MAKALAH ASUHAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH (AUS) DENGAN MODEL CSHM
Kelas BSemester 6
DESI ARISTA
(201501052)
RIZKA FARADILLAH
(201501066)
DHIKA HARIYA A.
(201501054)
YUSUF FADIL
(201501069)
EVA LUSIANA
(201501055)
FIRZA DWIKI H.
UUNG CAHYA SOLEH H.
(201501057)
RAHMANDA P.
NIKHO EVI NOVALYNA
(201501061)
ERLITA MEYYSI P.
SUNDARI WULANGSARI
(201501063)
DWI EKO P.
INDAH KHOFIFATUL ABIDAH ABIDAH (201501064) DARA NUR INDAH
RENI ARINTA
(201501065)
PROGRAM SI KEPERAWATAN KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2017-2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................... ................................................................ ............................................ ........................................... .....................i DAFTAR ISI.............................................................. ..................................................................................... ............................................. ................................... .............ii KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ............................................ ....................................... .................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ............................................ .................................................................. ............................................ ....................................... .................1
1.2
Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................ ............................................ ................................ ..........2 1.2.1
Tujuan Umum ............................................ .................................................................. ............................................ ............................ ......2
1.2.2
Tujuan Khusus ........................................... ................................................................. ............................................ ............................ ...... 3
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Konsep UKS ........................................... ................................................................. ............................................ ........................................... .....................4
2.2
Masalah Kesehatan pada Anak Usia Sekolah ......................................... .......................................................... .................14
2.3
Model Keperawatan ........................................... ................................................................. ............................................ ................................ ..........23
BAB III APLIKASI KASUS 3.1
KASUS ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. ............................ .....29 3.1.1
Pengkajian .......................................... ................................................................. ............................................. ................................... .............30
3.1.2
Perumusan Diagnosa Keperawatan ................................................. .............................................................. .............33
3.1.3
Penilaian (Skoring)................................................ ...................................................................... ....................................... .................33
3.1.4
Prioritas Masalah Keperawatan ............................. ................................................... ....................................... .................34
3.1.5
Rencana Asuhan Keperawatan Sekolah (POA) ........................................... ...........................................35
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan ............................................. ................................................................... ............................................ ........................................... .....................42
4.2
Saran ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ ................................ ..........42
DAFTAR PUSTAKA ............................................. ................................................................... ............................................ ....................................... .................43
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah ini. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah KESEHATAN SEKOLAH ( Keslah)
pada prodi S1 keperawatan BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO Ucapan
terima
kasih
kami
sampaikan
kepada
Ibu
Rina
Nur
Hidayati,M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Sekolah.kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun terutama dari pembimbing dan temanteman.
Mojokerto. 13 Mei 2018
Penulis
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah merupakan dua tempat utama yang digunakan oleh seorang anak untuk melakukan aktivitas. Sekolah merupakan tempat anak-anak belajar, berkreasi, bersosialisasi dan bermain. Sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah. Oleh karena itu, konsep pemberian kesehatan di sekolah akan lebih efektif terutama pada sasaran target anak sekolah. Jika ditilik selama ini, peran perawat di sekolah masih sangat minimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah kebijakan pemerintah terhadap pengembangan peran perawat di sekolah juga masih belum ada. Sehingga yang sering berhubungan dengan perawatan kesehatan sekolah adalah petugas dari puskesmas. Lingkungan sekolah yang sehat akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak. Sekolah seharusnya memiliki kepedulian terhadap kesehatan anak didiknya, termasuk memberikan pengertian mengenai kesehatan itu sendiri, sehingga siswa dapat membiasakan dirinya untuk hidup sehat. Mengingat begitu pentingnya arti kesehatan dalam kehidupan serta begitu eratnya lingkungan sekolah dengan kehidupan anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan, maka perlu digalakkan upaya perawatan kesehatan sekolah dengan memaksimalkan peran perawat baik di puskesmas maupun perawat yang terlibat langsung di sekolah tersebut. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah.Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas / masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah. Anak usia sekolah 6 sampai 12 tahun merupakan periode yang paling tepat pembentukan perilaku sehat. Karena pada masa ini anak memasuki masa industri, anak mulai aktif meniru atau mempelajari perilaku terutama perilaku sehat. Sehingga pembentukan perilaku sehat lebih mudah diajarkan pada masa ini, karena perilaku sehat tersebut dapat menetap kelak kemudian hari. Perawat kesehatan sekolah mempunyai peran kunci untuk dapat melakukan pembinaan kesehatan di sekolah. Pembinaan mulai dilakukan pada semua seting sekolah,mjulai dari strata TK, SD, SMP, dan SMA. Topik pembinaan kesehatan 1
disesuaikan strata pendidikan dan usia anak sekolah tersebut. Khusus untuk pembinaan perilaku sehat paling tepat diberikan pada usia sekolah 6 sampai 12 tahun. Dalam kiprahnya di seting sekolah peran perawat kesehatan sekolah dapa berperan sebagai care giver, Advocad, konselor, peneliti, dan berpartisipasi pada masyarakat terpencil. Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Didalam periode ini didapatkan banyak permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas kesehatan anak dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian presentasi pada peserta didik di sekolah. Kesempatan belajar tersebut membutuhkan kondidi fisik prima yaitu tubuh yang sehat, oleh karena itu diperlukan suatu upaya kesehatan untuk anak sekolah agar anak dapat tumbuh menjadi manusia yang berkualitas dibutuhkan pendidikan di sekolah, salah satunya melalui UKS. Oleh karena itu kami tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai peran UKS dalam anak yang sehat. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada kelompok khusus (anak usia sekolah) tidak terlepas dari proses keperawatan yang merupakan pendekatan dalam pembuatan asuhan keperawatan dengan langkah – langkah yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor t erutama Sumber Daya Manusia (SDM), petugas kesehatan yang akan berperan sebagai pemikir, perencanaan, penggerak, serta pengawas pembangunan kesehatan itu sendiri terutama pemberian asuhan keperawatan.
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan komunitas pada kelompok AUS dengan model CSHM sesuai dengan standart profesi sehingga hasil yang diharapkan efisien dan optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada kelompok khusus.
2
1.2.2. Tujuan Khusus
Agar Mahasiswa mampu : a. Melakukan pengkajian pada kelompok khusus anak usia sekolah b. Menetapkan masalah kesehatan pada kelompok khusus anak usia sekolah c. Menentukan Scoring yang tepat pada kasus tersebut d. Membuat perencanaan tindakan keperawatan yang efektif dan efisien yang akan diberikan untuk mengatasi masalah. e.
Melaksanakan rencana tindakan asuhan kerawatan yang telah disusun
f.
Mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak usia sekolah.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP UKS A.
Pengertian
Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka, merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti, 2008) Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, je nis, dan jenjang pendidikan (P. Ananto, 2006)
B. Tiga program UKS/TRIAS
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS (Depkes RI, 2003). Penjelasan mengenai trias UKS adalah sebagai berikut.
