TUGAS INDIVIDU
MAKALAH AUDIT INTERNAL
"Kasus Enron Corporation"
Nama : Nur Hidayati Fitriyana
Nim : 0120440238
Kelas : Reguler B
Dosen Pengampu: RENOVA SIMANJUNTAK, SE
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-NYA sehingga makalah "Kasus Enron Corporation" ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah "Audit Internal" Dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa.
Dengan adanya sebuah makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu teman-teman khususnya dan para pembaca umunya untuk dapat menambah wawasan yang baru. Akhirnya harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima oleh pembaca. Amin.
Jayapura, 30 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR (2)
DAFTAR ISI (3)
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang (4)
Tujuan (4)
BAB II: PEMBAHASAN
Sejarah Berdirinya Enron (5)
Awal Kejatuhan Enron (6)
Pelanggaran Yang Dilakukan Enron (8)
Peranan Arthur Andersen (9)
Peranan Gedung Putih (10)
Undang-Undang Sarbanes Oxley (11)
SOX (Sarbanes Oxley Act) (11)
Perbedaan Perilaku Audit Pra SOX dengan Pasca SOX (12)
Budaya Perusahaan Akuntansi pada masa sebelum SOX (13)
Dampaknya terhadap Management (14)
Dampaknya terhadap Akuntan Publik (15)
Isu Etika pada Kasus Enron (16)
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan (18)
DAFTAR PUSTAKA (19)
Lampiran (20)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kasus Enron di Amerika Serikat yang berujung pada bubarnya kantor akuntan publik ternama di dunia Arthur Andersen telah menyurutkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan perusahaan yang hanya menitik beratkan pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba saja. Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-tutupi utang. KAP Arthur Andersen sebagai Auditor independen ikut berperan dalam "menyusun" pembukuan kreatif Enron. Lebih buruk lagi, kantor hukum yang menjadi penasihat Enron, Vinson & Eikins, juga dituduh ikut ambil bagian dalam korupsi skala dunia ini. Independensi auditor adalah sebuah sikap mental auditor yang wajib dimiliki oleh auditor. Sehingga, seringkali para pengguna laporan keuangan selalu mempertanyakan apakah auditor bisa independen dalam menjalankan tugasnya. Auditor adalah orang atau profesi yang mendapatkan penghasilan dari klien yang mereka audit.
Dengan mengacu pada latar belakang diatas, penulis mencoba memaparkan kembali Praktik Kecurangan yang dilakukan Enron Corporation yang melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen di Amerika Serikat yang berakibat pada menurunnya kepercayaan investor terhadap integritas penyajian laporan keuangan, karena kehilangan Independensi Auditor.
Tujuan
Mengetahui kronologis terjadinya Kasus Enron Corporation
Mengetahui Peranan KAP Arthur Anderson dengan terjadinya Kasus Enron Corporation
Mengetahui Peranan Gedung Putih dengan terjadinya Kasus Enron Corporation
Mengetahui keterkaitan Undang-Undang SOX (Sarbanes Oxley Act) dengan KAP Arthur Anderson dan Kasus Enron Corporation, serta Dampaknya terhadap Management dan Akuntan Publik
Mengetahui Isu-isu Etika pada Kasus Enron Corporation
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Berdirinya Enron
Enron dibentuk pada tahun 1985 oleh sebuah perusahaan "Houston Natural Gas" dengan "InterNorth", sebuah Perusahaan lain dalam pemipaan minyak sebagai hasil merger yang diwajibkan oleh peraturan perundangan Pemerintah federal Amerika. Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik "Portland General Electric Corp" senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah perusahaan tersebut menjadi "Enron Capital and Trade Resources" yang menjadi perusahaan Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik. Pendapatan meningkat drastis dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang menjadi 2.000 orang.
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula "Enron Online" (EOL) pada bulan oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online memasarkan produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL berhasil melaksanakan transaksi senilai $ 335 milyar pada tahun 2000. Pada Januari 2000, Enron mengumumkan sebuah rencana besar yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand yang berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar guna melaksanakan program ini, walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $ 90,56, sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai "one of the most admired and innovative companies in the world".
