SATUAN ACARA PENYULUHAN STIMULASI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH
Topik Subtopik Tempat Hari/ Tanggal Pukul Waktu Penyuluh
: Stimulasi Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Sekolah : Pengertian stimulasi, pengertian tumbuh kembang, manfaat stimulasi terhadap tumbuh kembang anak : Mesjid Al-Ihsan : Sabtu/ 18 Agustus 2018 : 16.00 WIB : 45 menit : Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAND
A. Latar Belakang
Anak adalah aset bangsayang berupakan cikal bakal lahirnya generasi penerus perjuangan bangsa. Semakin optimalnya pencapaian tugas perkembangan anak maka semakin baik pula perkembangan masa depan dan begitu pula sebaliknya (Lesmana.S, 2015). Menurut defenisi WHO (2013), batasan usia anak adalah sejak anak usia 19 tahun, sedangkan menurut Wong (2011) anak adalah individu yang berada dalam rentang pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara berkesinambungan dimulai fase ba yi sampai usia remaja. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah berada dalam rentang 6-12 tahun dan disebut sebagai fase berkarya (industry) vs rendah diri (inferiority) (Wong, 2011). Hal ini sejalan dengan defenisi anak usia sekolah sesuai permenkes nomor 25 tahun 2014 yang menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar adalah seseorang yang berada dalam rentang pendidikan dasar dan berusia 7-12 tahun (Kemendikbud RI, 2015). Pada fase ini ditandai dengan anak yang suka main dengan teman sebaya , memiliki peran dalam kegiatan berkelompok, mempunyai rasa bersaing yang tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa pada fase ini rasa percaya diri anak mulai berkembang dengan optimal (Stuart, 2013). Optimalnya pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah pada fase ini tentu saja dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor herediter dan lingkungan. Pada faktor herediter terdiri dari umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor lingkungan terdiri atas faktor keluarga yang berkaitan dengan sosial serta cara stimulasi dan pengasuhan (Stuart, 2013). Adanya hambatan dalam kemampuan mencapat tugas perkembangannya dapat menyebabkan anak merasa rendah diri. Rasa tidak percaya diri pada anak disebabkan karena tidak memiliki strategi koping yang positif untuk berinteraksi dengan orang sekitar sehingga pada saat dewasa anak dapat menghadapi masalah sosialisasi (Kingsbury, 2013). Stuart (2013) menyatakan untuk mencapai perkembangan yang optimal, lingkungan memberi pengaruh yang luar biasa bagi anak. Orangtua (keluarga) merupakan landasan paling utama bagi pembangunan karakter anak. Peran orangtua sebagai lingkungan paling dekat dengan anak sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak. Di indonesia pada tahun 2015rentang usia anak usia sekolah berada dalam posisi pertama dari total 10% dari jumlah penduduk Indonesia dengan jumlah anak usia sekolah dasar merupakan jumlah terbanyak yaitu 27.804 jiwa atau 18,9% (BPS, 2015). Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Andalas didapatkan data bahwasanya terdapat 8.875 penduduk di Kelurahan Parak Ganting Timur dimana 1.439 orang yang berusia 5-14 tahun. Praktek Profesi Keperawatan Jiwa dan Komunitas Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas (FKEP UNAND) sebagai salah satu wadah pembelajaran mahasiswa dan calon-calon perawat jiwa di masa depan turut memberikan andil dan kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan yang ada di RW 06 Kelurahan Parak Gadang Timur Kecamatan Andalas, salah satu tempat dan lahan praktek keperawatan jiwa komunitas di kota Padang. Sebagai langkah awal telah dilakukan pengkajian awal melalui wawancara pada tanggal 08 s.d
09 Agustus 2018 kepada ibu yang memiliki anak usia sekolah dan didapatkan hasil bahwasanya 8 dari 10 ibu tidak mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan anak nya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diadakan penyuluhan terkait stimulasi tumbuh kembang pada anak usia sekolah B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dengan anak usia sekolah dappat mengetahui tumbuh kembang pada anaknya. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien mampu: -
Menjelaskan pengertian anak usia sekolah
-
Menjelaskan tugas tumbuh kembang anak usia sekolah
-
Menjelaskan tahap-tahap tumbuh kembang anak usia sekolah
C. MATERI (terlampir )
D. METODE PENYULUHAN
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, yaitu pemateri menyampaikan materi penyuluhan tentang hipertensi serta cara mengatasi yaitu dengan senamtumbuh kembang anak usia sekolah dan penyuluhan disediakan waktu untuk tanya-jawab antara peserta dan pemateri.