1.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang mendatang. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan kesehatan ditekankan pada sikap dan perilaku hidup sehat. Hal ini dengan definisinya, bahwa KBK
merupakan
pernyataan tentang apa yang harus dicapai oleh siswa yang mencakup aspek kognitif, 4
psikomotor, dan afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Untuk itu, kompetensi yang dituntut pada pendidikan kesehatan diharapkan dapat terefleksikan dalam cara berpikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari.
a)
Tujuan Pendidikan Kesehatan
a. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur. b. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat. c. Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. d. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan. e. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari f. Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang. g. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. h. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. i. Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
b) Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai secara optimal,dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan perindividual peserta didik. b. Diupayakan sebanyak-banyaknya dengan melibatkan peran aktif peserta didik. c. Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. d. Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya ahli teknologi. e. Memperhatikan kebutuhan pendidikan pembangunan nasional. 5
f. Mengikuti atau memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan
pendidikan
kesehatan
diberikan
melalui
kegiatan
kurikuler
dan
ekstrakurikuler.pelaksanaa pendidikan melalui kurikuler adalah pelalksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pemgajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuansosial.pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,penanaman nilai,dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan,pertolongan,dan perawatan kesehatan.materi pendidikan kesehatan disekolah dasar yang masuk dalam sains pada KBK adalaah kebersihan dan kesehatan pribadi,makanan bergisi,pendidikan kesehatan reproduksi,dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani. Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik disekolah,madrasah,dan rumah.melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi diharapkan peserta didik dapat meningkatakan derajat kesehatannya menjadi lebih baik.Dalam usaha peningkatan kesehatan,masalah kebiasaan hidup bersih serta kebersihan dan keserasian harus ditanamkan sejak dini,yaitu sejak dari kelas satu sekolah dasar,bahkan sejak ditaman kanak-kanak (pra-sekolah).Upaya pertama dan yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan sehat adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan diri sedndiri,bahkan agama sangat memperhatikan kesehatan pribadi antara lain dengan adanya aturan bersuci,makan,minum,serta adanya pengaturan dispensasi pelaksanaan ibadah bagi orang sakit.Upaya menjaga kesehatan diri sendiri sebenarnya bukanlah hal yang mudah namun bukan pula hal yang terlalu sulit untuk dilaksanakan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan pendidikan kesehatan anrata lain pendekatan individu dan kelompok.pendekatan kelompok terbagi lagi menjadi pendekatan kelompok kelas,bebas dan lingkungan keluarga.sedangkan,metode yang dapat dilakukan oleh guru atau pembina dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah belajar kelompok (penugasan),diskusi,belajar perorangan,pemberian tugas,pemeriksaan langsung,karya
wisata,bermain
peran,ceramah,demonstrasi,tanya
jawab,simulasi,dramatisasi,dan bimbingan (konseling).
6
c) Pendidikan kesehatan sekolah
1. Kegiatan intra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan merupakan bagian dari kurikulum sekolah, dapat berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri seperti mata pelajaran ilmu kesehatan atau disisipkan dalam ilmu-ilmu laen seperti olah raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. 2. Kegiatan ekstra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan yang di masukan dalam kegiatan-kegiatan ekstarakulikuler dalam rangka menanamkan prilaku sehat peserta didik.
K egiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berupa : a.
Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan dengan : 1.
Higien personal yang meliputi pemeliharaan gigi, dan mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
2.
2.
Lomba poster sehat
3.
Perlombaan kebersihan kelas
Pelayanan kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi)yang di lakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umum nya di bawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
Pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah pada dasar nya di lakasanakan dengan kegiatan yang kompherensif, yaiutu kegiatan peningkatan kesehatan (promotif)berupa penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan memberikan pelayanan kesehatan,kemudian kegiatan pencegahan (preventif) berupa kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan kegiatan penghentian penyakit sedini mungkin, serta selanjut nya adalah kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau kecatatan agar dapat berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di sekolah harus lebih di utamakan pada upaya peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit terutama dilaksanakan melalui 7
kegiatan penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau baru masuk sekolah, pemeriksaan berkala seluru siswa,penyuluhan kesehatan dan imunisasi (bulan imunisasi anak sekolah – BIAS,pada setiap bulan november).
a. Tujuan pelayanan kesehatan
i.
Tujuan umum
meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluru warga masyarakat sekolah secara optimal. ii.
tujuan khusus
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk hidup sehat; 2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap pen yakit dan mencegah terjadinya penyakit,kelainan,dan cacat; 3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit atau kelainan, pengambilan fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal; 4. Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial,maupun lingkungan.
b. Tempat melaksanakan pelayanan kesehatan
a.
Di sekolah atau madrasah dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler.
b.
Di puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan (misalnya dokter praktik) yang ada di sekitar sekolah atau madrasah sesuai kebutuhan.
c.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan
Di lakukan melalui serangkaian kegiatan peningkatan status kesehatan(promotif), tindakan pencegahan (preventif), serta penyembuhan dan pemulihan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif).pelaksanaan pelayanan kesehatan di lakukan secara terpadu,baik melalui 8
kegiatan pokok dari puskesmas maupun bersama dengan peran serta para tenaga pendidik, peserta didik, dan orang tua mereka. d. Kegiatan utama pelayanan kesehatan di sekolah dasar
Pelayanan utama di sekolah dasar di utamakan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), serta penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) yang di laksanakan melalui kegiatan berikut.
a. Peningkatan kesehatan (promotif di laksanakan melalui kegiatan intrakurikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan di sekolah. Misalnya kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta cara memeriksa ketajaman penglihatan. b. Tindakan pencegahan (prefentif) dilaksanankan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.misalnya,imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas,pemberantasan sarang nyamuk,pengobatan sederhana oleh dokter kecil,kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan bagi siswa SD kelas satu dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan bagi seluruh siswa. c. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) di lakukan melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi dengan normal lagi. d. Kegiatan dapat berupa pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medis ke puskesmas untuk mengurangi derita sakit, kasus kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa,dan kasus penyakit khusus.
3.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan sekolah,lingkungan keluarga, masyarakat sekitar,dan unsur-unsur penunjang.
a.
Program pembinaan lingkungan sekolah
9
1.
Lingkungan fisik sekolah
o
Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih.
o
Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
o
Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
o
Pemeliharaan kamar mandi,wc,kakus,urinoar.
o
Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas,ruang perpustakaan, ruang laboratorium,dan tempat ibadah. Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah(termasuk
o
penghijauan sekolah). o
Pengadaan danpemeliharaan warung atau kantin sekolah.
o
Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
2.
Lingkungan mental dan sikap
Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat di lakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah,sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah.
b.
Pembinaan lingkungan keluarga
1. pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk:
meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan;
meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat.
2. Pembinaan lingkungan keluarga dapat di lakukan antara lain dengan:
o
Kunjungan rumah yang di laksanankan oleh petugas UKS;
o
Ceramah kesehatan yang dapat diselenggarakan di sekolah bekerja sama dengan dewan sekolah atau di padukan dengan kegiatan di masyarakat dengan koordinasi LKMD.
