BAB I PENDAHULUAN
Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada kelompok umur pediatri dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang merupakan suatu serangan mendadak yang dapat nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktifitas motorik motorik abnorm abnormal, al, kelaina kelainan n perilak perilaku, u, gangg gangguan uan sensoris sensoris,, atau disfung disfungsi si outono outonom. m. Beberap Beberapaa kejang kejang ditandai ditandai oleh oleh gerakan gerakan abnorm abnormal al tanpa tanpa kehilan kehilangan gan atau gangg gangguan uan kesadaran. kesadaran. Kebanyakan Kebanyakan kejang pada anak-anak disebabkan oleh gangguan gangguan somatik yang berasal dari luar otak seperti demam tinggi, tinggi, infeksi, pingsan, pingsan, trauma kepala, kepala, hipoksia, hipoksia, toksin, toksin, atau aritmia aritmia jantung jantung.. Keadaa Keadaan n lain seperti seperti gangg gangguan uan pernafa pernafasan san dan refluks refluks gastroesofageal juga dapat menyebabkan kondisi yang menstimulasi terjadinya kejang. Sedangkan kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa, pada sekitar 2% sampai 5% dari jumlah anak-anak. Kejang demam biasanya terjadi pada umur antara 3 bulan sampai 5 tahun dimana kejang berhubung berhubungan an dengan dengan adanya demam tetapi tanpa adanya infeksi atau gangguan intrakranial. Kejang demam pada anakanak yang sebelumnya pernah menderita kejang tanpa demam tidak dimasukkan pada kejan kejang g dema demam. m. Kejan Kejang g dan dan dema demam m juga juga bisa bisa terja terjadi di bersa bersamaa maan n pada pada menin meningi gitis tis,, ketidak ketidakseim seimban bangan gan elektro elektrolit, lit, ensefalo ensefalopati pati,, dan kondisi kondisi lain yang diakibat diakibatkan kan oleh oleh gangguan sistem saraf pusat, dalam hal ini tidak disebut kejang demam. Kejang Kejang demam demam yang yang berlang berlangsung sung singkat singkat umuny umunyaa tidak tidak berbah berbahaya aya dan tidak tidak menimbulka menimbulkan n gejala sisa tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya biasanya disertai dengan dengan apneu, apneu, meningkatnya meningkatnya kebutuhan kebutuhan oksigen oksigen dan energi energi untuk kontrak kontraksi si otot otot skelet skelet yang akhirny akhirnyaa terjadi terjadi hipoksem hipoksemia, ia, hiperkap hiperkapnia, nia, asidosis asidosis laktat laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusak kerusakan an sel neuron neuron otak. otak. Kerusak Kerusakan an pada pada daerah daerah mesial mesial lobus lobus tempora temporalis lis setelah setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian
1
hari, sehingga terjadi serangan epilepsi spontan. Jadi kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi 5.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38
o
C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. ekstrakranial. Pada tahun
1980 1980 sebuah sebuah konfere konferensi nsi konsens konsensus us (The Consens Consensus us Develop Developmen mentt Panel Panel on Febrile Febrile Convulsions) yang diadakan oleh National Institutes of Health mendefinisikan kejang demam sebagai kejadian kejang yang terjadi pada masa anak-anak yang biasanya terjadi antara umur tiga bulan dan lima tahun yang dikaitkan dengan kenaikan suhu tubuh tanpa adanya bukti infeksi SSP. 1,2,3,4,5,7,8,10,13 . Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam perlu dipikirkan kemungkinan lain misalny misalnyaa infeksi infeksi SSP, SSP, epilepsi epilepsi yang yang kebetul kebetulan an terjadi terjadi bersama bersama demam. demam. Bila demam demam disebabkan proses intrakranial, bukan disebut sebagai kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Bila kejang demam didahului diare hebat, perlu dipikir dipikirkan kan kemung kemungkina kinan n bahwa bahwa kejang kejang bukan bukan disebab disebabkan kan demam demam melaink melainkan an karena karena gang ganggu guan an
meta metabo bolic lic
misal misalny nyaa
hipon hiponatr atrem emia, ia,
hiper hipernat natre remia mia,,
hipok hipokals alsem emia, ia,
dan dan
hipoglikemia. Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi tinggi dapat menyebabkan menyebabkan terjadinya terjadinya bangkitan bangkitan kejang. kejang. Terjadinya Terjadinya bangkitan bangkitan kejang demam bergantung bergantung pada umur, tinggi tinggi serta cepatnya cepatnya suhu meningkat meningkat (Wegma (Wegman, n, 1939 1939 ; Prichard Prichard dan McGreat McGreat,, 1958). 1958). Faktor Faktor heredita hereditass juga juga mempun mempunyai yai peranan. peranan. Lennox-Buc Lennox-Buchthal hthal (1971) (1971) berpendapat berpendapat bahwa kepekaan kepekaan terhadap terhadap bangkitan bangkitan kejan kejang g demam demam dituru diturunk nkan an oleh oleh sebua sebuah h gen gen domi domina nan n deng dengan an penet penetras rasii yang yang tidak tidak sempur sempurna. na. Lennox Lennox (1949) (1949) berpen berpendap dapat at bahwa bahwa 41,2 41,2 % anggot anggotaa keluarg keluargaa pender penderita ita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3 %. 2.2 2.2. Epidem idemio iolo logi gi
Kejang demam terjadi pada 2-4% dari populasi anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun (kebanyakan antara umur 6 dan 18 bulan) 1,3,4,7,10,11,13. Di Amerika antara 2-5% anakanak mengalami kejang demam pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Sekitar 70-75% merupakan kejang demam sederhana. 20-25% merupakan kejang demam kompleks. Dan sekit sekitar ar sepe seperti rtiga ga dari dari pasie pasien n ini meng mengala alami mi sediki sedikitn tnya ya satu satu kali kali keka kekamb mbuh uhan. an. Di internasional internasional angka yang serupa juga ditemukan pada negara berkembang, berkembang, walaupun 3
mungkin di negara Asia frekuensinya lebih besar. Lebih dari 90 % dari kejang demam adal adalah ah keja kejang ng umum umum,, kura kurang ng dari dari 5 meni menitt dan dan terj terjad adii awal awal pada pada peny penyak akit it yang yang menyebabkan demam. Penyakit pernafasan akut merupakan hal terbesar yang dikaitkan dengan kejang demam. Gastroenteritis khususnya yang disebabkan oleh Shigella atau Camp Campyl ylob obac acte terr dan dan infe infeks ksii trak traktu tuss urin urinar ariu iuss meru merupa paka kan n peny penyeb ebab ab yang yang lebi lebih h sedikit1,3,8,9,12,13. Kejang demam jarang (sekitar 1-2,4%) menjadi epilepsi atau kejang non febril pada umur dewasa. Kemungkina Kemungkinan n untuk menjadi epilepsi lebih besar jika kejang demam mempunyai manifestasi yang kompleks antara lain durasi lebih dari 15 menit, lebih dari satu kali kejang dalam sehari. Faktor lain yang memperburuk yaitu onset awal dari kejang (sebelum umur 1 tahun), riwayat keluarga epilepsi. Dan walaupun dengan adanya faktor tersebut, risiko mengalami epilepsi setelah kejang demam itu masih sangat rendah yaitu sekitar 15-20%1.