Awal Kejatuhan Enron
Pada tanggal 2 Desember 2001, dunia perekonomian dikejutkan dengan berita yang berasal dari kota minyak Houston di Texas, Amerika. Enron, perusahaan ketujuh terbesar di Amerika, perusahaan energi perdagangan terbesar di dunia menyatakan dirinya bangkrut. Tidak kurang dari 4.500 pimpinan menengah Enron mendadak kehilangan pekerjaan akibat perbuatan segelintir orang di jajaran puncak Enron.
Lebih mengejutkan lagi, kebangkrutan bukan disebabkan oleh perekonomian dunia yang sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka. Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-tutupi utang. Auditor independen, Arthur Andersen ikut berperan dalam "menyusun" pembukuan kreatif Enron. Lebih buruk lagi, kantor hukum yang menjadi penasihat Enron, Vinson & Eikins, juga dituduh ikut ambil bagian dalam korupsi skala dunia ini dengan membantu membuka partnership-partnership kontroversial yang dianggap sebagai awal dari kehancuran Enron. Terakhir, bank investasi besar di Wallstreet seperti Salomon Smith Barney unit, Credit Suisse First Boston, Merrill Lynch, Goldman Sachs, J.P. Morgan Chase and Lehman Bros, ikut meraup $ 214 juta dalam komisi sebagai penjual saham dan obligasi dari Enron.
Kejatuhan Enron bermula dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama "special purspose vehicle" memang memiliki karateristik yang istimewa. Enron mendirikan kongsi dengan seorang partner dagang. Partner dagang biasanya hanya satu untuk setiap partnership dan kongsi dagang ini menyumbang modal yang sangat sedikit, sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan. Secara hukum perusahaan di Amerika, apabila induk perusahaan berpartisipasi dalam partnership dimana partner dagang menyumbang sedikitnya 3% dari modal keseluruhan, maka neraca partnership ini tidak perlu dikonsolidasi dengan neraca dari induk perusahaan. Tetapi, partnership ini harus dijabarkan secara terbuka dalam laporan akhir tahunan dari induk perusahaan agar pemegang saham dari induk perusahaan maklum dengan keberadaan operasi tersebut. Lalu dari mana Enron membiayai partnership-partnership tersebut? Inilah hebatnya, Enron membiayai dengan "meminjamkan" saham Enron (induk perusahaan) kepada Enron (anak perusahaan) sebagai modal dasar partnership-partnership tersebut. Secara singkat, Enron sesungguhnya mengadakan transaksi dengan dirinya sendiri.
Enron tidak pernah mengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam laporan keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange Commission (SEC), badan tertinggi pengawasan perusahaan publik di Amerika. Lebih jauh lagi, Enron bahkan memindahkan utang-utang sebesar $ 690 juta yang ditimbulkan induk perusahaan ke partnership partnership tersebut. Akibatnya, laporan keuangan dari induk perusahaan terlihat sangat atraktif, menyebabkan harga saham Enron melonjak menjadi $ 90 pada bulan Februari 2001. Perhitungan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telah melebih-lebihkan laba mereka sebanyak $ 650 juta.
Pelanggaran Yang Dilakukan Enron
Untuk memenuhi persyaratan Moody's dan S&Ps, Enron menjaga leverage rationya. Kegagalan untuk meningkatkan credit ratingnya mendorong Enron untuk meningkatkan margin dengan memperbesar paper profit dan penurunan nilai assets ditransfer ke Special Purpose Vehicle (SPV). Untuk meningkatkan modal dan melindungi risiko, Enron memanfaatkan SPV, bekerjasama dengan pihak luar sebagai "keranjang sampah" untuk menambah Assets dan Liabilities, termasuk tempat pembuangan asset yang mengalami penurunan nilai, lindung nilai untuk meng-offset kerugian Enron dan memanfaatkan derivatives. Karena tidak dikonsolidasikan, maka laporan keuangan Enron tidak terganggu.