10
3.
Pembinaan masyarakat sekitar
a. Pembinaan di lakukan dengan cara pendekatan kemasyarakatan,dapat di lakukan oleh kepala sekolah atau madrasah dan pondok pesantren,guru, ataupun pembina UKS.misalnya dengan membina hubungan baik atau kerja sama dengan masyarakat,LKMD atau dewan kelurahan, ketua RT/RW, dan organisasiorganisasi kemasyarakatan lainnya. b. Penyelenggaraan penyuluhan tentang kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat. Untuk itu, masyarakat bisa
di
undang
kesekolah,.pembicara
dapat
di
mintakan
dari
puskesmas,pemerintah daerah setempat, dan narasumber lainnya seperti swadaya masyarakat. c. Penyuluhan masa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak dan audio visual. d. Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah atau madrasah dan pondok pesantren.
4.
Program pembinaan unsur penunjang
Program pembinaan unsur penunjang meliputi pembinaan ketenagaan dan pembinaan sarana serta prasarana yang mendukung usaha kesehatan di sekolah.
C.
Sasaran usaha kesehatan di sekolah
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
i. ii.
Sekolah taman kanak-kanak Pendidikan dasar
iii.
Pendidikan menengah
iv.
Pendidikan agama
v. vi.
Pendidikan kejuruan Pendidikan khusus(sekolah luar biasa)
11
Untuk sekolah dasar, UKS di prioritaskan pada kelas satu,tiga,dan enam karena alasanalasan berikut ini. a.
Kelas satu
Merupakan fase penysuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan mulai lepas dari pengawasan orang tua. Kemungkinan kontak dari berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidak tahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu, kelas satu adalah saat yang baik di berikan imunisasi ulangan. Pada kelas satu ini di lakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya.
b.
Kelas tiga
Di laksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu terdahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan di lakukan dalam program pembinaan UKS.
c.
Kelas enam
Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya,sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.
D. Peran Perawat Kesehatan Sekolah
1.
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah,perawat mempunyai peran:
a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan data,analisa data,serta perumusan dan prioritas masalah; b. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina usaha kesehatan di sekolah(TPUKS); c. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kesehatan yang di susun; d. Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS; e. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan.
12
2.
Sebagai pengelola kegiatan UKS,
perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas, menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga di tunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat puskesmas.bila perawat kesehatan di tunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.
3.
Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,
peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat di lakukan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorangan.
E.
Fungsi Perawat Sekolah
a. Memberikan
pelayanan
serta
meningkatkan
kesehatan
individu
dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah. b. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik dan sosial sekolah. c. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan masyarakat yang lain.
13
2.2 MASALAH KESEHATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH (KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA) A. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Dalam proses tumbuh kembang, masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Proses ini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi organ hormonal serta pengaruh lingkungan. Factor-faktor ini berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja yang didefinisikan sebagai seuatu keadaan kesehatan yang sempurna secara fisik, mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi. Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (ICPD, 1994). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Kesehatan reproduksi menurut Depkes (2004) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Iskandar (1995), menambahkan bahwa kesehatan reproduksi yaitu mencakup kondisi dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak sematamata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultur (BKKBN, 2001 ).
14
B. Halyang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja
Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu pubertas yang mempunyai arti awal masa remaja. Pada masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai adanya kemampuan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut pubertas sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai perubahanmental dan akan mempengaruhi perilakumu. Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena setiap orang memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya perempan mengalami pubertas lebih awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun. Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah.
Adapun
J.J .
Rosseau
membagi
perkembangan
ji wa manusia
menurut
perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu: 1. Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy). 2. Umur 5 – 12 tahun: masa bandel ( savage stage). 3. Umur 12 – 15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran diri ( self consciousness). 4. Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper ) dan merupakan puncak perkembangan emosi. C. Perkembangan Fisik pada Remaja
Pada masa remaja seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Ini nampak pada organ seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan. Ciri sekunder individu dewasa adalah pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot dan rembut sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut yang tumbuh relatif lebih kasar. Suara menjadi lebih besar, dada melebar dan berbentuk segitiga, serta kulit relatif lebih kasar. Dan pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di 15
sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan panggul mulai membesar, dan kulit relatif lebih halus.
Sedangkan organ kelamin juga mengalami perubahan ke arah pematangan yaitu: 1. Pada pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum. Kelenjar prostat menghasilkan cairan semen, dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar dengan sendirinya secara alamiah. 2. Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan uterus (rahim) untuk menerima hasil konsepsi bila ovum dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai penerima penis saat senggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Pada masa menjelang menstruasi pertama (menarch) remaja putri sangatlah sensitif. Mereka juga seringkali mengalami masa prementruasi syndrome (PMS) yang sangat berat. Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium dan jika tidak dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi. D. Perkembangan Psikosial pada Remaja
Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anakanaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku. Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertainya yaitu: 1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani 2. Mencapai hubungan sosial yanglebih matang dengan teman sebaya. 3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma. 4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orang dewasa lain. 5.
Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
16
6.
Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
7.
Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
E. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja a) Hamil yang Tidak Dikehendaki (Unwanted Pregnancy)
Kehamilan yang tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy) merupakan salah satu akibat dari kurangnya pengetahuan remajamengenai perilaku seksual remaja. Faktor lain penyebab semakin banyaknya terjadi kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) yaitu anggapan-anggapan remaja yang keliru seperti kehamilan tidak akan terjadi apabila melakukan hubungan seks baru pertama kali, atau pada hubungan seks yang jarang dilakukan, atau hubungan seks dilakukan oleh perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks dilakukan sebelum atau sesudah menstruasi, atau hubungan seks dilakukan dengan menggunakan teknik coitus interuptus (senggama terputus) (Notoadmodjo, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khisbiyah (1995) terdapat responden yang mengatakan untuk menghindari kehamilan maka hubungan seks dilakukan di antara dua waktu menstruasi. Informasi itu melakukan hubungan seks diantara dua menstruasi ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan bahwa sebenarnya masa anatara dua siklus menstruasi merupakan masa subur bagi seorang wanita (Notoatmodjo, 2007). Kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) membawa remaja pada dua pilihan yaitu melanjutkan kehamilan kemudian melahirkan dalam usia remaja (early childbearing) atau menggugurkan kandungan merupakan pilihan yang harus remaja itu jalani. Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) terus melanjutkan kehamilannya. Menurut Affandi (1995) cit Notoatmodjo (2007) konsekuensi dari keputusan untuk melanjutkan kehamilan adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu. Kematian ibu yang hamil dan melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun lebih besar 3-4 kali dari kematian ibu yang hamil dan melahirkan pada usia 20-35 tahun. Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja 17
dapat mengakibatkan resiko komplikasi pada ibu dan bayi antara lain yaitu terjadi perdarahan pada trimester pertama dan ketiga, anemia, preeklamsia, eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan tindakan operatif obstetri (Sugiharta, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004). b) Aborsi
Aborsi (pengguguran) berbeda dengan keguguran. Aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provokatus). Abortus provocatus yaitu kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneus) (Hawari, 2006). Data yang tersedia dari 1.000.000 aborsi sekitar 60,0% dilakukan oleh wanita yang tidak menikah, termasuk para remaja. Sekitar 70,080,0% merupakan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion). Aborsi tidak aman (unsafe abortion) merupakan salah satu faktor menyebabkan kematian ibu. Menurut Hawari (2006), aborsi yang disengaja (abortus provocatus) ada dua macam yaitu pertama, abortus provocatus medicalis yakni penghentian kehamilan (terminasi) yang disengaja
karena
alasan
medik.
