29
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang padat profesi dan padat modal. Sekarang ini masyarakat sangat banyak membutuhkan pelayanan kesehatan yang maksimal dan efektif berupa jasa pelayanan rumah sakit Salah satu jenis pelayanan penunjang di rumah sakit adalah pelayanan radiologi yang merupakan tempat penyelenggaraan pelayanan radiologi kepada pasien yang membutuhkan, dengan menegakkan diagnosis yang cepat dan tepat dan akurat melalui pemeriksaan radiodiagnostik.
Dalam praktek kerja lapang I kali ini penulis mendapat kesempatan untuk menerapkan pembelajaran yang telah diperoleh selama waktu perkuliahan, yakni dalam bidang radiodiagnostik yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan penulis selama praktek yaitu mengenai pemeriksaan Manus yang mana banyak orang sering mengalami cedera dibagian ini yang disebabkan oleh bermacam – macam hal seperti trauma langsung, trauma tidak langsung ataupun trauma ringan. Untuk memastikan adanya cidera perlu dilakukan pemeriksaan radiologi Manus, Oleh karena itu penulis membuat satu laporan kasus yang berjudul "Pemeriksaan Manus Pada Kasus Fraktur Tulang Metacarpal Sinistra". Penulis mencoba mendeskripsikan bagaimana teknik radiografi yang berhubungan dengan kasus tesebut yang menggunakan proyeksi Posteroanterior dan Oblique.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat menarik permasalahan yang akan dibahas, yaitu
Bagaimanakah prosedur pemeriksaan radiografi Manus pada kasus Fraktur Manus pada tulang metacarpal sinistra di Instalasi Radiologi RSUD Prof.Dr Soekandar Kabupaten Mojokerto?
Apakah pemeriksaan radiografi Manus Posteroanterior dan Oblique di RSUD Prof.Dr Soekandar Kabupaten Mojokerto sudah bisa mendiagnosa adanya fraktur Manus pada tulang Metacarpal sinistra.?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah :
Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Manus pada kasus fraktur pada tulang Metacarpal sinistra.
Untuk membantu menegakkan diagnosa fraktur pada Manus.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan laporan kasus ini adalah :
Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi Manus pada tulang Metacarpal sinistra.
Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi Manus.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan kasus ini, guna mempermudah pemahaman maka sistematika penulisannya terdiri atas :
Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori meliputi anatomi, fisiologi dan patologi, teknik pemeriksaan Manus meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan bahan, proyeksi pemeriksaan meliputi proyeksi posteroanterior, proyeksi oblique dan proteksi radiasi.
Bab III Profil kasus, berisi paparan kasus yang membahas identitas pasien, tata laksana pemeriksaan meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan bahan, teknik pemeriksaan, usaha proteksi radiasi, pengolahan film.
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
DASAR TEORI
Anatomi
Ossa Manus adalah tulang tulang yang terdiri dari ossa carpalia, ossa metacarpalia dan phalanx.
Ossa Carpalia
Ossa carpalia terdiri dari bagian proksimal dan bagian distal. Bagian proksimal terdiri dari scapoid, lunatum, triquetrum, dan pisiform. Sedangkan bagian distal terdiri dari trapezium, trapezoid, capitatum dan hamatum.
Ossa metacarpalia
Ossa Metacarpal terdidri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian proximalnya berarticulasi dengan bagian distal tulang carpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang carpal dan metacarpal membuat tangan menjadi sangat flexible. Khusus di tulang metacarpal I (ibu jari) dan metacarpal II (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
Terdiri dari : caput (berarticulasi dengan phalanx), corpus dan basis (sebelah proximal berarticulasi dengan ossa carpalis). Caput lebih besar dari pada basis.
Metacarpus 1 : lebih pendek, mempunyai facies articularis berbentuk oval, berarticularis dengan multangulum majus.
Metacarpus 2 : paling panjang, basis terlebar, bentuk tak beraturan.
Metacarpus 3 : basis berbentuk segi tiga mempunyai prosesus styloideus.
Metacarpus 4 : basisnya berbentuk segi empat.
Metacarpus 5 : basisnya berbentuk segi tiga.
Sesamoid : tulang kecil yang menempel pada caput metacarpal
Phalanx
Phalanx merupakan tulang panjang mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat ada 14 phalanx pada setiap tangan, hanya thumb yang memiliki 2 phalanx dan jari yang lain masing-masing 3
Gambar. 1. Anatomi Manus
Konsep Dasar Fraktur Metacarpal
2.2.1. PENGERTIAN
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya ( brunner suddarth.2002)
Atau fraktur yang terjadi pada ujung jari karena trauma pada sendi interphalanx, atau terjadi pada metacarpal karena karena tidak tahan terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal dan dislokasi basis metacarpal I (arief mansjoer.2000)
2.2.2. PENYEBAB FRAKTUR
Trauma langsung yaitu fraktur mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang)
Trauma tak langsung misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan.
Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ada underlying desease dan disebut dengan fraktur patologis.
2.2.3. PEMBAGIAN FRAKTUR
Berdasarkan hubungan dengan dunia luar.
Fraktur komplit : Garis fraktur mengenai seluruh korteks tulang.
Fraktur tidak komplit : Garis fraktur tidak mengenai seluruh korteks
Berdasarkan jenisnya
Closed frakture (fraktur tertutup). Fraktur yang tidak menyebabkan luka terbuka pada kulit.
Compound fracture (fraktur terbuka). Adanya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan dunia luar
Berasarkan jenis fraktur metacarpal
Fraktur jari-jari tangan terbagi atas 3 :
Baseball finger (mallet finger) : fraktur ujung jari yang dalam keadaan tiba-tiba fleksi pada sendi interphalanx karena trauma.
Boxer fracture (street fighter's fracture) : fraktur kolum metacarpal V terjadi karena tidak tahan terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal.
Fraktur bennet : fraktur dislokasi basis metacarpal I (arief mansjoer . 2000)
Klasifikasi menurut Gustilo Anderson :
Patah tulang derajad I. : garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama 1cm bersih.
Patah tulang derajad II : garis patah sederhana dengan luka > 1 cm bersih, tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas atau terjadinya flap atau avulsi.
Patah tulang derajad III : Patah tulang yang disertai kerusakan jaringan lunak luas termasuk kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
Derajad III A : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan lunak.
Derajad III B : bila patah tulang terbuka tidak dapat ditutup dengan jaringan lunak, sebab jaringan lunak termasuk periosteum sangat berperan dalam proses penyembuhan. Pada umumnya terjadi kontaminasi srius.
Derajad III C : terdapat kerusakan pembuluh darah arteri.
2.2.4. GAMBARAN KLINIK
Baseball finger : pasien tidak dapat menggerakkan ekstensi penuh pada ujung distal phalanx karena distal phalanx selalu dalam posisi fleksi pada sendi interphalanx distal dan terdapat hematoma pada sendi.
Fraktur bennet : tampak adanya pembengkakan didaerah karpometacarpal I, nyeri tekan, dan sakit ketika digerakkan ( arief mansjoer.2000)
PATOFISIOLOGI
Trauma dapat menyebabkan fraktur yang akan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan lunak yang terdapat di sekitar fraktur seperti pembuluh darah syaraf dan otot serta organ lain yang berdekatan dapat dirusak karena mencuatnya tulang yang patah. Apabila kulit sampai robek, hal ini akan menyebabkan potensial infeksi. Tulang memiliki sangat banyak pembuluh darah. Akibat dari fraktur, pembuluh darah di dalam keluar ke jaringan lunak atau pada luka yang terbuka sehingga dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. ( Arief Masjoer. 2000 )
PROSES PENYEMBUHAN TULANG
Proses penyembuhan tulang pada fraktur terbagi atas 4 bagian tulang :
Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :
Fase Hematoma.
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematom disekitar luka dan didalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapatkan persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua milimeter..
Fase proliferasi seluler sub periosteal dan endosteal.
Terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan karena adanya sel-sel osteogenik yang berfroliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktivitas seluler dalam kanalis modularis.
Fase Pembentukan Kalus (fase union secara klinis).
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone, ini merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
Fase Konsolidasi (fase union secara radiologi).
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-perlahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
Fase Remodeling
Setelah union lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai bulbus meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorbsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sum-sum.
Penyembuhan fraktur pada tulang spongiosa.
Penyembuhan terutama oleh aktivitas endosteum dalam trabekula. Bila vaskularisasi/kontak baik, maka penyembuhannya cepat.
Penyembuhan fraktur pada lempeng epifisis.
Fraktur epifisis sangat cepat penyembuhannya, oleh karena epifisis aktif dalam pembentukan tulang.
Penyembuhan fraktur pada tulang rawan sendi
Penyembuhan sulit (vaskularisasi kurang/tidak ada). Bila ada celah fraktur akan diisi oleh jaringan ikat. Penyembuhan kembali menjadi tulang rawan hialin dimungkinkan bila dilakukan reposisi anatomis dan fiksasi interna khusus dengan CPM (Continous Passive Movement).
FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM KECEPATAN PENYEMBUHAN FRAKTUR.
Umur penderita.
Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.
Pergeseran awal fraktur.
Vaskularisasi pada kedua fragmen.
Reduksi serta imobilisasi.
Waktu imobilisasi.
Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak.
Adanya infeksi.
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak.
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :
Recognisi/pengenalan. Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.
Reduksi/manipulasi. Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali seperti letak asalnya.
Retensi/memperhatikan reduksi. Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
Traksi. Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan memakai katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.
Gips. Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu dengan mempergunakan alat tertentu.