Kerugian yang diderita SPV tertutup dengan saham Enron. Tiga dari 2000 SPV dipimpin Festow dari 1999 sampai July 2001, membayar Festow lebih dari $ 30 juta untuk management fees. Jauh lebih besar dari salarynya di Enron dengan persetujuan top Management dan BOD Enron. Suatu SPV juga melakukan investasi ke SPV lain. November 2001, 75% saham di mariner engine inc meningkat menjadi $ 350 Juta, hampir 2 kali lipat nilai initial investment. Penilaian deposito deep well oil reserve, long term future contracts dan derivatives yang tidak memiliki quoted market price membuka peluang untuk windows dressing melalui discretionary valuation models sesuai dengan metode dan asumsi yang digunakan.
Peranan Arthur Andersen
September 2001, pemerintah mulai mengamati adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron. Satu bulan kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar $ 600 juta dan nilai asset Enron menyusut $ 1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama diakui, bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai turun drastis dan saat Enron mengumumkan bahwa perusahaan harus gulung tingkar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah Arthur Andersen, sebagai auditor independen yang ditunjuk untuk memeriksa kesehatan dari pembukuan Enron mengetahui keberadaan "akuntan kreatif" yang diterapkan Enron dan pura-pura tidak mengetahuinya? Hukum perusahaan Amerika menyatakan bahwa setiap perusahaan terbuka Amerika, harus diperiksa pembukuannya oleh auditor independen dari Certified Public Accounting Firm. Tidak jarang, akuntan publik menerima uang lebih banyak dari jasa konsultasi daripada jasa audit, seperti kasus Enron di mana Arthur Andersen menerima $ 27 juta dari konsultasi dan $25 juta dari audit. Akibatnya, timbul kesangsian akan kejujuran dan kejernihan dari laporan audit mereka terhadap pumbukuan Enron.
Yang lebih mengejutkan dunia akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh David Duncan, ketua partner dari Arthur Andersen untuk Enron. Panik karena menerima undangan untuk diminta kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika (Congress), Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja (workpapers) dan e-mail yang berhubungan dengan Enron. Kertas kerja adalah dokumen penting dalam dunia profesi akuntan yang berhubungan dengan laporan keuangan dari klien. Secara umum, setiap kertas kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus di dokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Baru setelah 6 tahun, dokumen tersebut bisa dihancurkan. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada publik dan kongres bahwa Arthur Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk dari Enron, tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena takut kehilangan Enron sebagai klien.
Peranan Gedung Putih
Yang menambah kompleks skandal ini adalah keterlibatan Gedung Putih dengan Enron. Sejak tahun 1989, Enron "menyumbang dana" pada Washington sebesar $ 5,7 juta, dengan pembagian $ 4,1 juta untuk Partai Republik dan sisanya untuk golongan yang lain. Lebih lanjut, seperti yang diketahui publik sekarang ini, hubungan Presiden George W. Bush dengan Kenneth Lay, Komisaris dan Chief Executive Officer Enron sangatlah mesra. Ken Lay adalah kontributor terbesar selama kampanye kepresidenan dengan menyumbang sebesar $ 625.000 menyebabkan President Bush memanggil Ken Lay dengan nama kesayangan, "Kenny Boy." Darimana Enron mengalokasikan dana sebanyak itu untuk disumbangkan kepada calon presiden dan partainya? Jawabannya terletak pada kompleksitas hukum perpajakan Amerika.
Selama lima tahun terakhir, walaupun memiliki laba bersih miliaran dolar, Enron tidak membayar pajak sepeser pun. Hukum perpajakan Amerika menegaskan bahwa stock option atau opsi kepemilikan perusahaan bisa dikategorikan sebagai "gaji/upah" pegawai. Karena Enron selama ini memberikan bonus dan kompensasi kepada pegawainya dalam bentuk stock option, maka walau dalam bentuk fisik hanyalah kertas, Enron mampu mengurangi nilai laba mereka dengan nilai opsi tersebut di pasar bebas. Bila keuntungan Enron dikurangi dengan nilai opsi tersebut, maka sebagai hasil akhir Enron tidak memiliki laba sama sekali dan perusahaan yang tidak memiliki laba tidak membayar pajak. Lebih buruk lagi, Enron memiliki lebih dari 90 perusahaan off shore atau perusahaan yang didirikan di negara kepulauan yang bebas pajak atau berpajak rendah yang tujuan utamanya untuk memindahkan pendapatan dari Amerika ke negara kepulauan tersebut. Sistem ini, sebenarnya adalah legal menurut hukum perpajakan Amerika selama peraturan-peraturan yang ada mengenai pendapatan yang mudah dipindahkan (mobile income) ditaati.
