LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) PADA Tn. M DENGAN CHF DI RUANG IGD RS ROEMANI MUHAMMADIYAH Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Gawat Darurat Dosen Pembimbing : Ns. Ahmad Pujianto, S.Kep, M.Kep
Oleh : ESTHI DARMASTUTI 22020114210102
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP 2015
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN Inisial pasien
: Tn. M
Usia
: 60 Th
Diagnosa medis
: CHF
Tanggal masuk
: 6 Maret 2015
1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran a. Ds: b. Do: - Nadi karotis tidak teraba - Nafas tidak ada - Klien mengalami penurunan kesadaran - GCS 3 (E1V1M1) - Akral dingin - Kulit pucat c. Dx: Penurunan curah jantung berhubungan dengan henti jantug (00029) d. Dasar pemikiran Henti jantung merupakan pghentian tiba – tiba aktivitas pompa jantung yang mengakibatkan penghentian sirkulasi. Pengenalan terhadap henti jantung bergantung pada ditemukannya tanda – tanda tidak adanya sirkulasai seperti henti jantung-paru (HJP) ditandai dengan dispnea, kulit pucar, pupil lebar dan tidak reaktif, nadi karotis tidak teraba. Jika nadi karotis tidak teraba, segera lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) tanpa mencari sebab henti sirkulasi jantung tersebut. Apabila henti sirkulasi atau henti jantung mendadak terjadi, dapat timbul beberapa gejala, seperti : tidak teraba nadi, penurunan kesadaran 10 – 20 detik, dispnea 15 – 20 detik, dan dilatasi pupil. 2. Tindakan keperawatan yang dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) a. Langkah-langkah yang harus diambil pada sebelum memulai RJP : 1) Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) 2) Panggil bantuan bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum memanggil bantuan
3) Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan telungkup penderita di balikkan. 4) Periksa pernafasan dengan inspeksi,
palpasi
dan
aiskultasi.
Pemeriksaan ini paling lama 3-5 detik. Bila penderita bernafas penderita tidak memerlukan RJP 5) Berikan pernafasan buatan 2 kali. Bila pernafasan buatan pertama tidak berhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau mulut lebih dibuka. Bila pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena resistensi/tahanan yang kuat), maka airway harus dibersihkan dari obstruksi (heimlich manouvre, finger sweep) 6) Periksa pulsasi nadi karotis (5-10 detik). Bila ada pulsasi, dan penderita bernafas, dapat berhenti. Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafas diteruskan nafas buatan. Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP. b. Teknik Resusitasi Jantung Paru (Cardiopulmonary Resusitation) dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang, yaitu: 1) Posisi penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras. 2) Posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukan RJP 1 orang, bila penderita dilantai, petugas berlutut seinggi bahu, disisi kanan penderita. 3) Tempat kompresi 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengah sternum. Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada penderita. 4) Kompresi dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu, bukan pada siku. Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. Cara lain untuk memeriksa pulsasi nadi karotis yang seharusnya ada pada setiap kompresi. 5) Perbandingan Kompresi-Ventilasi. Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 15 : 2 anak, maupun bayi, perbandingan kompresi-ventilasi adalah 5:1, ini akan menghasilkan kurang lebih 12 kali ventilasi setiap menitnya, pada dewasa dalam satu menit dilakukan 5 siklus. 6) Memeriksa pulsasi dan pernafasan. 3. Prinsip-prinsip tindakan a. Tanda-tanda keberhasilan tehnik RJP Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulit yang tadinya berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis
sudah timbul teratur, maka kompresi dapat di hentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan. b. Menghentikan RJP. Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda. RJP harus dihentikan tergantung pada : 1) lamanya kematian klinis 2) prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung) 3) penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1 jam) sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepada dokter. 4. Analisa tindakan keperawatan Tindakan RJP yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. APD pun sudah dikenakan oleh tim medis. Pasien sudah diposisikan pada tempat tidur dengan alas yang datar dank eras. RJP dilakukan di sisi kanan Klien, tim medis yang melakukan RJP naik ke tangga bed dengan tujuan kompresi lebih kuat. Selama tindakan RJP, tim medis lain ada yang memasukkan obat adrenalin untuk memicu detak jantung, setelah dilakukan RJP selama 5 siklus, kemudian di cek kembali nadi karotis, jika tidak teraba lakukan RJP lagi. 5. Bahaya yang mungkin muncul a. Patah tulang iga b. Perdarahan pada perut 6. Hasil yang didapat dan maknanya S: O: - Nadi karotis tak teraba - Nafas (-) - Akral dingin - Kulit pucat - GCS 3 A: Klien dinyatakan meninggal 7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas: a. Mandiri 1) Monitor tanda-tanda vital 2) Lakukan DC Shock b. Kolaboratif 1) Pemberian infus dua jalur 2) Beri injeksi adrenalin
8. Evaluasi diri Tindakan sudah sesuai teori. 9. Kepustakaan NANDA. NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC; 2012. Breman A, Snyder S, Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier&Erb. 5th ed. Jakarta: EGC. Nurrachman E. 2009. Pengantar asuhan keperawatan Klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. 118 P dan PYAGD. 2011. BT&CLS: Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac Life Support. 5th ed. Jakarta: Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118.