Etiologi dan Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu ener energi gi yang yang dida didapa patt dari dari metab metabol olism isme. e. Bahan Bahan baku baku untu untuk k meta metabo bolis lisme me otak otak yang yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan deng dengan an pera perant ntar araa aan n fung fungsi si paru paru-p -par aru u dan dan dite diteru rusk skan an
ke otak otak mela melalu luii sist sistem em
kardiovaskuler 5. Kejang demam terjadi pada anak pada saat perkembangan ketika ambang kejangnya rendah. Untuk bisa mengerti bagaimana panas atau demam bisa memicu kejang, dan bagaimana bagaimana anak mengalami mengalami kondisi ini, dan bagaimana bagaimana 70% dari semua kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak, seseorang harus mengerti bahwa setiap otak mempunyai keunika keunikan n ambang ambang batas. batas. Sebagai Sebagai contoh contoh,, setiap setiap orang orang akan mengal mengalami ami kejang kejang jika demamnya demamnya cukup tinggi. Sekali Sekali ambang ini dicapai gangguan gangguan elektrikal dalam otak akan mempengaruhi fungsi motorik dan mental 10. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibat Akibatnya nya konsen konsentras trasii K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah, rendah, sedangkan di luar sel neuron neuron terdapat keadaan keadaan
4
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel neuron, maka terdapat perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan perbedaan potensial potensial yang disebut disebut potensial potensial membran membran sel neuron. neuron. Untuk menjaga menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel5. Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh: 1.perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler 2.rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3.perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan 5. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1° 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksig oksigen en akan akan menin meningk gkat at 20%. 20%. Bila Bila terja terjadi di kena kenaika ikan n suhu suhu akan akan terja terjadi di peru peruba bahan han keseimbangan membran sel, akan terjadi difusi dari ion Kalium dan Natrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh seluruh sel maupun maupun membra membran n sel tetangg tetangganya anya dengan dengan bantua bantuan n neurotr neurotransm ansmiter iter dan terjadilah terjadilah kejang. kejang. Tiap anak mempunyai mempunyai ambang kejang yang berbeda berbeda dan kejang terjadi dari tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak yang memiliki ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 Oc atau lebih.
Manifestasi Klinis
Menurut J. Gordon Millichap dan Jerry A. Collifer, kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks 6,8. Kejang demam sederhana biasanya dikaitkan dengan : -
temperatur tubuh yang meningkat secara cepat diatas 38°C. -
kejan kejang g biasa biasany nyaa bersi bersifat fat umu umum, m, ton tonik ik klo klonik nik dan dan berla berlang ngsu sung ng kur kuran ang g dari dari 15 15 menit menit..
-
Tidak idak ada ada kelai kelaina nan n yang yang perma permane nen n atau atau sebe sebelu lumn mnya ya tida tidak k menun menunju jukk kkan an keja kejang ng tanpa panas
-
Kejang ini biasanya terjadi pada umur penderita 6 bulan sampai 5 tahun.
5
-
Dema Demam m dan dan atau atau kejan kejang g tidak tidak dise diseba babk bkan an oleh oleh men mening ingiti itis, s, ense ensefal faliti itiss atau atau peny penyak akit it yang mempengaruhi otak 2,4,6,7,8,9,12 .
Pada kejang demam kompleks biasanya: -
Kejang bersifat lokal,
-
Lama kejang lebih dari 15 menit.
-
Kejang pertama kali umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
-
Adanya gejala dari kelainan neurologis yang permanen.