E. MEDIA DAN ALAT PERAGA Media dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah : 1. Slide Presentation Power Point 2. Laptop 3. Infocus
F. SETTING TEMPAT
Keterangan : = peserta = fasilitator = moderator = penyaji
= observer = Infokus
G. PENGORGANISASIAN
-
Moderator
: Rahmi Rahayu Putri , S.Kep
-
Penyaji
: Syurpa Wahyuni , S.Kep
- Notulen
: Yoshi Hernanda, S.Kep
-
Fasilitator
: Diana Deyva, S.Kep : Nurul Arvina, Skep : Hayati Umar, S.Kep : Helvia Rahayu, S.Kep : Fini Marta, S.Kep : Puti Kulindam Suto, S.Kep :Riry Ayuza S.Kep
-
Observer
: Fini Marta, S.Kep
H. URAIAN TUGAS 1.
Moderator
a.
Menyampaikan salam pembuka.
b.
Memperkenalkan anggota kelompok.
c.
Menyampaikan kontrak waktu dan kontrak bahasa
d.
Menyampaikan tujuan dari penyuluhan.
e.
Menyampaikan mekanisme penyuluhan.
f.
Membuka sesi tanya jawab.
g.
Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya kembali.
h.
Memberikan renforcement positif pada peserta yang bisa menjawab pertanyaan penyaji.
i. 2.
Menyimpulkan materi penyuluhan.
Penyaji
a.
Menggali pengetahuan dan pengalaman dari peserta tentang materi penyuluhan.
b.
Menyampaikan materi penyuluhan.
c.
Memberikan umpan balik terhadap responden atau audiens terhadap materi yang telah disampaikan.
3.
Fasilitator
4.
a.
Mengundang atau mengajak peserta untuk mengikuti penyuluhan.
b.
Memotivasi peserta untuk fokus pada penyampaian penyuluhan.
c.
Memotivasi peserta untuk mengajukan pertanyaan.
d.
Membantu penyaji dalam menjawab pertanyaan.
Observer
I.
a.
Mengobservasi jalannya penyuluhan.
b.
Mengevaluasi tugas dari masing-masing peran.
KEGIATAN PENYULUHAN
No 1
Tahapan waktu Pembukaan (5 menit)
2
Kegiatan Inti ( 15 menit )
Kegiatan pembelajaran 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri dan anggota kelompok 3. Kontrak waktu dan bahasa 4. Menjelaskan tujuan penyuluhan 5. Menjelaskan mekanisme penyuluhan 6. Menjelaskan topik yang akan diberikan
Kegiatan peserta 1. Menjawab salam 2. Mendengarkan dan memperhatikan 3. Menyetujui 4. Mendengarkan dan memperhatikan 5. Mendengarkan dan memperhatikan
6. Mendengarkan dan memperhatikan 1. Menjelaskan pengertian 1. Mengungkapkan anak usia sekolah 2. Menjelaskan tugas 2. Mendengarkan dan tumbuh kembang anak memperhatikan usia sekolah 3. Menjelaskan tahap- 3. Mengungkapkan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah
3
Penutup 10 menit
1.Menyimpulkan materi penyuluhan bersama keluarga 2. Memberikan evaluasi secara lisan 3. Memberikan salam penutup
1.
Memperhatikan
2.
menjawab
J. KRITERIAEVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Kesiapan SAP dan materi. b. Kesiapan media : Infocus, PPT dan leaflet . c. Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu. d. 75% audiens menghadiri penyuluhan e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di RW 01, RT 02 dan RT 03 Kelurahan Ulak Karang f. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan. b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan. c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar. d. Suasana penyuluhan tertib. e. 70% audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai f. 70% audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan g. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
h. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 20 orang peserta. 3. Evaluasi Hasil Peserta dapat menyebutkan kembali tentang konsep dasar tumbuh kembang anak usia sekolah
Lampiran TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH A. Definisi Anak Usia Sekolah
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
B. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst dalam Hurlock (2002) adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan permainan yang umum 2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya 4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat 5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung 6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari 7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai 8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga 9. Mencapai kebebasan pribadi
C. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
1. Pertumbuhan Fisik Rata-rata kenaikan berat badan anak usia sekolah adalah 3,2 kg per tahun (Kozier, 2011). Beberapa perkembangan motorik ( kasar maupun halus ) selama periode ini, antara lain
a. Anak Usia 7 Tahun
Mulai membaca dengan lancar
Cemas terhadap kegagalan
Peningkatan minat pada bidang spiritual
Kadang malu atau sedih
b. Anak Usia 8 – 9 Tahun
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
Keterampilan lebih individual
Ingin terlibat dalam sesuatu
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif
c. Anak Usia 10 -12 Tahun
Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak.
Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll
adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan membantu orang lain
Mulai tertarik dengan lawan jenis.
2. Perkembangan Kognitif Perkembangan Kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berpikir secara logis, buka tentang yang bersifat abrasi. a. Anak SD Umur 5-6 Tahun o
Kosakata meningkat menjadi sekitar 2.000 kata
o
Dapat menulis kalimat dengan lima kata atau lebih
o
Dapat menghitung sampai 10 benda pada satu waktu
o
Mengetahui mana yang kiri dan kanan
o
Mulai mampu berpikir dan berdebat, mereka mulai menggunakan kata-kata seperti mengapa dan karena
o
Dapat mengkategorikan benda: “Ini adalah mainan; ini adalah buku- buk u.”
o
Memahami konsep-konsep seperti kemarin, hari ini, dan besok
o
Mampu duduk di meja, mengikuti petunjuk guru, dan mandiri melakukan tugas sederhana di kelas
b. Anak SD Umur 7-8 Tahun o
Mulai mengembangkan rentang perhatian yang lebih lama
o
Bersedia untuk mengambil tanggung jawab lebih
o
Memahami pecahan dan konsep ruang
o
Memahami uang
o
Dapat memberitahu waktu
o
Dapat menyebut nama bulan dan hari dalam seminggu
o
Menikmati membaca buku sendiri
c. Anak SD Umur 8-12 Tahun o
Kebanyakan remaja awal sepenuhnya mampu mengambil, memahami dan mempertimbangkan perspektif lain.
o
Mereka mulai berpikir hipotetis, mempertimbangkan sejumlah kemungkinan, dan mampu berpikir logis.
o
Mereka menjadi lebih berorientasi tujuan.
o
Mereka mungkin mengembangkan minat khusus yang merupakan sumber motivasi.
o
Perkembangan kognitif dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional anak usia sekolah.
o
Mereka mulai memahami aspek dari dunia orang dewasa seperti uang dan memberitahu waktu.
o
Mereka dapat menikmati membaca buku.
o
Mereka dapat menafsirkan konteks paragraf dan menulis cerita.
o
Mereka menghargai humor dan permainan kata.
3. Perkembangan Moral Perilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok sosialnya. Moral berasal dari bahsa latin: mores berarti tatakrama atau kebiasaan. Perilaku moral
dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal menyesuaikan pada harapan sosial. Perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya. Perilaku ini cenderung terlihat pada kanak-kanak. Ketika masih kanak-kanak, anak tidak diharapkan untuk mengenal seluruh tata krama dari suatu kelompok. Begitu anak memasuki usia remajadan menjadi anggota suatu kelompok, anak dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan kelompoknya. Tingkah laku yang sesuai dengan aturan tidak hanya sesuai dengan dasar-dasar yang ditetapkan secara sosial tetapi juga perlu diikuti secara suka rela. Hal ini terjadi pada otoritas eksternal maupun internal. Dalam perkembangan moral kelak anak-anak harus belajar mana yang benar dan mana yang salah. Kemudian, begitu anak bertambah besar, ia harus tahu alasan mengapa sesuatu dianggap benar sementara yang lain tidak. Dengan demikian, anak perlu dilibatkan dalam aktivitas kelompok, tetapi yang terpenting tetap perlu mengembangkan harapan melakukan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Jadi, menurut piaget relativitasme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih sadar bahwa dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu, berbohong tidak selalu buruk.
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan moral moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini oleh Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang laindan untuk mempertahankan hubungan-hubunganyang baik. Dalam tahap kedua, kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan. Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
4. Perkembangan Spiritual Donna L. Wong, dkk, menyatakan bahwa keyakinan Spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan etis dalam konsep diri anak dan, oleh karena itu, harus dipertimbangkan sebagai bagian dan pengkajian kebutuhan dasar anak. Anak-anak perlu memiliki arti, tujuan, dan harapan dalam hidupnya. Tidak hanya itu, mereka juga membutuhkan pengakuan dan pemberian maaf, sekalipun pada anak yang masih sangat kecil