Praktek
ini
dapat
dipertimbangkan,
dapat
dipertanggungjawabkan dan dibenarkan oleh hukum. Kedua, abortus provocatus criminalis, yaitu penghentian kehamilan (terminasi) atau pengguguran yang melanggar kode etik kedokteran, melanggar hukum agama, haram menurut syariat Islam dan melanggar UndangUndang (kriminal). c) Penyakit Menular Seksual (PMS)
Menurut Notoatmodjo (2007), penyakit menular seksual merupakan suatu penyakit yang mengganggu kesehatan reproduksi yang muncul akibat dari prilaku seksual yang tidak aman. Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit anak muda atau remaja, karena remaja atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita penyakit menular seksual (PMS) dibandingkan kelompok umur yang lain. PMS adalah golongan penyakit yang terbesar jumlahnya (Duarsa, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004) Remaja sering kali melakukan hubungan seks yang tidak aman, adanya kebiasaan bergani-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti Sifilis, Gonore, Herpes, Klamidia. Cara melakukan hubungan kelamin pada remaja tidak 18
hanya sebatas pada genital-genital saja bisa juga orogenital menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital (Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya resiko penularan penyakit menular seksual (PMS) pada remaja adalah faktor biologi, faktor psikologis dan perkembangan kognitif, perilaku seksual, faktor legal dan etika dan pelayanan kesehatan khusus remaja. d) HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immunodeficiency Syndrome)
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi virus “HIV” (Tuti Parwati, 1996) cit (Notoatmodjo, 2007). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus RNA tunggal yang menyebabkan AIDS (Limantara, dkk, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004). Menurut Limantara (2004) cit Soetjiningsih (2004) faktor yang beresiko menyebabkan HIV pada remaja adalah perubahan fisiologis, aktifitas sosial, infeksi menular seksual, prilaku penggunaan obat terlarang dan anak jalanan dan remaja yang lari dari rumah. Perubahan fisiologis yang dapat menjadi resiko penyebab infeksi dan perjalanan alamiah HIV meliputi perbedaan perkembangan sistem imun yang berhubungan dengan jumlah limfosit dan makrofag pada stadium pubertas yang berbeda dan perubahan pada sistem reproduksi. Aktifitas seksual tanpa proteksi merupakan resiko perilaku yang paling banyak pada remaja. Hubungan seksual dengan banyak pasangan juga meningkatkan resiko kontak dengan virus HIV. Ada tiga tipe hubungan seksual yang berhubungan dengan transmisi HIV yaitu vaginal, oral, dan anal.
19
F. Jenis-jenis penyakit yang menyerang Reproduksi Remaja
Jenis-jenis penyakit yang menyerang reproduksi remaja antara lain: 1.
Gonorrhea (GO) Penyakit yang disebabkan bakteri Neisseeria gonnorreheae, masa inkubasi atau masa tunasnya 2-10 hari sesudah kuman masuk ke tuuh melalui hubungan seks.
2.
Sifilis (Raja Singa) Penyakit
yang
disebabkan
kuman
treponema
Pallidum.
Masa
inkubasinya atau masa tunasnya 2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. Setelah itu beberapa tahun dapat berlalu tanpa gejala. 3.
Herpes Genitalis Penyakit yang disebabkan virus herpes simplex, dengan masa inkubasi atau masa tunasnya 4-7 hari sesudah masuk ke tubuh melalui hubungan seks.
4.
Trikomoniasis Vaginalis Disebabkan oleh sejenis protozoa Trikomonas Vaginalis. Pada umumnya dikeluarkan melalui hubungan seks.
5.
Charcroid Penyebabnya adalah bakteri Haemophilus ducrey, dan dikeluarkan melalui hubungan seksual.
6.
Klamida Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh Klamida trachomatis.
7.
Kondiloma akuminata Genital Warts (HPV) 20
Penyebabnya adalah virus Human Paipilloma. G.
Penyebab timbulnya penyakit PMS/HIV yang menyerang kesehatan reproduksi remaja
1. Hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, naik melalui vagina, dubur, maupun mulut. 2. Jarum suntik dan alat-alat penusuk (tindik, tattoo, cukur kumis jenggot) yang tercemar HIV. 3. Transfursi darah atau produk darah yang mengandung HIV. 4. Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungan.
H. Cara menanggulangi penyakit PMS/HIV yang penyerang system reproduksi
1. Hindari perbuatan-perbuatan yang beresiko untuk kehidupanmu kelak. 2. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menika. 3. Berani menolak ajakan yang beresiko tertular PMS atau HIV/AIDS. 4. Pilih teman yang berakhlak baik. 5. Bagi remaja yang sudah menikah harus saling setia. Artinya tidak melakukanhubungan seksual dengan orang lain. 6. Gunakannlah masa remajamu untuk hal-hal yang bermanfaat I. Pentingnya kebersihan dan kesehatan pribadi bagi remaja
Kebersihan merupakan hal yang penting dalam pencegahan berbagai pengakit infeksi, menjaga kesegaran dan keindahan tubuh. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting bagi semua orang terlebih pada remaja dengan banyak aktivitas gerak dan olahraga.tubuh cepat berkeringat dan debu menempel pada tubuh sehingga perlu dibersihkan dengan segera. Kemungkinan penyakit infeksi yang timbul antara lain 1.
Infeksi pencernaan
2.
Kulit
3.
Tangan
4.
Kaki 21
5.
Kuku
6.
Alat kelamin
J. Penanganan yang Dilakukan Untuk Mencegah Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Penanganan yang dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi remaja adalah melalui empat pendekatan yaitu institusi keluarga, kelompok sebaya (peer group), institusi sekolah dan tempat kerja. Institusi keluarga disini diharapkan orang tua harus mampu menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan sekaligus memberikan bimbingan sikap dan prilaku kepada remaja. Peer group diharapkan mampu tumbuh menjadi peer educator yang diharapkan dapat membahas dan menangani permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Institusi sekolah dan tempat kerja merupakan jalur yang sangat potensial untuk melatih peer group ini, karena institusi sekolah dan tempat kerja ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pergaulan remaja.