-
Dalam 24 jam serangan kejang lebih dari 1 kali. -
Dan ada riwayat epilepsi di keluarga termasuk ayah, ibu dan saudara kandung2,4,6,7,8,10,12. Sekitar 30-50% anak mengalami kekambuhan kejang dengan episode kejang dengan
demam. Kejang demam sederhana dikatakan memiliki faktor risiko yang kecil untuk menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko untuk menjadi epilepsi antara lain kejang yang atipikal, riwayat keluarga epilepsi awal kejang demam kurang dari umur 9 bulan, perkembangan milestone yang terhambat dan adanya kelainan neurologis. neurologis. Insiden untuk menjadi epilepsi ini sekitar 9% ketika terdapat terdapat beberapa beberapa faktor risiko dan hanya 1% pada anak tanpa faktor risiko 2. 2.3 2.3. Fakto ktor Ris Risiko iko
Faktor Faktor risiko kejang demam demam yang penting penting adalah adalah demam. Selain Selain itu terdapat terdapat faktor faktor riwayat riwayat kejang kejang demam demam pada pada orang orang tua atau saudara saudara kandun kandung, g, perkemb perkembang angan an terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. 2.6 2.6 Peme Pemeri riks ksaa aan n Fisik Fisik
-
Penyebab dasar dari demam harus dilihat -
Peme Pemeri riks ksaa aan n fisi fisik k yang yang telit telitii seri sering ng meng mengun ungk gkap apka kan n otit otitis is media media,, fari faring ngit itis is atau virus sebagai penyebab demam
-
Evalu Evaluasi asi serial serial dari dari stat status us neuro neurolo logi giss pas pasien ien adala adalah h sang sangat at penti penting ng
-
Meme Memerik riksa sa tand tandaa menin meninge geal al sebag sebagaim aiman anaa tand tandaa trau trauma ma ata atau u inge ingesti sti zat zat tok toksik sik
6
2.7 2.7 Riwa iwayat
Yang Yang harus harus dicari dicari adalah adalah tipe dari kejang kejang (umum atau lokal) lokal) durasiny durasinyaa harus harus digambarkan untuk membedakan antara kejang demam sederhana dengan kompleks dan paparan paparan yang potensial untuk sakit. Riwayat penyebab dari demam, apakah karena virus, gastroenteritis harus bisa diterangkan. Antibiotik yang pernah digunakan merupakan bagian yang penting sebab sebagia sebagian n mengo mengobati bati meningi meningitis tis sehingg sehinggaa harus harus diteliti diteliti.. Pencari Pencarian an terhada terhadap p riwayat riwayat kelainan neurologis, perkembangan yang terhambat dan penyebab lain yang potensial dari kejang8. 2.7 Kompl Komplika ikasi si Keja Kejang ng Dema Demam m
1.
Mesia sial te temporal ral sk sklero lerosi sis. s. Hipoksia dan iskemia terjadi pada kejang demam yang lama pada anak dikatakan menjadi faktor yang bertanggungjawab pada terjadinya mesial temporal sklerosis, yang menimbulkan gejala kejang parsial dengan gejala yang kompleks (epilepsi psikomotor). psikomotor). Hubungan Hubungan ini ini belum belum dapat dibukt dibuktikan. ikan. Meldrum : kejang 30 menit → mesial temporal Sclerosis
2.
→ 90% temporal lobe epilepsi
Kejang demam berulang Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang demam berkisar antara 25 %-50%. Faktor terpenting untuk memperkirakan berulangnya kejang demam adalah umur anak pada saat kejang terjadi pertama kali. Anak yang mendapatkan kejang pertama kali kali pada umur 1 tahun tahun atau kurang kurang mempunya mempunyaii kemungkinan kemungkinan sebesar sebesar 65% mendapatkan mendapatkan kejang demam kembali. Hal ini berbeda dengan apabila onset kejang antara umur 1 sampai 2 ½ tahun kemungkinan berulangnya kejang sebesar 35% dan menjadi 20% apabila onset kejangnya setelah 2 ½ tahun. Angka berulangnya kejang demam juga meningkat pada anak yang memiliki perkembangan yang abnormal sebelum kejang pertama dan pada anak yang memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami kejang tanpa demam. MARVIN Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan : -
Pada Pada anak anak beru berumu murr kuran kurang g dari dari 13 tahun tahun,, terul terulang angny nyaa kejan kejang g pada pada wan wanita ita 50 % dan pada pria 33 %.
7
-
Pada Pada anak anak beru berumu murr antar ntaraa 14 bula bulan n dan dan 3 tahu tahun deng dengan an riwa riwaya yatt kelu keluar arg ga adanya kejang, terulangnya kejang adalah 50 %, sedang pada tanpa riwayat kejang 25 %.
Faktor risiko terjadinya kejang demam berulang a.
Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b.
Usia kurang kurang dari dari 18 bulan. bulan. c.
Ting Tinggi giny nyaa suhu suhu badan badan sebel sebelum um kejan kejang. g. Makin Makin tingg tinggii suhu suhu sebel sebelum um kejan kejang g demam makin kecil resiko berulangnya kejang demam.
d.
Laman amanya ya demam emam sebe sebelu lum m kejan ejang g. Makin akin pend pendek ek jara jarak k anta antara ra mulai ulainy nyaa demam demam dengan dengan terjadi terjadinya nya bangkit bangkitan an kejang kejang demam, demam, makin makin besar besar risiko risiko berulangnya berulangnya kejang kejang demam. demam.
Bila ada 3 faktor, kemungkina kemungkinan n kejang demam berulang kembali kembali adalah 80%. Bila sama sekali tidak terdapat faktor tersebut, risiko kejang demam kembali adalah 10-15%. Kemungkinan kejang demam kembali paling besar pada tahun pertama. 3.
Epilepsi Anak yang mendapatkan kejang demam risikonya meningkat untuk menjadi epilepsi
dibandingkan dengan anak tanpa riwayat kejang demam. Anak yang mendapatkan kejang fokal, fokal, kejang kejang lama dan episode episode berulan berulang g dari dari kejang kejang demam demam memilik memilikii kemung kemungkin kinan an sebesar 25% menjadi epilepsi sampai umur 25 tahun. MARVINAngka kejadian epilepsi berbeda-beda, berbeda-beda, tergantung tergantung dari cara penelitian, penelitian, misalnya Lumbantobing Lumbantobing (1975) (1975) pada penelitiannya penelitiannya mendapatkan mendapatkan 6 %, sedangkan sedangkan Livingstone Livingstone (1954) (1954) mendapatkan mendapatkan dari golongan kejang demam sederhana hanya 2,9 % yang menjadi epilepsi dan dari golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97 % yang menjadi epilepsi. Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah : a.
Perk Perkem emb bang angan sara saraff terg tergan ang ggu
b.
Kejang demam kompleks kompleks
c.
Riwayat epilepsi dalam keluarga Masing-masing Masing-masing faktor risiko meningkatkan meningkatkan kemungkinan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%. Adanya ketiga faktor-faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi menjadi 10-15%. 10-15%. Kemungkinan Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan dengan pemberian pemberian obat rumat pada kejang demam. UKK 4.
Todd’ paresis
8
Merupakan kelemahan yang terjadi setelah kejang dan timbul setelah kejang demam 1 kali atau 2 kali. Kelemahan ini biasanya sembuh setelah 24 - 48 jam atau setelah 1 minggu. 5.
