasi terganggu disebabkan karena perubahan yang terkait usia yang berdampak pada fungsi berkeringat dan fungsi kardiovaskuler. Perubahan terkait usia yang terjadi pada kardiovaskular menghambat kemampuan untuk aklimatisasi yang disebabkan karena curah jantung harus cukup untuk memproduksi vasodilatasi perifer untuk disipasi panas. Seseorang dapat dikatakan mengalami demam jika terdapat peningkatan suhu tubuh secara persisten 1,1 C diatas nilai basal, suhu oral 37,2 C atau lebih dan berulang pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya, dan suhu rektal sebesar 37,5 C. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh sesorang meliputi penurunan produksi panas (inaktivitas, malnutrisi), peningkatan kehilangan panas (vasodilatasi), dan gangguan proses normal termoregulasi yang menyebabkan seseorang mengalami hipotermi. Sedangkan risiko yang
meningkatkan
terjadinya
hipertermia
meliputi
gangguan
fisiologis
yang
menyebabkan peningkatan produksi panas internal tubuh (hipertiroid dan KAD), gangguan dalam merespon heat stress (gangguan kardiovaskular dan keseimbangan cairan), medikasi dan konsumsi alkohol. Selain mekanisme fisiologis, terdapat faktor lain yang mempengaruhi suhu tubuh seseorang meliputi pengaruh lingkungan dan ekonomi, kurang pengetahuan, gangguan respon terhadap panas dan gangguan respon terhadap dingin, proses penyakit, gangguan persepsi terhadap suhu lingkungan. (Widyastuti, 2000) 3. Masalah Seksualitas dan Sistem Reproduksi Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan intim. (Widyastuti, 2000). a.
Pada wanita, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh besar terhadap sisi kewanitaannya seperti :
Penurunan sekresi estrogen setelah menopause
7
Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan buah dada
Cerviks yang menyusut ukurannya
Dinding alat vital atropi ukurannya memendek
Berkurangnya pelumas alat vital
Matinya steroid hubungan intim secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks
Perubahan ageing meliputi penipisan bulu alat vital, penyusutan bibir kalat vital, penipisan
selaput
lendir
alat
vital
dan
kelemahan
otot
perineal
Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional, dimana beberapa komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen lain nya malah menurun, lansia akan semakin arif, tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan kecepatan memproses informasi, misalnya lansia baru mempelajari komputer. b. Beberapa perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah : 1. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga
akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan
ini
akan
menurunkan
proses
spermatogenesis,
dengan
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum 2. Kelenjar prostat biasanya membesar, di mana hipertrofi prostate jinak
terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Dan hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi. Namun hal ini dibahas lebih lanjut dalam pembahasan sistem traktus urinarius. 3. Respon seksual terutama fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi
yang sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan
stimulasi
alat
kelamin
secara
langsung
untuk
untuk
menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi. 4. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta
8
jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur. 5. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada
umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja. 6. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. Hal ini
tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu. (Delaune & Ladner, 2002)
B. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Lansia
1. Citra Tubuh Citra tubuh adalah pandangan individu terhadap tubuhnya baik dalam hal bentuk, ukuran, fungsi, dan potensi yang dimiliki (Stuart & Laraia, 2001). Citra tubuh juga dipengaruhi oleh persepsi orang lain terhadap tubuh individu. Seiring dengan pertambahan usia dan proses penuaan, lansia mengalami perubahan bentuk tubuh, penurunan fungsi tubuh, dan adanya penyakit yang diderita. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri pada lansia. Pada lansia, terjadi perubahan biologis seperti kulit tipis, keriput, kering, adanya uban, gigi keropos, penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah merasa lelah dan lamban, terjadinya osteoporosis akibat penurunan kadar kalsium, kifosis,
atrofi otot,
menopouse, dan perburukan penyakit akibat gaya hidup seperti jantung, diabetes, dan hipertensi. Selain itu, terjadi pula perubahan kemampuan kognitif seperti mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik, kesulitan menerima hal baru, disorientasi umum, tempat, dan waktu terutama pada lansia yang memiliki penyakit dimensia dan alzheimer. Namun, umumnya lansia akan melakukan penyesuaian agar dapat siap menerima masa usia lanjutnya tetapi terkadang proses penyesuaian cenderung negatif sehingga hal tersebut menjadi hal yang menjadi ancaman terhadap citra tubuhnya
9
sehingga mereka mengalami penurunan kepercayaan diri dan menuju pada harga diri rendah yang berhubungan dengan gangguan konsep dirinya. (Delaune & Ladner, 2002) 2. Harga Diri Harga diri adalah penilian individu terhadap pencapaian diri dengan menganalisa seberapa berharga dirinya berdasarkan perilaku dan ideal diri yang dimiliki (Stuart & Laraia, 2001). Harga diri bersifat positif apabila seseorang merasa mampu, berguna, dan kompeten. Harga diri yang negatif apabila seseorang memiliki penilaian negatif terhadap dirinya seperti tidak mampu, gagal, dan tidak ada kepercayaan diri (Rosenberg 1965; Potter dan Perry, 2010). 3.
