Page " 20
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya. Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
RUMUSAN MASALAH
Apa itu definisi dislokasi sendi?
Apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi?
Apa saja etiologi dislokasi sendi?
Bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi?
Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
Bagaimana WOC dislokasi sendi?
Apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi?
Apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi?
Bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi?
Apa saja komplikasi dari dislokasi sendi?
Bagaimana askep dari dislokasi sendi?
TUJUAN PENULISAN
Dapat mengetahui definisi dari dislokasi sendi.
Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi.
Dapat mengetahui apa saja etiologi dislokasi sendi.
Dapat mengetahui bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi.
Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi sendi.
Dapat mengetahui bagaimana WOC dislokasi sendi.
Dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi.
Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi.
Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi
Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari dislokasi sendi.
Dapat mengetahui bagaimana askep dari dislokasi sendi?
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI DISLOKASI SENDI
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046).
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6, Halaman 1118).
Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3, Halaman 2356) adalah :
Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :
Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
Menguap atau terlalu lebar.
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
ETIOLOGI DISLOKASI SENDI
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
Patologis
Terjadinya 'tear' ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.
MANIFESTASI KLINIS DISLOKASI SENDI
Nyeri akut
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Gangguan gerakan
Kekakuan
Pembengkakan
Deformitas pada persendian
PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.
WOC DISLOKASI SENDI
PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI
Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI
MEDIS
Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.
NON MEDIS
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI
Komplikasi Dini
Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
Fraktur Dislokasi
Komplikasi Lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI
Cedera Akibat Olahraga
Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
Latihan atau exercise
Conditioning
Trauma Kecelakaan
Kurangi kecepatan
Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
Patuhi peraturan lalu lintas
ASKEP DISLOKASI SENDI
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
Pemeriksaan Fisik
Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.
Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah :
Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3 dimensi.
Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan nyeri berkurang atau teratasi.
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)
Pasien tidak gelisah
Tanda-tanda vital normal
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1
Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera Fisik(trauma kecelakaan dan cedera olahraga)
DS :
klien melaporkan adanya nyeri.
DO :
klien tampak berperilaku distraksi (mondar mandir, aktivitas berulang, memegang daerah nyeri), perilaku ekspresif (gelisah, meringis, menangis , menghela napas panjang)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan dengan kriteria hasil :
Memperlihatkan pengendalian nyeri.
Melaporkan tidak adanya nyeri
Tidak menunjukan adanya nyeri meningkat.(tidak ada ekspresi nyeri pada wajah,tidak gelisah atau ketegangan otot,tidak merintih atau menangis.)
Observasi keadaan umum pasien(tingkat nyeri dan TTV)
Beri posisi nyaman(semi fowler).
Berikan kompres hangat pada lokasi dislokasi
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Beri HE tentang penyebab nyeri, dan antisipasi ketidaknyamanan.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Mengetahui keadaan umum pasien dan tingkat nyeri pasien.
Posisi semi fowler dapat meminimalkan nyeri pada dislokasi
Kompres hangat berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah.
Teknik distraksi dan relaksasi berfungsi dalam mengalihkan fokus nyeri pasien
Penanaman HE bfungsi utk mngurangi kecemasan pasien terhadap kondisinya
Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pada dslksi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional
1.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal- DS: pasien mengeluh sulit dalam bergerak- DO: tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan mobilisasi dengan teratur dengan kriteria hasil :
Klien mengatakan dapat melakukan pergerakan dengan bebas
Gerakan pasien terkoordinir
Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
1) Observasi keadaan umum(tingkat mobilitas dan kekuatan otot)
2) Ajarkan ROM
3) Pengaturan posisi
4) Berikan bantuan perawatan diri: berpindah
5) Berikan HE tentang latihan fisik 6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam memberikan terapi yang tepat
1) Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya
2) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
3) Meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis
4) Membantu individu mengubah posisi tubuhnya
5) Mengubah persepsi pasien terhadap latihan fisik.
6) Mengembalikan posisi tubuh autonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari posisi sakit atau cedera
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh.
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh.
Pasien bisa mengatasi body image pasien
Kaji konsep diri pasien
- Kembangkan BHSP dengan pasien
- Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
Bantu pasien mengatasi masalahnya.
Dapat mengetahui pasien
Menjalin saling percaya pada pasien
Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalah nya
Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Kecemasan pasien teratasi dengan KH :
- klien tampak rileks
- klien tidak tampak bertanya – tanya
Kaji tingakat ansietas klien
Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
Kaji pengetahuan Pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.
Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien.
Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
Menggali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien.
Agar perawat tau seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya.
Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC
Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008. Jakarta : EGC
Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012. Jakarta : EGC