Gangguan int intelegensia Yang mengalami kelainan ini adalah anak-anak yang sebelumnya sudah menderita gang ganggu guan an neur neurol olog ogis is dan dan gang ganggu guan an perke perkemb mban anga gan. n. Gang Ganggu guan an belaj belajar ar dan dan kebiasaan, kebiasaan, retardasi mental, mental, dan defisit motorik motorik serta koordinasi koordinasi dilaporkan dilaporkan pada anak dengan skuele kejang demam. Angka insiden dari komplikasi ini sangat rendah pada anak normal normal yang mendapatkan mendapatkan kejang demam sederhana. sederhana. Tidak ada peningkatan peningkatan insiden dari retardasi mental pada anak yang hanya mendapatkan mendapatkan kejang demam dan pada anak yang normal sebelum timbul kejang pertama. Dari suatu suatu penelit penelitian ian terhada terhadap p 431 431 pender penderita ita dengan dengan kejang kejang demam demam sederhan sederhana, a, tidak tidak terdapat kelainan pada IQ, tetapi pada penderita kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologi akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya (Milichap, 1968). Apabila kejang demam demam diikuti diikuti dengan dengan terulan terulangn gnya ya kejang kejang tanpa tanpa demam, demam, retarda retardasi si mental mental akan terjadi 5 kali lebih besar ( Nelson dan Ellenberg). Kejang lama atau fokal dapat membentuk skuele di otak.
6.
Hemiparesis Hemi Hemipar paresi esiss biasa biasany nyaa terja terjadi di pada pada pend pender erita ita yang yang meng mengal alami ami keja kejang ng lama lama ( berl berlan ang gsung sung leb lebih dari dari sete seteng ngah ah jam) jam) baik aik bers bersif ifat at umu umum atau atau fok fokal. al. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu minggu timbul spastisitas. Millichap (1968) (1968) melaporkan dari 1190 anak yang menderita kejang demam, hanya 0,2 % saja yang mengalami hemiparesis sesudah kejang lama. Diagnosis Banding
Epidural hematom -
Infeksi ep epidural da dan su subdural
-
Meningitis
-
Bakteremia dan sepsis 9
-
Status ep epilepticus
Pemeriksaan Penunjang
1.
Peme Pemerik riksaa saan n labo laborat rator orium ium beru berupa pa pemer pemeriks iksaan aan darah darah tepi tepi leng lengka kap, p, elektro elektrolit lit
dan glukosa darah dapat dilakukan, walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti. Hitung leukosit diatas 20.000 20.000 µL atau pergeseran kekiri yang ekstrim mungkin berhubunga berhubungan n dengan bakteremia. bakteremia. Hitung sel lengkap lengkap dan kultur kultur darah mungkin mungkin merupa merupakan kan pemerik pemeriksaan saan yang yang cocok. cocok. Mening Meningitis itis harus harus dising disingkirk kirkan. an. Pasien Pasien dengan dengan bakterial bakterial meningitis meningitis bisa menampakka menampakkan n demam dan kejang. kejang. Tanda dari meningitis meningitis (seperti fontanella yang menonjol, kaku kuduk, stupor) mungkin mungkin tidak ada terutama pada anak dibawah 18 bulan 1. -
Peme Pemeri riks ksaa aan n lab rutin rutin bias biasan anya ya tida tidak k diind diindik ikas asik ikan an kecu kecual alii dipe diperl rluk ukan an untuk mencari penyebab demam
-
Penil Penilaia aian n ele elektr ktrol olit it jara jarang ng memb memban antu tu dalam dalam eval evaluas uasii kejan kejang g dem demam am
-
Pasie asien n deng engan keja kejang ng dema demam m mem mempuny punyai ai insid insideen bakte aktere remi miaa miri mirip p dengan hanya dengan demam 5.
Lumbal Punksi Sete Setelah lah meng mengont ontro roll dema demam m dan dan meng menghe henti ntika kan n kejan kejang, g, seor seorang ang dokt dokter er haru haruss memutuskan apakah akan melakukan lumbal punksi. Indikasi pungsi lumbal pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Fakta bahwa seseorang mempunyai mempunyai riwayat riwayat kejang demam sebelumnya sebelumnya tidak menyingkirka menyingkirkan n mening meningitis itis sebaga sebagaii penyeb penyebab ab kejang kejang yang terjadi. terjadi. Semakin Semakin muda muda usia anak semakin penting dilakukan, dilakukan, karena pemeriksaan pemeriksaan fisik kurang reliabel dalam mendiagnosis mendiagnosis meni mening ngiti itis. s. Lumb Lumbal al punk punksi si sehar seharus usny nyaa dilak dilakuk ukan an jika jika usia usia anak anak dibaw dibawah ah 2 tahun tahun,, penyembuh penyembuhan an lambat, atau jika hal lain sebagai sebagai penyebab penyebab demam tidak ditemukan ditemukan1. Pelaksanaan lumbal punksi kontroversi pada pasien dengan kejang demam sederhana. Dan perlu dilakukan pada jika dicurigai terjadi meningitis walaupun kejang bukan satusatun satunya ya tanda tanda menin meningi gitis tis.. Bebe Beberap rapaa litera literatu turr mela melapo porka rkan n kuran kurang g dari dari 5% insid insiden en meningitis pada anak-anak menimbulkan kejang dan demam 5,11. Bila pasti bahwa kejang tersebut bukan disebabkan meningitis, pungsi lumbal tidak perlu dilakukan. Kemamp Kemampuan uan menega menegakka kkan n atau menyin menyingki gkirka rkan n diagnos diagnosis is mening meningitis itis bervari bervariasi asi tergantung pengalaman dokter. Rekomendasi yang dapat digunakan adalah :
10
-
Bayi ayi kuran urang g dari dari 12 bulan bulan haru haruss dila dilaku kuka kan n pun pungsi lum lumbal bal kare karena na geja gejala la meningitis sering tidak jelas.