Ideal Diri Ideal diri merupakan persepsi seseorang tentang bagaimana ia berperilaku berdasarkan standar, nilai dan norma, serta tujuan yang ingin dicapai (Stuart & Laraia, 2001). Ideal diri sangat berkaitan dengan harga diri. Lansia yang memiliki konsep diri yang mendekati ideal dirinya akan memiliki harga diri yang tinggi dan sebaliknya. Ideal diri yang dimiliki saat lansia berbeda dengan saat dewasa. Lansia mulai mengerti bahwa potensi yang dimilikinya sudah terbatas akibat penuaan, kemunduran fisik maupun psikologis sehingga tidak banyak tujuan dan keinginan yang tinggi.
4.
Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran atas keunikan diri berdasarkan penilaian dan observasi diri (Potter dan Perry, 2010). Pada lansia, identitas diri dipengaruhi oleh faktor nilai dan budaya. Melalui hubungan sosial, keluarga, dan pengalaman budaya lansia dapat mengenal identitasnya dengan berbagi pengalaman dengan teman sekelompoknya. Namun terkadang, gangguan persepsi sensori akibat penyakit seperti dimensia dapat mempengaruhi identitas diri seseorang dimana lansia dimensia terkadang lupa dan sulit untuk mengingat sesuatu bahkan tentang dirinya dan lingkungannya, mengalami gangguan penilaian, perubahan kepribadian, gangguan persepsi, dan komunikasi sehingga dapat mempengaruhi konsep dirinya.
5. Penampilan Peran Penampilan peran adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi individu dalam lingkungan sosial (Craven & Hirnle, 2000). Seiring dengan perjalanan usia terjadi perubahan peran yang dialami seorang lansia atau adanya transisi peran. Contohnya, lansia akan menarik diri dari peran sebelumnya dan berganti ke aktivitas yang lebih introspektif dan fokus pada diri. Misalnya peran sebagai pekerja menjadi pensiun, berkurangnya peran dalam keluarga saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan memulai kehidupan yang baru bersama keluarga yang baru,
10
kehilangan peran sebagai duda/janda karena ditinggal wafat oleh pasangan hidup. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi yang baik terhadap transisi peran yang terjadi agar tidak mengganggu konsep diri dan menimbulkan masalah psikososial.
C. Kognitif yang berpengaruh pada lansia
Kecerdasan dan Kemampuan Memproses Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang
mampu
mengeluarkan
kembali
informasi
yang
telah
disimpan
dalam
ingatannya.Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan
perngaruhnya
substansial.Misalnya,
pada
terhadap
suatu
kehidupan
eksperimen
yang
kita
dalam
mempelajari
beberapa
waktu
reaksi
segi dan
keterampilan mengetik dari juru ketik pada semua usia (salthouse, 1984). Juru ketik tua biasanya memiliki reaksi-reaksi yang lambat, namun mereka sebenarnya mengetik sama cepatnya dengan juru ketika yang masih muda.
D. Perkembangan Psikis Pada Lansia
1. Perkembangan Intelektual Menurut (David Wechsler dalam Desmita 2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan. 2. Perkembangan Emosional Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
11
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang
disertai
dengan
kemampuan
mengembangkan
mekanisme
psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
E. TUGAS DAN PERKEMBANGAN PADA LANSIA
Tugas perkembangan lansia merupakan tugas perkembangan akhir dilihat dari rentang kehidupan. Orang tua (Lansia) diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima kematian dengan tenteram. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda. (Delaune & Ladner, 2002) Tugas-tugas pekembangan lansia adalah: 1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun 2. Mempersiapan diri untuk pension 3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya 4. Mempersiapkan kehidupan baru 5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarkt secara santai 6. Mempersiapkan kematian
12
Menurut (Robert Peck, 2008) tahap akhir dari perkembangan Erickson yaitu integritas versus keputusasaan dapat digambarkan dengan tiga tugas-tugas perkembangan atau isu-isu yang dihadapi pria dan wanita saat mereka tua, yaitu: Diferensiasi versus kesibukan dengan peran ( Differentiation versus preoccupation)
Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu dewasa lanjut harus mendefinisikan nilai diri dalam istilah yang berbeda dari peran-peran kerja. Peck percaya individu dewasa lanjut perlu mengejar serangkaian aktivitas yang bernilai sehingga dapat mengisi waktu yang sebelumnya diisi dengan pekerjaan dan mengasuh anak.