Walaupun sampai saat ini belum ada bukti keterlibatan Gedung Putih dengan kehancuran Enron, jumlah uang kontribusi yang sangat besar dari Enron untuk sebuah partai atau seorang calon politikus, cukup menarik kecurigaan dari publik.
Undang-Undang Sarbanes Oxley
SOX (Sarbanes Oxley Act)
SOX (Sarbanes Oxley Act), sebuah Undang-Undang yang diterbitkan oleh pemerintah AS, akibat terjadinya rentetan-rentetan kasus yang melibatkan kantor akuntan Arthur Andersen. Undang-undang tersebut diusulkan oleh komite yang dipimpin senator Sarbanes dan senator Oxley untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Kegagalan ini menimbulkan krisis yang serius terhadap kredibilitas akuntansi, pelaporan, dan proses tata kelola perusahaan sehingga oleh politisi AS diciptakan kerangka kerja baru terhadap akuntabilitas dan tata kelola perusahaan melalui Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk memulihkan kepercayaan yang cukup dan untuk menjadikan pasar modal kembali berfungsi normal.
Undang-Undang Sarbanes-Oxley Act bisa menetapkan pedoman baru untuk perusahaan dan bisa untuk mempertanggungjawaban kepada divisi akuntansi. Dengan adanya tindakan ini, bisa untuk memerangi penipuan sekuritas dan akuntansi. Dan untuk menekankan kepada independensi dan kualitas, membatasi kemampuan perusahaan untuk menyediakan keduanya yaitu non-audit dan jasa untuk klien yang sama.
Rancangan Undang-Undang diajukan oleh anggota senat Paul Sarbanes dan Michael Oxley pada tanggal 30 Juli 2002 dan disahkan oleh Presiden Bush. Ikthisar Sarbanes Oxley act 2002 adalah :
Memberi kejelasan dan kepastian atas:
Dewan pengawas Independen yang bertugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar modal. Dewan ini akan diawasi SEC.
Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat perusahaan.
Menetapkan aturan dan keharusan baru untuk pelaporan perusahaan.
Mendefinisikan jasa non Audit yang dapat diberikan oleh KAP kepada Klien Audit yaitu melarang KAP melakukan 8 jenis jasa audit kepada klien audit : pembukuan, design dan system informasi keuangan, jasa penilai, jasa aktuaris, outsorcing jasa internal audit, fungsi management SDM, broker pialang atau penasehat investasi, jasa hukum dan jasa professional lainnya yang tidak berhubungan dengan audit.
Memperberat hukuman atas kecurangan yang dilakukan perusahaan.
Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan kepentingan.
Meningkatkan secara signifikan tanggung jawab dan anggaran SEC.
Mengijinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu dari komite audit
Perbedaan Perilaku Audit Pra SOX dengan Pasca SOX
Independensi auditor adalah sebuah sikap mental auditor yang wajib dimiliki oleh auditor. Sehingga, seringkali para pengguna laporan keuangan selalu mempertanyakan apakah auditor bisa independen dalam menjalankan tugasnya. Auditor adalah orang atau profesi yang mendapatkan penghasilan dari klien yang mereka audit. Dalam sebagian kasus, persentase penghasilan dari satu klien dengan klien lainnya, mungkin perbedaannya sangat signifikan dalam mempengaruhi penghasilan kantor akuntan. Sehingga, kehilangan klien tersebut bisa secara material mempengaruhi pendapatan kantor akuntan, menyebabkan independensi profesi akuntan semakin memudar, ditambah ketika kantor akuntan public diberi kebebasan untuk memberikan jasa nonassurance kepada klien yang mereka audit. Pemberian jasa nonassurance ini menambah besar jumlah dependensi secara finansial kantor akuntan public kepada kliennya.