-
Bayi Bayi anta antara ra 12-1 12-18 8 bulan bulan dian dianju jurk rkan an untu untuk k melak melakuk ukan an pung pungsi si lumb lumbal al kecu kecual alii pasti bukan bukan meningitis. meningitis.
-
Bayi Bayi lebi lebih h dari dari 18 bula bulan n umum umumny nyaa geja gejala la meni mening ngit itis is suda sudah h terli terliha hatt denga dengan n jelas. Bila Bila pasti bukan bukan meningitis meningitis pungsi pungsi lumbal lumbal tidak dianjurka dianjurkan. n.
3.
Peme Pemeri riks ksaa aan n foto foto kepa kepala la,, CT Scan Scan dan dan / MRI MRI tida tidak k dian dianju jurk rkan an pada pada anak anak
tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT Scan atau MRI boleh dilakukan pada kasus dengan kelainan neurologis atau kasus dengan kejang fokal untuk mencari lesi organic di otak. CT scan biasanya tidak tidak perlu perlu dalam dalam evalu evaluasi asi pada pada anak anak deng dengan an kejan kejang g dema demam m seder sederha hana na yang yang pertama kali. CT CT scan dilakuka dilakukan n pada pasien dengan dengan kejang demam kompleks. kompleks. 3.
Peme Pemerik riksaa saan n elektro elektroen ensef sefalo alogr grafi afi (EEG) (EEG) juga juga tidak tidak perlu perlu pada eval evaluas uasii rutin rutin
pada anak dengan kejang demam sederhana sederhana pertama kali. EEG tidak dapat memprediksi memprediksi kemungkina kemungkinan n berulangnya berulangnya kejang atau memperkirakan memperkirakan kemungkina kemungkinan n terjadinya epilepsi di kemudian hari. Oleh sebab itu, pemeriksaan EEG pada kejang demam demam tidk direkom direkomend endasik asikan. an. Pemerik Pemeriksaan saan EEG masih masih dapat dapat dilakuk dilakukan an pada pada kead keadaan aan kejan kejang g demam demam yang yang tidak tidak khas khas atau atau deng dengan an fakto faktorr risik risiko o menja menjadi di epilepsi2,5. Pengobatan A. Peng Pengob obat atan an Pad Pada a Saat Saat Kej Kejan ang g
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang. Diazepam rektal dapat diberikan di rumah. Dosis diazepam rektal adalah : -
Dosis Dosis 5 mg untu untuk k ana anak k di di bawa bawah h 3 tahun tahun atau atau dos dosis is 7,5 7,5 mg mg untu untuk k anak anak di atas atas usia 3 tahun, atau
-
Dosis Dosis 5 mg untu untuk k ber berat at bad badan an kur kurang ang dari dari 10 10 kg dan dan 10 10 mg mg untu untuk k ber berat at bad badan an lebih dari 10 kg, atau
-
0,5 - 0,75 mg/kg BB/kali
Di rumah, maksimum diberikan diberikan 2 kali berturutan dengan dengan jarak 5 menit. Hati-hati dengan depresi pernafasan. Diazepam juga dapat diberikan dengan suntikan intravena sebanyak 0,2 - 0,5 mg/kg BB. Berikan perlahan-lahan, dengan kecepatan 0,5 - 1 mg per menit. Bila kejang berhenti sebelum dosis habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
11
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam jangan diberikan secara intramu intramusku skular lar karena karena tidak tidak diabsor diabsorbsi bsi denga dengan n baik. baik. Bila Bila tetap tetap masih masih kejang, kejang, berikan berikan fenitoin intravena sebanyak sebanyak 15 mg/kg BB perlahan-lahan. perlahan-lahan. Bila masih tetap kejang, rawat di ruang rawat intensif, berikan pentobarbital dan pasang ventilator bila perlu. Bila kejang sudah berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam yang memerlukan pengobatan pengobatan rumat rumat atau atau cukup cukup pengobatan pengobatan intermiten. intermiten. B. Peng engobat obatan an Rum Ruma at
Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan secara terus-menerus untuk waktu yang cukup lama. -
Obat bat ruma rumatt yang yang dapa dapatt menu menuru runk nkan an risik risiko o beru berula lang ngny nyaa keja kejang ng dema demam m hany hanyaa fenobarbital atau asam valproat. Semua obat antikonvulsan lain tidak bermanfaat untuk mencegah berulangnya kejang demam.
-
Dosis sis valproa roate adal adalaah 15 - 40 mg/kg /kg BB/har /harii dibag ibagii 2 - 3 dosis sed sedangk ngkan fenobarbital 3 - 5 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis.
-
Peng Pengob obata atan n ruma rumatt cuku cukup p dibe diberik rikan an selam selamaa 1 tahu tahun, n, kec kecua uali li pada pada kasu kasuss yang yang sang sangat at selektif.
-
Pema Pemaka kaia ian n feno fenoba barb rbit ital al setia setiap p hari hari dapat dapat meni menimb mbul ulka kan n gang ganggu guan an peril perilak aku u dan kesulit kesulitan an belajar belajar.. Sedang Sedangkan kan pemakai pemakaian an asam valproat valproat pada pada usia kurang kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan gangguan hati. Bila memberikan valproate periksa SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, 1 bulan, kemudian 3 bulan.
-
Peng Pengob obat atan an rumat rumat hanya hanya dibe diberi rika kan n bila bila keja kejang ng dema demam m menun menunju jukk kkan an ciri ciri seba sebaga gaii berikut berikut : 1.
Kejang lama > 15 menit
2.
Anak nak mengal ngalam amii kela kelain inaan neur neurol olog ogis is yang ang nyat nyataa sebe sebelu lum m atau atau sesu sesuda dah h kejang, kejang, misalnya hemiparesis, hemiparesis, todd’s paresis, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus
-
3.
Kejang fokal
4.
Bila ada keluarg keluargaa sekan sekandun dung g atau orang orang tua tua yang yang mengal mengalami ami epilepsi epilepsi..
Peng engobat obatan an ruma rumatt tida tidak k haru haruss diber iberik ikan an teta tetapi pi dap dapat diper iperti timb mban ang gkan kan dala dalam m keadaan : 1.