22
2.3 MODEL KEPERAWATAN A. Model Kesehatan Sekolah Komprehensif (Comprehensif School Health Model) (CSH)
Comprehensive
school
health
model (CSH) dikembangkan
oleh
Allensworth dan Kolbe (Stanhope & lancaster, 2004).Allensworth, Wyche, Lawson, Nicholson (1995) mendefinisikan bahwa Comprehensive School Health Model adalah suatu perencanann program yang teintegrasi secara berkesinambungan antara afiliasi sekolah, aktifitas aktivitas sekolah, dan pelayanan kesehatan sekolah dalam upaya meningkatkan kesehatan fisik, mental, sosial, dan pendidikan pelajar.Program ini melibatkan dukungan keluarga dan masyarakat sekolah dengan komponen
yang
program yang
delapan
saling berinteraksi.Komponen komponen tersebut merupakan
berfokus pada pembentukan perilaku pelajar dan staf sekolah
(Gambar 3). B. Pengkajian Asuhan Keperawatan model (Comprehensif School Health Model) (CSH) meliputi beberapa komponen. Sebagai berikut
a.
Pendidikan Kesehatan (H ealth education)
Pendidikan kesehatan menggunakan strategi pembelajaran yang fokus pada perubahan perilaku dalam upaya meningkatkan status kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan di lingkungan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang ilmu kesehatan, menanamkan nilai terhadap
prinsip
hidup
sehat, dapat menerapkan
dan sikap positif
perilaku
hidup
sehat,
menanamkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit sehingga dapat menghindari pengaruh buruk dari luar, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dimasa mendatang.
23
Pendidikan kesehatan terhadap keamanan makanan ditujukan untuk membantu pelajar dalam melaksanakan perilaku makan seimbang, pencegahan penyakit bawaan makanan, dan pencegahan makanan yang mengandung kimia berbahaya.
Pendidikan
kesehatan
menekankankepada
pelajar
untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mempertahankan
pola
makan
yang
sehat
dan
aman.
Konsep
pembelajarankeamanan makanan termasuk pola makan sehat, ukuran porsi makan, tehnik mengatur berat badan yang cocok/ideal, kosep dasar kemanan makan (kebersiahan, pencegahan kontaminan silang, pemasakan, dan penyimpanan), pencegahan kimia berbahaya (pemilihan makanan jajanan berwarna mencolok dan mengandung bahan pengawet (Brainerd, 2004). Pendidikan
kesehatan
paling
efektif apabila diintegrasikan kedalam kurikulum sekolah. Metode yang baik digunakan adalah pembelajaran dengan penugasan (mencari jawaban/pemecahan masalah), kerja kelompok, analisis situasi, peer teaching,membuat tujuan dan komitmen untuk berubah, menentukan peluang untuk meningkatkan manfaat dariperubahan perilaku
sehat.
Selain pelajar, pendidikan kesehatan juga
melibatkan guru, orang tua/angota keluarga, masyarakat, dan penjaja/pedagang makan di lingkungan sekolah (stanhope & lancaster, 2004). Pelibatan orang tua/anggota keluarga pelajar dan masyarakat pada pendidikan kesehatan nutrisi ini sekaligus berperan sebagai pendukung dan reinforcing .
24
b.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan sekolah di fokuskan pada tiga tingkat pencegahan yaituprevensi primer (promosi dan pendidikan kesehatan, pencegahan masalah kesehatan
pada
anak);
sekunder
(skrining
terhadap
berbagai
penyakit,monitoring tumbuh kembang anak, memberi pertolongan pertama pada penyakit atau kecelakaan/cedera); tersier (perawatan lanjutan pada anak yang membutuhkan pelayanan perawatan jangka panjang bersamasama dengan pihak pendidikan
dan
mansyarakat
(Stanhope
&
Lancaster,
2004). Pelayanan
kesehatan yang diberikan di sekolah adalah pelayanan bersifat pencegahan seperti imunisasi dan skrining, pelayanan yang bersifat emergecy(darurat), pengelolaan penyakit akut dan kronik, rujukan, konseling kesehatan, pendidikan tentang
gaya
hidup sehat,
dan
administrasi
pengobatan
yang dibolehkan
(Depkes. RI, 2010). Pelayanan kesehatan terhadap pencegahan dan pengobatan keamanan makan meliputi screening gizi kurang, konseling masalah gizi, pengelolaan dan pemantauan berat badan secara teratur, pengobatan atau rujukan berkaitan dengan penyakit akut akibat bawaan makanan dan keracunan seperti diare, sakit perut, demam, dan keracunan makan seperti mual muntah sampai tidak sadarkan diri. Pelayanan kesehatan terhadap siswa dapat dilakukan di klinik kesehatan sekolah
(UKS) atau
dirujuk
ke
pusat
pelayanan
kesehatan masyarakat
(Puskesmas) dan bekerjasama dengan keluarga (Depkes RI, 2010). Pelayanan kesehatan
di Puskesmas
diperlukan kesepakatan
bagi peserta
didik
yang dirujuk
dari
dalam rapat perencanaan tentang pembiayaan
sekolah peserta
didik yang dirujuk. Jaminan pemeliharaan kesehatan mandiri bagi pelajar dan guru merupakan bentuk pembiayaan pelayanan kesehatan yang terencana di sekolah bekerja ama dengan puskesmas terdekat (Depkes RI, 2010).
25
c.
Pelayanan Gizi
Pelayanan gizidisekolah dalam bentuk pemberiaan pola makan tambahan (PMT anak sekolah) untuk pelajar yang kurang gizi/ BB kurang dari normal secara kontinu dalam waktu tertentu (Depkes, RI 2004). Di negara maju seperti Amerika program seperti ini dikenal dengan program school breakfast dan school lunch yang didanai oleh pemerintah dan swadaya masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).Namun program tersebut menuai banyak perdebatan dan kontroversi karena muncul berbagai masalah dan issu seperti kandungan makanan tidak terkontrol, pelajar bosan karena menu kurang bervariasi, dan banyak sponsor makanan tidak sehat masuk ke dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan masalah ini makan pelayanan nutrisi/gizi lebih diarahkan kepada pendidikan kesehatan dan konseling nutrisi/gizi terhadap siswa, keluarga, dan masyarakat. d.
Lingkungan Sekolah Sehat
Lingkungan sekolah menjadi model dan mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan perilaku sehat dan peningkatan status kesehatan pelajar (Stanhope & Lancaster, 2004). Para pelajar dapat belajar dari lingkungan dalam sekolah yang ditata dengan baik. Sehingga perancangan lingkungan sekolah yang sehat menjadi penting untuk dipertimbangkan atau diperhatikan. Dinas pendidikan, dinas kesehatan, dan pengelola sekolah mempunyai tanggung jawab atau kepentingan untuk membina kantin sekolah, penjaja makanan yang berada di lingkungan sekolah terhadap penyediaan berbagai jenis makanan dan aktivitas pengelolaan atau penyediaan nutrisi agar sesuai standar kesehatan. Selain itu keadaan ventilasi ruangan, penyediaan sarana air bersih, pembuangan sampah, instalasi listrik aman juga menjadi perhatian.