Kekuatiran pada tubuh versus kesibukan pada tubuh ( Body transcendence versus body preoccupation) Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu dewasa lanjut harus mengatasi
penurunan kesehatan fisik. Seiring dengan proses menua, individu dewasa lanjut mungkin menderita penyakit kronis dan tentu saja penurunan kapasitas fisik. Bagi pria dan wanita yang identitasnya berkisar di sekitar kesehatan fisik, penurunan kesehatan dan kerusakan kapasitas fisik akan menghadirkan beberapa ancaman bagi identitas diri dan perasaan akan kepuasan hidup. Namun, beberapa individu lansia menikmati hidup melalui hubungan-hubungan antar manusia yang memberi kesempatan untuk keluar dari kesibukan dengan tubuhnya.
Melampaui ego versus kesibukan dengan ego ( Ego transcendence versus ego preoccupation) Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu lanjut usia harus menyadari bahwa
saat kematian tidak dapat dihindari dan mungkin waktunya tidak terlalu lama, merasa tentram dengan dirinya dengan menyadari individu lansia telah memberikan sumbangan untuk masa depan melalui pengasuhan yang kompeten terhadap anak-anak atau melalui pekerjaan dan ide-ide yang dimiliki oleh lansia.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan isi makalah mengenai perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. 2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas,diantaranya usia lanjut merupakan
periode
kemunduran, orang
lanjut
usia
memiliki
status
kelompok
minoritas, menua membutuhkan perubahan peran,dan penyesuaian yang buruk pada lansia 3. Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. 4. Pada
lansia
terjadi
banyak
perubahan,
diantaranya
perkembangan
jasmani/fisik,
perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia. 5. Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat. 6. Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa – masa ini.
B. SARAN Setelah membuat makalah ini,kami menjadi tahu tentang perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
14
DAFTAR PUSTAKA
Craven, R. F & Hirnle, C.J. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and Function. 3rd Ed. Philadelphia : Lipincott Delaune, S.C & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing: Standard & Practice. 2nd Ed. USA : Delmar Thomson Learning Potter and Perry. (2010). Fundamental of Nursing . 7th Ed. Elsevier : Singapore Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing . 8th Ed. St.Louies, Missouri : Elsevier Mosby Adimoelja, Arif. 2003 Organo-physical and Psychogenic Influences in Male Sexual Dysfunction. Buku kumpulan Makalah Kongres Nasinal Gerontologi “ Paradoxical Toward Active-Ageing” Jakarta : Perhimpunan Gerontologi Aldridge,
Susan.
Sexual
functioning
among
middle-aged
men.
from
http://www.healthandage.com Davidson, Julian.M. 1990. Sexuality and Ageing on Principle Of Geriatric Medicine and Gerontology. USA Elmer, Eddy M. Sexual dysfunction and aging: Multidimensional perspectives from http://www.eddyelmer.com Gendel, Evalyn. Sex on Lange Clinical Manual of Geriatrics Hazzard, William R. 1990. Principle Of Geriatric Medicine and Gerontology. USA : Mc. Grow-Hill.Inc Kakialatu, Frits A. 200
Gender dan Aktivitas Seksual Pada Usia Pertengahan. Buku
kumpulan Makalah Kongres Nasinal Gerontologi “ Paradoxical Toward ActiveAgeing” Jakarta : Perhinpunan Gerontologi Martono, H.Hadi. Aspek Seksualitas Pada Golongan Usia Lanjut. Buku Ajar Geriatri. FK UI. Jakarta Ontowirjo. 2003 Gangguan Fungsi Seksual Pada Wanita. Buku kumpulan Makalah Kongres Nasinal Gerontologi “ Paradoxical Toward Active-Ageing” Jakarta : Perhimpunan Gerontologi
15
Setiabudhi, Tony dkk. 1995. Menuju Lanjut Usia Sejahtera. Jakarta : Forum Komunikasi Lansia. Sherwood, Lauralle. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC. Wiknjosastro,Hanifa dkk. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Carlson, D., and Pfadt, E. (2009). Clinical Coach for Effective Nursing Care for Older Adults. USA: F.A. Davis Company. Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th Ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin. Stanley, Mickey. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, edisi 2. (Nety juniarti, Penerjemah). Jakarta: EGC.