Keja Kejang ng ber berul ulan ang g 2 kal kalii atau atau leb lebih ih dal dalam am 24 24 jam jam
2.
Bila Bila kejan kejang g dema demam m terjad terjadii pada pada bayi bayi beru berumu murr kuran kurang g dari dari 12 bul bulan. an. 12
C. Peng Pengob obat atan an Inte Interm rmit iten en
Yang dimaksud dengan pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari pemberian pemberian antipiretik antipiretik dan dan antikonvulsa antikonvulsan. n. Antipiretik Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Namun kesepakatan saraf anak menyatakan bahwa pengalaman menunjukkan bahwa antipiretik antipiretik tetap bermanf bermanfaat. aat. Antipiretik yang dapat digunakan adalah : -
Parac Paracet etam amol ol atau atau asetam asetamin inofe ofen n 10 10 - 15 mg/k mg/kg g BB/ BB/kal kalii dibe diberik rikan an 4 kali kali..
-
Ibup Ibupro rofe fen n 10 10 mg mg/kg /kg BB/ BB/k kali, ali, dib diber erik ikan an 3 kali. ali.
Antikonvulsan pada saat kejang -
Pemak emakai aian an Dia Diaze zepa pam m oral ral dosi dosiss 0,3 - 0,5 mg/k mg/kg g setia setiap p 8 jam pada pada saat saat dem demam menurunkan risiko berulangnya kejang.
-
Dapa Dapatt juga juga diber diberik ikan an diaz diazep epam am rekt rektal al deng dengan an dosi dosiss 0,5 0,5 mg/k mg/kg g BB/k BB/kal alii diber diberik ikan an sebanyak 4 kali per hari.
PROGNOSIS
Progno Prognosis sis anak anak denga dengan n kejang kejang demam demam adalah adalah bagus. bagus. Pencapa Pencapaian ian intelekt intelektual ual normal. normal. Kebany Kebanyakan akan anak akan mengal mengalami ami kejang kejang demam demam di kemudia kemudian n hari, hari, tetapi tetapi perkembanga perkembangan n ke epilepsi dan kejang tanpa demam adalah jarang. Kejang demam akan kambuh pada 50% anak yang mengalami kejang demam kurang dari 1 tahun dan 27% pada onset onset setelah setelah umur umur satu tahun tahun4,7,8. Jika tidak ditangani, 33% pasien mengalami stidaknya satu kali kekambuhan. Menurut United States National Collaborative Perinatal Project yang meneliti 1.706 anak dari baru lahir sampai umur 7 tahun yang mengalami satu atau lebih kejang demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi epilepsi adalah 1. riway riwayat at keja kejang ng tan tanpa pa dem demam am 2. adan adanya ya abnor abnorma malit litas as neurol neurolog ogis is 3. kejan kejang g dema demam m kople kopleks. ks.
13
Dari pasien yang mempunyai satu faktor risiko, 2 % berkembang menjadi epilepsi dan pada pasien yang memiliki 2 atau lebih faktor risiko, 10% berkembang menjadi epilepsi3,4,8.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Moe Moe P.G. P.G.,, Seay Seay A.R. A.R. Neur Neurol olog ogic ic & Muscu Muscula larr Diso Disord rder. er. In: Curre Current nt Pedia Pediatri tricc Diagnosis & Treatment. Editor: Hay W.W et al. eds 16 th. 2003. USA. Lange Medical Books/McGrow-Hill. p 717-45.
2. Johnsto Johnston n M.V. Seizures Seizures in Childhoo Childhood. d. In: Nelson Nelson Textbook Textbook of Pediatrics Pediatrics.. Editor: Editor: Behrman, Kliegman, Jenson. Eds 17 th. 2004. Pensylvania. Saunder. p 1993-2011.
3. Gasco Gascon n G.G. G.G.,, Mika Mikati ti M.A. M.A. Seizu Seizure ress and Epile Epilepsy psy.. In: In: Textb Textboo ook k of Clini Clinical cal Pediatrics. Editor: Elzouki AV, Hanfi HA, Nazer H. 2001. Philadephia. William & Wilkins. p 1414-24.
4. Behrm Behrman an R.E. R.E.,, Klieg Kliegma man n R.M. R.M. Nelson Nelson Essent Essential ialss of Pedia Pediatri trics. cs. eds 4th. 2002. Pennsylvania. WB Saunders Company. p 793-800.
5. Bagian Bagian Ilmu Keseha Kesehatan tan Anak Anak FK UI. Buku Buku Kuliah Kuliah Ilmu Kesehata Kesehatan n Anak. Jilid Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-55.
6. Kari I.K. I.K. Kejang Demam. Demam. Dalam: Dalam: Pedoman Pedoman Diagnosis Diagnosis dan Terapi Terapi Ilmu Kesehatan Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar. Editor: Sudaryat, Soetjiningsih. Cetakan II. 2000. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah. Hal 198-204.
7. Anon Anonim im.. Febri Febrill Convu Convulsi lsion ons. s. www.patient.co.uk/showdoc/40000513/ www.patient.co.uk/showdoc/40000513/.. Access: 27 April 2005.
8. Zempsky
W.T.
Pediatrics,
Febril
Zeisures.
www.emedicine.com/emerg/topic376.htm.. Last www.emedicine.com/emerg/topic376.htm ast updat pdated ed:: Octob ctobeer 14, 200 2004. Access: April 27, 2005.
15
9. Seamens Seamens C.M., C.M., Slovis Slovis C.M. Seizurez Seizurez:: Classifi Classificati cation on and Diagnosi Diagnosis. s. www.allergyconsult.com/secure/textbookarticles/textbook/43_seizures.htm . Access: April 27, 2005.
10. Dannenberg
B.W.
Seizures
Disorders.
www.thrombosis-
consult.com/secure/textbookarticles/textbook/11_seizures.htm . Access: April 27, 2005.