Setelah kasus Enron/Andersen terjadi, muncul sebuah undang-undang yang lebih dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002. Di dalam undang-undang ini, jika diperhatikan dengan seksama, tidak pernah meminta perusahaan untuk mengganti Auditor, jika mereka telah berhubungan selama lima tahun berturut-turut. Yang ada hanyalah bahwa auditor harus mengganti partner jika satu partner telah memimpin audit pada satu klien selama lima tahun. Akan tetapi, kenyataan yang ada bahwa Auditor harus berpindah pada klien lain, setelah auditor mengaudit selama lima tahun berturut-turut pada klien tersebut. Hal ini terlatar belakangi oleh kasus Enron/Andersen yang telah memudarkan interdependensi Profesi Akuntansi, akibat hubungan yang lama.
Berbicara mengenai kualitas Auditor dalam mengaudit perusahaan klien setelah keputusan Menteri Keuangan yang mengambil keputusan tegas agar pergantian auditor harus dilakukan jika auditor telah mengaudit satu klien selama lima tahun berturut-turut, bahwa Auditor mengaudit sesuai dengan Standar Auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yang dijadikan pedoman umum bagi auditor yang wajib. Dan berbeda dengan Auditor pendahulu yang mungkin telah memahami aspek bisnis klien, Auditor yang baru bisa jadi sama sekali buta tentang bisnis klien. Mereka mungkin juga sama sekali tidak mengetahui reputasi klien mereka dimasa lalu sehubungan dengan pelaporan keuangan. Faktor ini yang kemudian mendorong auditor untuk bersikap lebih skeptic (ragu, dan tidak mudah percaya) terhadap klien yang baru.
Budaya Perusahaan Akuntansi pada masa sebelum SOX
Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.
Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraih keuntungan yang lebih besar.
Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.
Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.
Dampaknya terhadap Management
Dengan diterbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley, maka dampaknya bagi manajemen adalah :
Mengharuskan adanya sertifikasi CEO/CFO atas laporan berkala yang disampaikan SEC.
Setiap laporan tahunan diharuskan untuk melampirkan laporan dari management mengenai penaksiran internal control.
Auditor independent diharuskan melakuakan atestasi dan melaporkan penaksiran manajemen.
Pengungkapan yang harus dilakukan antara lain :
Keharusan bagi direktur, pejabat perusahaan dan pihak yang memiliki saham perusahaan dengan jumlah minimum 10% untuk menyampaikan perubahan ekuitas yang dimiliki.
Pengungkapan tambahan untuk keuangan off balance sheet dan kontijensi.
Pengungkapan oleh perusahaan secara real time.
Dampaknya terhadap Akuntan Publik
Dengan diterbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley, maka dampaknya bagi akuntan publik :
Membentuk Public Accounting Oversight Board (PCAOB) yang bertujuan untuk mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi kepentingan investor.
Melarang jasa non audit- Hukum secara spesifik telah melarang KAP untuk melakukan 8 jenis jasa non Audit .
Perputaran partner- pemimpin (Lead) atau coordinating partner audit atau concurring reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang sama lebih dari 5 tahun berturut-turut.
Laporan kepada komite audit – Auditor diharuskan untuk melaporkan kepada komite audit perihal semua kebijakan akuntasi yang berlaku, perlakuan informasi keuangan dan informasi penting lainnya yang telah didiskusikan dengan management.
Penugasan auditor dibutuhkan 1 tahun cooling of period.
Isu Etika pada Kasus Enron
ISU ETIKA
1.
Isu Sistemik
Tidak regulasi yang memisahkan bahwa akuntan publik dapat memberikan konsultasi sekaligus menjadi auditor pada perusahaan publik.
Deregulasi pada bisnis energi yang menyebabkan resiko tinggi bagi penjual maupun pembeli gas alam, sehingga perusahaan harus melakukan langkah-langkah inovatif, dimana pemerintah tidak dapat mengantisipasi langkah-langkah yang diambil perusahaan.
Praktek 'mark to market' yang diperbolehkan, sehingga nilai pasar adalah nilai saham yang dilaporkan.
Peraturan akuntan yang memperbolehkan pembentukan special purpose entities, namun peraturan ini dilakukan untuk melakukan penipuan.
SEC yang 'terlambat' melakukan investigasi, padahal ribuan pekerja dan ribuan investor meletakkan masa depannya pada stock Enron.