26
Pendidikan
kesehatan
Pelayanangizi
Pelayanan kesehatan
Pendidikanjasmani
Lingkungansehat
Pelayananpsikologis&konseling
Promosikesehatanstafsekolah
Keterlibatankeluarga&masyarakat
Gambar 3 Comprehensive school health model (sumber: Stanhope & Lancaster, 2004).
e.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmanimerupakan salah
satu kurikulum
sekolah
yang
mempromosikan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur yang diikuti semua pelajar untuk mempertahankan berat badan
normal dan kebugaran.Pendidikan
jasmani
mendorong anak untuk mengurangi aktivitas santai dan meningkatkan aktivitas fisik
dan
olahraga
secara teratur.
Aktivitas fisik/olahraga
teratur
dapat
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan otot dan tulang (Nies & McEwen, 2007).Lama aktivitas fisik yang baik adalah 3-5 kali per minggu selama satu jam atau 30 menit setiap hari (Depkes, 2002). Di Indonesia, pendidikan jasmani dan olah raga ini masuk dalam kurikulum inti dengan nama mata ajar Penjaskes. Menurut kurikulum pendidikan dasar Kemendikbud (2004) bahwa ruang lingkup pembelajaran Penjaskes meliputi pendidikan jasmanai, pendidikan olah raga, dan pendidikan kesehatan. Mata ajar ini diberikan dari kelas 1 sampai kelas VI. f.
Promosi Kesehatan bagi Staff Sekolah
Program kesehatanbagiguru dan staf sekolah sangat penting untuk dilakukan secara terus menerus karena mereka menjadi role model dan pendidik kesehatan 27
sehari hari bagi anak didiknya dilingkungan sekolah (Story, 1999).Pendidikan ditujukan kepada semua guru, staff, penjaga dan petugas kantin/warung sekolah. g.
Program Psikologis dan Konseling Sekolah
Konseling
berbasis
sekolah
penting dilakukan jika muncul masalah
kesehatan terhadap pelajar yang tidak dapat diselesaikan dengan pelayanan rutin. Misalnya, ditemukan pelajar dengan masalah gizi kurang atau buruk yang tidak ada perubahan setelah dilakukan intervernsi rutin, maka dilakukan konseling gizi oleh guru yang terlatih, perawat sekolah atau dirujuk ke ahli gizi. h.
Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat
Keberhasilan program keamanan makanan dipengaruhi oleh keterlibatan semua unsur yang merupakan mata rantai proses makanan sampai kepada makanan tersebut di konsumsi (Budapest, 2002).Keterlibatan keluarga dan masyarakat efektif dalam pembentukan perilaku makan yang aman. Keluarga berperan dalam proses pengolahan makan, penyedian makan, penyimpanan makan. Orangtua merupakan role model dan pendukung utama bagi anggota keluarga dalam berperilaku sehat (Story,
1999).Masyarakat sekitar juga sanagat berperan dalam mendukung dalam
penyediaan makanan yang aman. Karena bahan bahan makanan mentah maupun makan disediakan oleh masyarakat dari berbagai sumber. Perilaku jajan anak sekolah menjadi faktor penting untuk di kontrol. Jika jajanan atau makanan yang di jual oleh masyarakat adalah makan sehat, maka anak anak juga terhindar dari penyakit bawaan makanan. Kantin sekolah menjadi faktor penting untuk diperhatikan. Pada tahun 1987 Resnicow dan Allensworth melakukan modefikasi Comprehensif School Model ini dengan memasukkan koordinator kesehatan sekolah ( school health coordinator ) dalam model ini.
28
BAB III APLIKASI KASUS 3.1 KASUS
Ners B dari puskesmas Tanjung Sari melakukan pembinaan pada SDN Jaya Sari. Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 91 siswa (32,04%) berusia 1013 tahun. Berdasarkan tumbuh kembang siswi yang sudah mengalami menstruasi adalah 4 orang dan 5 orang siswa telah mengalami mimpi basah. Hasil wawancara dengan guru : belum ada pendidikan khusus tentang pendidikan kesehatan reproduksi di SDN Jaya Sari. Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08% peserta didik mengalami gigi caries. Dari hasil yang diperoleh dari angket 74,30% peserta gigi menggosok gigi 2x sehari yaitu pada saat mandi, 12,01% masih adanya peserta didik yang mencuci rambut seminggu sekali, 90,85% peserta didik mencuci tangan sebelum makan namun dari hasil wawancara kepada peserta didik (98%) mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan makanan jajanan, 32,75% kuku peserta didik dalam keadaan kotor.
Hasil observasi kondisi lingkungan sekolah, WC kotor dan berbau, warung sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak tertutup, ruang kelas tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu, tempat untuk mencuci tangan guru setelah menulis menggunakan kapur jarang diganti sehingga ditemukan jentik dalam air. Terdapat beberapa warung yang biasa digunakan siswa untuk membeli makanan saat mereka istirahat. Interaksi sesama siswa/siswi juga cukup baik, saat siswa dan guru berpapasan sang murid salim kepada gurunya dan saat setiap murid masuk ke ruang guru mereka selalu mengucapkan salam. Beberapa guru laki” merokok di sekolah pada saat jam” istirahat. Di SDN Jaya Sari setiap minggu sekali dilakukan senam/olahraga bersama.
Dari hasil wawancara pihak sekolah tidak menyediakan kantin sehat untuk anak SD, hanya ada penjual bebas dari luar sekolah dan pihak sekolah tidak memberikan edukasi makanan sehat 5 sempurna pada siswa. Dari hasil wawancara murid mengatakan mereka kurang dekat dengan pembimbing mereka dalam menangani masalah kesehatan. Menurut guru yang memegang bidang UKS, di SDN Jaya Sari UKS sudah 5 tahun ini belum dilakukan pembinaan dan pelatihan tentang 29
Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan perawat kecil. Dari hasil wawancara SDN Jaya Sari dengan masyarakat jarang melakukan kerjasama. Dari hasil wawancara menurut guru yang bertanggung jawab terhadap UKS kegiatan kesehatan sekolah yang dilakukan hanya penyediaan obat-obat dan P3K.
3.1.6
PENGKAJIAN 1. Pendidikan Kesehatan
Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 91 siswa (32,04%) berusia 10-13 tahun. Berdasarkan tumbuh kembang siswi yang sudah mengalami menstruasi adalah 4 orang dan 5 orang siswa telah mengalami mimpi basah. Hasil wawancara dengan guru : belum ada pendidikan khusus tentang pendidikan kesehatan reproduksi di SDN Jaya Sari. Dari hasil wawancara pihak sekolah tidak menyediakan kantin sehat untuk anak SD, hanya ada penjual bebas dari luar sekolah dan pihak sekolah tidak memberikan edukasi makanan sehat 5 sempurna pada siswa. Menurut guru yang memegang bidang UKS, di SDN Jaya Sari UKS sudah 5 tahun ini belum dilakukan pembinaan dan pelatihan tentang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan perawat kecil.