11. Anonim.
Management
&
Tratment
of
Febrile
Seizures.
http://home.coqui.net/myrna/febsrz.htm.. Access: April 27, 2005. http://home.coqui.net/myrna/febsrz.htm
12. 12. Baum Bauman ann n R. Febr Febril ilee Sizu Sizure res. s. www.emedicine.com/neuro/topic134.htm Last updated: February 14, 2005. Access: April 27, 2005.
13. Camfield
C.S.,
Camfield
P.R.
epilepsy.org/ctf/febrile_convulsions.html
Febrile
Seizures.
www.ilae-
Last Last upda update ted: d: Dece Decemb mber er 1, 200 2002.
Access: April 27, 2005.
16
LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien
Nama
:
Putu Anggi Anggi
Umur
:
1 tahun 6 bulan
Jenis kelamin
:
Laki-laki
Alamat
:
Perum Padmayani Blok C Denpasar
MRS
:
27 Juni 2005 (jam )
II. Heteroanamnesis Heteroanamnesis Keluhan utama : kejang
Pasien merupakan kiriman dari Sp.A dengan diagnosis Kejang Demam Kompleks. Pasien dikeluhkan kejang sebanyak 3 kali yaitu : Kejang 1
: kejang terjadi pada pukul 15.00 ( …jam SMRS) berlangsung kurang lebih 5 menit, kaki dan tangan mengalami kejang tonik klonik, Mata mendelik ke atas, simetris, mulut tdak mengeluarkan buih, berhenti spontan panas (+), setelah kejang pasien sadar baik, kebiruan pada sirkum oral (-)
Kejang 2
: kejang terjadi pada pukul pukul 15.15, 15.15, selama ± 1 menit, gejala sama seperti kejang pertama.
Kejang 3
: kejang terjadi pada pukul 18.00, selama kurang lebih 1 menit, gejala sama seperti kejang pertama.
Sebelum Sebelumnya nya pasien pasien dikelu dikeluhka hkan n panas panas tinggi tinggi mendad mendadak ak yaitu yaitu pada pada pukul pukul 08.00 08.00.. Panas tidak turun dengan penurun panas. Menggigil (-), berkeringat (-). Pasien juga dikeluhkan mencret sejak pukul 15.00, frekuensi kurang lebih 6 kali, dengan volume ± ¼ gelas/kali, darah (-), lendir (-) ampas (-). Bau asam (-) Muntah (-), batuk dan pilek (-). Makan/minum menurun setelah sakit. BAK (+) normal, BAK terakhir kurang lebih ½ jam SMRS. pada puku pukull 17.20 17.20 ke Sp.A Sp.A,, dibe diberi ri Diaz Diazep epam am (Ste (Stesol solid) id) dan dan Riwayat pengobatan : pada paracetamol paracetamol (Dumin),k (Dumin),kemudia emudian n dirujuk dirujuk ke RS. RS. Sanglah Sanglah Riwayat Riwayat penyakit penyakit sebelumny sebelumnya a : pasien memiliki riwayat kejang dengan panas pada
umur kurang lebih 5 bulan, kejang berlangsung kurang lebih 3 menit, tangan dan kaki menghentak, setelah kejang pasien sadar baik.
17
Riwayat penyakit dalam keluarga : ayah pasien pernah menderita kejang dengan panas
sewaktu kecil Riwayat persalinan : lahir spontan ditolong bidan, BBL 3800 gram, langsung menangis,
kelainan (-). Riwayat imunisasi : lengkap sesuai umur. Riwayat nutrisi :
ASI
: 0 – 3 bulan
PASI
: 3 bu bulan – sekarang
Nasi tim
: 4 bulan bulan – 9 bulan bulan
Makanan dewasa : 10 bulan - sekarang
III. Pemeriksaan Fisik
Status Present Keadaan Umum
: tampak lemah
Kesadaran
: E1V1M3 (dalam pengaruh diazepam)
Nadi
: 140 x/menit, x/menit, regular, regular, isi cukup cukup
Respirasi
: 40 x/menit, regular.
T ax
: 40,3ºC
BB
: 12 Kg
TB
: 85 Cm
Z score : 0,1 SD (normal)
Status Generalis Kepala
: N-Cephali, UUB datar
Mata
: anemis(-), ikterus(-) Reflek pupil +/+ isokor cowong (-) strabismus (-), nistagmus (-) deviation conjugee (-) air mata (+).
THT
: NCH (-), sianosis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (+), Pharing hiperemis (+)
Leher
: Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thorak
: retraksi (-)
Cor
: S1S2 N, regular, murmur(-)
Po
: Bronkovesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheesing -/-
Abdomen
: Distensi (-), BU (+) N, H/L tidak teraba, turgor N
Extremitas
: Akral hangat (+), sianosis (-), Oedem (-) +
+
+
+ 18
Refleks Fisiologis
Reflek patologis
-
-
-
-
Kernig sign (-), Brudzinsky I/II : -/555 555
Tenaga
Tonus
555 555
N
N
N
N
IV. Pemeriksaan Penunjang
Lab DL (27 Juni 2005) WBC : 6,7
BS
: 113
HGB
: 12
Na
: 136,6
HCT
: 35,7
K
: 3,68
PLT
: 297
Cl
: 108,6
LCS (28 Juni 2005) -
Warna
:
bening
-
Kejernihan
:
jernih
-
Protein None Apelt
:
(-)
-
Protein Pandy
:
(-)
-
Jml sel Lekosit
:
1
-
Poli
:
0
-
Mono
:
1
Jml sel Eritrosit
:
(0-1)/LPB
Keadaan
:
utuh
-
Total protein
:
9
-
Glukosa
:
68
-
VDRL
:
(-)
19
FL (28 Juni 2005) MAKROSKOPIS o
Warna
: kuning
o
Lendir :
-
o
Bau
: -
o
Darah :
-
o
Konsistensi
: le lembek
MIKROSKOPIS o
Leukosit
: 3-4
o
Telor cacing
: neg
o
Eritrosit
: 1-2
o
Lain-lain
: gist cell (+)
o
Amoeba
: veg &kista (-)
Fat(+)
AGD (28 Juni 2005) pH
:
7,493
pCO2 pCO2
:
21,0
pO2
:
163,9
Na +
:
128
K+
:
3,5
Ca ++
:
0,63
Hct
:
43%
V. Asessment
Kejang Demam Kompleks e.c. Tonsilofaringitis akut + diare akut tanpa dehidrasi
VI. Therapi
-
MRS
-
IVFD Dextrose 10 % 1100 cc/hari ∼ 12 tts/mnt
-
Dumin umin rect rectal al 125 125 mg/ mg/Pa Para race ceta tamo moll sir sirup up 4 x Cth Cth I (K/P (K/P))
-
Kalpicillin injeksi 3 x 400 mg
-
Luminal oral 2 x 30 mg
-
Parasetamol 4 x ¾ cth
-
Diazepam 6 mg diencerkan diberi pelan-pelan bila kejang
20
Pdx/ LP Mx/ VS, Kejang
VII. Prognosis
Dubius et bonam.