2.
Isu Corporate
Sistem yang kejam yang diterapkan kepada traders untuk memberikan estimasi arus kas yang tinggi atas kontrak perdagangan yang ditutupi, dengan ancaman pemecatan.
Sistem trading sebagai intermediary menyebabkan 'memproduksi' 1.800 produk yang berbeda.
Untuk tetap pada posisi sebagai trader, maka Enron harus 'kreatif' menampilkan keuntungan yang menjanjikan kepada investor, sehingga praktek 'mark to market' diterapkan.
Pembentukan special purpose entities untuk menampung hutang-hutang Enron dan mencatatnya sebagai pemasukan pada laporan keuangan Enron
3. Isu Individual
Kenneth Lay
Pertanyaan isu etika mengenai pengumuman publik yang dilakukannya bahwa Enron secara pasti akan mengalami pertumbuhan kedepan dan mengajak para investor untuk tetap berinvestasi pada stock Enron, namun pada saat yang sama diam-diam menjual sahamnya.
Sherron Watkins
Isu etika yang muncul adalah Watkins dapat mencegah terjadinya Kejatuhan Enron dengan melaporkan praktek kecurangan laporan keuangan pada saat nilai saham masih tinggi. Karena Watkins mengetahui dengan pasti praktek keuangan dengan penggunaan Special Purpose Entities tidak akan bisa diteruskan pada saat harga saham turun.
Jeffrey Skilling
Isu etika mengenai pemindahan resiko dengan menjadikan sebagai perusahaan intermediary akibat kebijakan deregulasi.
Isu etika dengan memberikan tekanan kepada para tradersnya dengan sistem yang 'kejam' dengan resiko pemecatan untuk membuat nilai estimasi yang tinggi.
Isu etika dengan membujuk SEC untuk mengijinkan penggunaan metode "mark to market accounting", dimana nilai saham 'digelembungkan'.
Pertanyaan moralitas dengan membayar konsultan keuangan Athur Andersen dalam pembentukan special purpose entities.
Isu etika pada pembentukan special purpose entities yang akan menampung hutang-hutang Enron sehingga tidak muncul dalam laporan keuangan Enron.
Penujukan Athur Andersen sebagai auditor, padahal mereka memberikan jasa konsultasi untuk praktek keuangan.
Isu etika yang muncul dengan pengunduran dirinya, dimana dia mengetahui kearah mana Enron akan berakhir.
Andrew Fastow
Isu etika dengan menerima gaji dan pendapatan dari saham special purpose entities dengan mengetahui bahwa ini hanya praktek kecurangan bisnis atau dengan kata lain melakukakan kecurangan dan diberi gaji.
Pertanyaan etika pada waktu Fastow berusaha memecat Watkins yang berkeinginan melaporkan masalah yang terjadi.
Konsultan akuntan Athur Andersen
Pemberian konsultasi pada praktek pembentukan special purpose entities.
Isu etika dengan memberikan predikat akurat terhadap hasil audit akuntan perusahaan, dimana Athur Andersen mengetahui dengan pasti praktek kecurangan keuangan yang terjadi serta tanggung jawab terhadap publik, khususnya investor.
Tidak melakukan sesuatu ketika Watkins melaporkan kejadian praktek kecurangan keuangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adanya praktik diskriminasi, terlihat dari tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika oleh manajemen perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.
Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.
Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Prima Yulivani D. (2013, 29 November). Kasus Enron Corporation. Diperoleh 30 Maret 2015 dari:
http://prima-yulivani28211028.blogspot.com/2013/11/kasus-enron-corporation.html
Dian Indah Masyithoh. (2012, 23 Juni). Sejarah SOX, dan Perbedaan Perilaku Auditor, Pra SOX dengan Pasca SOX. Diperoleh 3 April 2015 dari:
http://dianindahmasyithoh.blogspot.com/2012/06/sejarah-sox-dan-perbedaan-perilaku.html?m=1
Kumpulan Makalah. Makalah Etika Bisnis Kasus Enron Corporation. Diperoleh 5 April 2015 dari:
http://www.google.com/url?q=https://www.scribe.com/mobile/doc
Lampiran:
Lampiran:
20
20