2. Pelayanan Kesehatan
Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 91 siswa (32,04%) berusia 10-13 tahun. Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08% peserta didik mengalami gigi caries. Dari hasil yang diperoleh dari angket 74,30% peserta gigi menggosok gigi 2x sehari yaitu pada saat mandi, 12,01% masih adanya peserta didik yang mencuci rambut seminggu sekali, 90,85% peserta didik mencuci tangan sebelum makan namun dari hasil wawancara kepada peserta didik (98%) mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan makanan jajanan, 32,75% kuku peserta didik dalam keadaan kotor.
Dari hasil wawancara di SDN Jaya Sari belum terdapat promosi kesehatan
kegiatan
kesehatan
sekolah
yang
dilakukan
hanya
penyediaan obat-obat dan P3K. 3. Lingkungan Kesehatan a. Lingkungan Fisik Siswa
Dari hasil screening didapatkan bahwa sebanyak 91 siswa (32,04%) berusia 10-13 tahun. Berdasarkan tumbuh kembang
30
siswi yang sudah mengalami menstruasi adalah 4 orang dan 5 orang siswa telah mengalami mimpi basah Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08% peserta didik mengalami gigi caries. Lingkungan Fisik Sekolah Kondisi lingkungan sekolah, WC kotor dan berbau, warung sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak tertutup, ruang kelas tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu, tempat untuk mencuci tangan guru setelah menulis menggunakan kapur jarang diganti sehingga ditemukan jentik dalam air Lingkungan Psikologis
b.
c.
Interaksi sesama siswa/siswi cukup baik. Saat siswa dan guru berpapasan sang murid salim kepada gurunya.
Setiap murid masuk ke ruang guru mereka selalu mengucapkan salam. Lingkungan Sosial
d.
Sumber daya manusia yang ada adalah guru dan siswa.
Terdapat beberapa warung yang biasa digunakan siswa untuk membeli makanan saat mereka istirahat. Pelayanan Gizi Dari hasil wawancara pihak sekolah tidak menyediakan kantin sehat untuk anak SD, hanya ada penjual bebas dari luar sekolah dan pihak sekolah tidak memberikan edukasi makanan sehat 5 sempurna pada siswa. Pelayanan Sosial Dari hasil wawancara murid mengatakan mereka kurang dekat dengan pembimbing mereka dalam menangani masalah kesehatan. Pendidikan Jasmani Di SDN Jaya Sari setiap minggu sekali dilakukan senam/olahraga bersama. Teacher wellness Bebera pa guru laki” merokok di sekolah pada saat jam” istirahat. Community Dari hasil wawancara SDN Jaya Sari dengan masyarakat jarang melakukan kerjasama.
4.
5.
6. 7. 8.
9. Analisa Data No.
1.
Masalah
Data
Pelayanan : Kurangnya program dalam pelayanan UKS Data Subjektif : Dari hasil wawancara menurut guru yang bertanggung jawab terhadap UKS kegiatan kesehatan
31
sekolah yang dilakukan hanya penyediaan obat-obat dan P3K. Data Objektif :
2.
Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08% peserta didik mengalami gigi caries. Pendidikan : Perilaku kesehatan Data Subjektif : cenderung beresiko Menurut guru yang memegang bidang UKS, di SDN Jaya Sari UKS sudah 5 tahun ini belum dilakukan pembinaan dan pelatihan tentang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan perawat kecil. Data Objektif :
3.
Dari hasil screening didapatkan bahwa 64,08% peserta didik mengalami gigi caries. 74,30% peserta gigi menggosok gigi 2x sehari yaitu pada saat mandi. 12,01% masih adanya peserta didik yang mencuci rambut seminggu sekali. 90,85% peserta didik mencuci tangan sebelum makan namun dari hasil wawancara kepada peserta didik 98% mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan makanan jajanan. Lingkungan Kurangnya kesadaran Data Subjektif : pihak sekolah terhadap Dari hasil wawancara pihak kesehatan lingkungan. sekolah tidak menyediakan kantin sehat untuk anak SD, hanya ada penjual bebas dari luar sekolah. Data Objektif :
Hasil observasi kondisi lingkungan sekolah, WC kotor dan berbau. Warung sekolah terletak di depan WC dan makanan yang dijual tidak tertutup. Ruang kelas tidak tersusun rapi, terlihat sedikit kotor dan berdebu. Tempat untuk mencuci tangan 32
3.1.7
3.1.8 No.
1.
guru setelah menulis menggunakan kapur jarang diganti sehingga ditemukan jentik dalam air. Terdapat beberapa warung yang biasa digunakan siswa untuk membeli makanan saat mereka istirahat.
Perumusan Diagnosa Keperawatan No. Diagnosa Keperawatan (PES)
1.
Kurangnya program dalam pelayanan UKS di SDN Jaya Sari
2.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada murid di SDN Jaya Sari
3.
Kurangnya kesadaran pihak sekolah terhadap kesehatan lingkungan di SDN Jaya Sari.
Penilaian (Skoring) Kriteria
Sifat Masalah
Kemungkinan dapat diubah
2/3
1
masalh
2/3
2.
Pembenaran
Skor
Potensial masalah untuk dicegah
Menonjolnya masalah Sifat Masalah
1/2
1
Bila keadaan ini tidak segera diatasi tidak akan ada pelayanan program UKS yang lebih baik. Penyelesaian masalah dapat dikurangi tetapi bertahap karena tidak mudah untuk mengubah perilaku manusia yang dalam kasus ini adalah permasalahan disini adalah kesadaran pihak sekolah terhadap pelayanan pogram UKS.
Masalah ini dapat dicegah bila pihak sekolah sadar terhadap pentingnya pelayanan program UKS bagi siswa dan staf. Keadaan ini dapat diatasi jika adanya program pembinaan dan pelatihan tentan UKS dan perawat kecil. Sehingga pihak sekolah bisa menyadari pentingnya pelayanan program UKS bagi siswa dan staf. Bila pihak sekolah tidak mengetahui informasi ini, kemungkinan program UKS di SDN Jaya Sari tidak akan mengalami kemajuan. 33
Kemungkinan dapat diubah
masalh
2
1
Potensial masalah untuk dicegah.
1
3.
Menonjolnya masalah
Sifat Masalah
Kemungkinan dapat diubah
masalh
1
1
2/3
Potensial masalah untuk dicegah
1
3.1.9
2. 3.
Masalah ini sangat mungkin untuk dicegah.
Masalah ini terlihat tidak terlalu penting. Sebenarnya hal ini adalah hal paling utama.
Bila masalah ini tidak segera di tangani, derajat kesehatan siswa dan staf akan menurun. Masalh ini cukup sulit untuk ditangani kerena berhubungan dengan perilaku siswa ataupun staf sekolah. Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan manusia. Masalah ini dapat di ubah bila terdapat orang yang dapat memotivasi pihak sekolah untuk menyadari pentingnya menjaga lingkungan sekolah. Masalah ini harus segera ditangani sebelum banaknya siswa yang erjangkit penyakit.
Menonjolnya masalah
Prioritas Masalah Keperawatan
Prioritas
1.