Follow up Tanggal 27/6 27/6/2 /20 005
S
O
Kejan ejang g (+) (+)
Status present
Panas (+)
KU : tampak lemah
Mencret (+)
Kes : E1V1M3
A
- KDK e.c TPA - Diare akut
P
Th/ -IVFD D5% 12 tts/mt
Nadi : 140x/menit 140x/menit
tanpa
-Dumin rectal
RR : 40x/menit
dehidrasi
125
mg/
T ax : 40,30C
- DD/
Paracetamol
Status general
Susp.Ensefaliti
syr 4 × cth I +
Kepala : N- cephali
s
kompres
Mata : An (-), ict (-), Rp +/+
Ensefalopati +
hangat
isokor, strab (-), nist
alkalosis
- Luminal 2 ×
(-), dev.conjugee (-),
respiratorik
30 mg
cowong (-) THT : NCH (-), cyan (-)
- Amoxic Amoxicillin illin (Kalpicilin)
Tonsil T1/ T1 hip (+)
inj. IV 3 x
Pharing hip (+)
400 mg
Leher : KK (-), PK (-)
-Diazepam
Thoraks:
IV
Cor : S1S2 N, reg, m (-)
(K/P)
Po : Ves +/+, wh wh -/-, rh -/-
6
mg
(diencerkan)
Abd: Abd: dist disten ensi si (-), (-), BU (+)N (+)N,, turgor normal Ekst
: ha hangat (+ (+), cya cyan ((-)
Mx/-vital sign - kejang
21
28/6 28/6/2 /20 005
Kejan ejang g (-) (-)
Status present
Panas (+)
KU : sedang
Mencret (-)
Kes : E3V3M4
Idem
Th/ -IVFD RL 12 tts/mt
Nadi : 130x/menit 130x/menit
-Dumin rectal
RR : 40x/menit
125
T ax : 37,50C
Paracetamol
Status general
syr 4 × cth I
THT : Tonsil T 1/ T1 hip (+)
- Luminal 2 ×
Pharing hip (+)
mg/
30 mg -
Diazepam
IV
6
mg
(K/P) (diencerkan)
Mx/-vital sign 29/6 29/6/2 /20 005
Kejan ejang g (-) (-)
Status present
Panas (+)
KU : sedang
BAB 4x,
Kes : E4V5M5
kental,
Nadi : 130x/menit 130x/menit
lendir (+)
RR : 44x/menit
idem
- kejang idem
idem
idem
T ax : 39,10C Status general THT : Tonsil T 1/ T1 hip (+) Pharing hip (+) 30/6 30/6/2 /20 005
Kejan ejang g (-) (-)
Status present
Panas (+)
KU : sedang
BAB 4x,
Kes : E4V5M5
kental,
Nadi : 120x/menit 120x/menit
lendir (+)
RR : 40x/menit T ax : 36,80C
22
Status general Idem
01/7/2 /7/20 005
Kejan ejang g (-) (-)
Status present
idem
- IVFD
Panas (+)
KU : sedang
Asering 12
Mencret 5x,
Kes : iritabel
tts/menit
encer,
Nadi : 110x/menit 110x/menit
ampas (+),
RR : 40x/menit
100 cc/tiap
darah (-),
T ax : 37,20C
BAB
lendir (-)
Status general
- Pediali ialitt 50-
- Kalpicil icilllin
Mata : cowong (-)
3 x 400 mg
THT : Tonsil T 1/ T1 hip (+)
- Luminal 2
Pharing hip (+)
x 30 mg
Abd : turgor normal
- Neokalina 3 x Cth I - Lacto-B 3
02/7/ 2/7/20 200 05
Mencr encret et 3x
Status Present
Kejang (-)
KU : sedang
Asering 12
Kes : iritabel
tts/menit
Nadi : 120x/menit 120x/menit
idem
x I sachet - IVFD
- Pediali ialitt 50-
RR : 30x/menit
100 cc/tiap
T ax : 37,30C
BAB
Status general idem
- Neokalina 3 x Cth I - Lacto-B 3 x I sachet
23
03/7/2 /7/20 005
Mencr encret et 3x
Status Present
idem
Kejang (-)
KU : sedang
Asering 12
Kes : composmentis
tts/menit
Nadi : 110x/menit 110x/menit
- IVFD
- Pediali ialitt 50-
RR : 30x/menit
100 cc/tiap
T ax : 36,80C
BAB
Status general
- Kalpicil icilllin
idem
3 x 400 mg - Luminal 2 x 30 mg - Neokalina 3 x Cth I - Lacto-B 3
04/7/2 /7/20 005
Mencr encret et (-) (-)
Status Present
Kejang (-)
KU : sedang
Panas (-)
Kes : composmentis
idem
x I sachet - Neokalina 3 x Cth I
Nadi : 110x/menit 110x/menit RR : 30x/menit T ax : 36 0C Status general idem 05/7/2005
Mencret (-)
Status Present KU : sedang Kes : composmentis Nadi : 120x/menit 120x/menit RR : 30x/menit T ax : 36 0C Status general THT : Tonsil hip (-) Pharing hip (-)
24