Masalah ini sangat mudah di ubah karena pihak sekolah dapar bekerjasama dengan puskesmas untuk mengadakan pembinaan dan pelatihan tentang UKS dan perawat kecil.
Skor
Diagnosa Keperawatan
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada murid di SDN Jaya Sari Kurangnya kesadaran pihak sekolah terhadap kesehatan lingkungan di SDN Jaya Sari. Kurangnya program dalam pelayanan UKS di SDN Jaya Sari
34
5 3 2/3 2 5/6
3.1.10 NO
1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SEKOLAH
DIAGNOSA KEPERAWAT AN KOMUNITAS
TUJUAN
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada murid di SDN Jaya Sari
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan : 1.Pengelola UKS SDN Sindang Sari mengetahui program yang sebaiknya ada di UKS 2. Pihak sekolah yang terdiri dari guru dan murid mengetahui tentang PHBS
SASARAN
Pihak sekolah yang terdiri dari guru dan murid
RENCANA KEGIATAN
HARI/TANGGAL
1.1.Penyuluha n tentang program UKS dan PHBS bagi guru danmurid di SDN Jata Sari
Selasa 8 Maret 2011
TEMPAT
EVALUASI KRITERIA
1.2 Supervisi oleh pihak puskesmas tentang pelaksanaan program UKS dan PHBS
STANDAR
Ruang 1.UKS SDN Sindang 1.a.Adanya Serbaguna Sari memiliki pemeriksaan dini SDN Sindang program yang baik kesehatan Sari dan terencana b.Adanya 2. Pihak sekolah pemantauan (guru danmurid) lingkungan sekolah oleh pihak UKS memiliki kesadaran untuk berperilaku 2.a Memelihara hidup bersih dan kebersihan kelas,wc sehat dan lingkungan sekolah b.Memperhatikan penampilan diri
35
2
Kurangnya Setelah kesadaran dilakukan pihak sekolah tindakan terhadap keperawatan kesehatan selama 1 lingkungan di bulan : SDN Jaya Sari. 1.Pihak sekolah (kesek,guru,p engelola UKS dan peserta didik) mau memodifikasi lingkungan dengan memperbaiki sarana yang ada di sekolah. 2. Pihak sekitar mau membantu pihak sekolah untuk memelihara dan memperbaiki lingkungan
Pihak sekolah yang terdiri Kepala Sekolah,gur u,pengelola UKS,murid dan pihak di sekitar lingkungan sekolah
1.Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan sekolah meliputi :
Selasa 8 Maret 2011
- pemeliharaan arana fisik dan lingkungan sekolah
Ruang Serbaguna SDN Tanjungsari
1.Pihak sekolah melakukan penataan ulang terhadap lingkungan sekolah dan memperbaiki sarana yang sudah ada
1. Memiliki sanitasi dan air yang besih dan cukup 2. Terciptanya pekarangan sekolah yang aman
3.Terciptanya proses 2. Pihak sekolah dan pembelajaran yang lingkungan sekitar dapat menciptakan mau untuk lingkungan memelihara psikososial yang kebersihan sehat bagi seluruh lingkungan sekolah masyarakat sekolah
-melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat 2. Menganjurkan pihak sekolah untuk melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar sekolah 36
sekolah.
untuk melakukan penataan halaman,pekar angan,apotik hidup dan pasar sekolah yang aman 3. Menganjurkan pihak sekolah untuk menggerakan pemeliharaan dan pengawasan lingkungan sekolah seperti pengelolaan sampah,salura nairlimbah,keb ersihan jamban dan kamar mandi,kebersih an warung sekolah,ruang UKS dan ruang kelas
37
3
Kurangnya Meningkatka program dalam n kesadaran pelayanan pihak sekolah UKS di SDN terhadap Jaya Sari pelayanan program UKS/mening katkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembinaan pelayanan kesehatan anak usia sekolah
Pihak sekolah yang terdiri dari guru.
1.Pihak pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialo g dengan guru,komite sekolah dan tim pelaksana atau Pembina UKS tentang :
Selasa, 8 Maret 2011
Ruang 1.Pihak sekolah Serbaguna dapat memberikan SDN Sindang pelayanan program Sari UKS yang lebih terstruktur dan berkesinambungan. 2. Guru dan perawat kecil dapat memberikan pelayan program UKS yang terbaik
- maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS disekolah
1.Adanya pengkajian dan screening siswa sekolah secara periodic 2. Adanya penemuan kasus (case finding) 3. Adanya pelayanan konseling pada siswa sekolah 4.Adanya kegiatan promosi kesehatan 5. Adanya upaya pencegahan penyakit 6.Staf melakukan manajemen kasus
-Meminta masukan tentang penerapan program UKS di sekolah ,antisipasi kendala sekaligus alterrnative solusi.
7. Adanya pelayanan keperawatan dan emergensi
38
-Menetapkan penanggung jawab program UKS disekolah dan mekanisme pengawasanny a -Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa,warga sekolah dan masyarakat sekolah -Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan program UKS 2. Menjalin kerjasama lintas program dan lintas 39
sektoral dengan memperhatika n kebijaksanaan operasional yang telah ditentukan seperti pelayanan kesehatan di sekolah kepada peserta didik dan masyarakat sekolah lainnya dan bekerjasama dengan tim Pembina UKS kecamatan dan masyarakat di sekitar sekolah 3. Melakukan penataran guru UKS sebagai bagian dari pendelegasian wewenang di 40
setiap SD/sekolah
41
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN
Keperawatan kesehatan sekolah mempunyai peranan penting dalam pembentukan perilaku sehat generasi muda di seting sekolah dalam upaya meningkatkan kesehatan bangsa indonesia di masa mendatang Berbagai konsep model kesehatan sekolah telah diterapkan di berbagai negara maju dalam upaya meningkatkan kesehatan sekolah. Indonesia dapat memodifikasi model ini dengan menyesuaikan kedalam budaya Struktur Organsiasi di Indonesia. Perawat kesehatan sekolah sebagai perawat profesioanl mempunyai tantangan untuk dapat memerankan peran yang esensial untuk menunjukkan dirinya untuk dapat melakukan perawatan kesehatan masyarakat pada seting sekolah dalam upaya membentuk perilaku sehat anak sekolah. Lingkungan sekolah yang sehat akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak. Sekolah seharusnya memiliki kepedulian terhadap kesehatan anak didiknya, termasuk memberikan pengertian mengenai kesehatan itu sendiri, sehingga siswa dapat membiasakan dirinya untuk hidup sehat. Mengingat begitu pentingnya arti kesehatan dalam kehidupan serta begitu eratnya lingkungan sekolah dengan kehidupan anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan, maka perlu digalakkan upaya perawatan kesehatan sekolah dengan memaksimalkan peran perawat baik di puskesmas maupun perawat yang terlibat langsung di sekolah tersebut.
4.2 SARAN
Demikian makalah yang dapat kami paparkan, tentang Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok AUS dengan model CSHM. Semoga bermanfaat, dan tentunya makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami memohon kritik dan saran dari pihak dosen dan mahasiswa.
42