Operation/pembedahan. Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut, maka fraktur akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan menggunakan orthopedi yang sesuai
KOMPLIKASI FRAKTUR
Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.
Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 – 8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).
Teknik Pemeriksaan Manus
Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan Manus tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar Manus agar tidak menimbulkan bayangan radioopaque pada radiograf.
Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahaman dari pasien tersebut. Pemeriksaan Manus dilakukan dengan dua cara yaitu proyeksi Posteroanterior dan Oblique.
Persiapan Alat
Pesawat Sinar-X.
Ukuran kaset : 18 x 24 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi Posteroanterior dan Proyeksi Oblique)
Marker R dan L.
Identitas pasien
Prosedur pemeriksaan
Proyeksi Posterior Anterior (PA) atau Dorsopalmar
Kaset : kaset yang digunakan adalah kaset ukuran 18×24 cm untuk manus dangan besar rata-rata atau gunakan kaset ukuran 24×30 cm melintang untuk dua gambaran.
Posisi pasien :
Untuk posisi pasien dalam pameriksaan radiologi, pasien duduk menyamping pada tepi meja pemeriksaan.
Atur ketinggian pasien sehingga lengan pasien nyaman di atas meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
Gambar. 2. posisi obyek pada posisi PA
Istirahatkan lengan antebrachii pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan bagian palmar di bawah menempel pada kaset.
Letakan MCP (Metacarpophalangeal) joints pada pertengahan kaset, dan atur kaset sejajar antebrachii dan manus.
Rentangkan jari-jari tangan yang diperiksa.
Mintalah pada pasien agar tangannya relaks untuk menghindari gerakan. Cegah pergerakan yang tidak disengaja dengan menggunakan softbag atau plaster. Sebuah sandbag mungkin dapat diletakkan diatas distal antebrachii.
Jangan lupa gunakan apron pada pasien untuk melindungi organ sensitife.
Pada saat eksposure, pasien diusahakan menoleh ke sisi yang tidak difoto atau menjauhi arah sinar.
FFD : 100cm
Arah sinar : atur sinar tegak lurus pada kaset pada metacarpophlangeal joint digit III.
Tampilan struktur : pada PA projection dari carpals, metacarpal, phalanx, persendian, distal radius dan ulna tampak pada radiograf. Gambaran ini juga terdapat pada PA oblique projection pada digit pertama.
LL
L
L
Gambar. 3. Hasil radiograf posisi Posteroanterior
Kriteria radiograf
Kriteria radiograf yang tampak pada proyeksi ini yaitu :
Tidak ada rotasi pada manus ditandai dengan :
Lekuk pada metacarpal dan phalanx sama pada kedua sisi
Soft tissue pada kedua sisi phalanx sama besar
Jika terfisualisasi kuku di pertengahan pada masing-masing distal phalanxes
MCP (Metacarpophalangeal) dan interphalangeal joint membuka menandakan manus diletakan rata pada kaset.
Jari sedikit memisah ditandai tidak adanya soft tissue yang overlap.
Terlihat anatomi distal radius dan ulna.
Tampak soft tissue dan trabekula tulang.
PA Oblique Projection ( Lateral Rotasi )
Kaset : gunakan kaset 18 x 24 cm memanjang atau 24 x 30 cm melintang untuk dua gambar.
Posisi pasien :
Dudukkan pasien di ujung meja radiografi.
Sesuaikan tinggi pasien untuk mengistirahatkan lengan bawah di atas meja.
Posisi objek :
Gambar.4. posisi obyek pada posisi Oblique
Istirahatkan lengan bawah pasien pada meja dengan tangan yang pronated dan telapak tangan yang beristirahat pada kaset.
Atur tangan oblique sehingga MCP (Metacarpophalangeal) joint membentuk suatu penjuru atau sudut kira-kira 45 derajat dengan kaset.
Gunakan irisan busa dengan sudut 45 derajat untuk mensupport jari-jari dalam posisi yang diekstensikan untuk mempertunjukkan interphalangeal joint.
Ketika memeriksa tulang telapak tangan (metacarpal), didapatkan PA projection manus memutar tangan pasien secara menyamping (secara eksternal) dari posisi yang pronated sampai ujung jari menyentuh kaset.
Jika tidak memungkinkan untuk memperoleh posisi yang benar dengan semua ujung jari yang beristirahat (diletakkan) pada kaset. Angkatlah jari telunjuk dan ibu jari pada suatu material radiolucent. Pengangkatan digunakan untuk membuka jarak persendian dan mengurangi pemendekan dari phalanx.
Untuk pendekatan yang lain. Pusatkan kaset pada MCP (Metacarpophalangeal) joint dan atur garis tengah paralel dengan poros antebrachii dan manus.
Gunakan apron pada pasien untuk mengurangi radiasi serap.
FFD : 100 cm
Arah sinar : tegak lurus kaset pada MCP (Metacarpophalangeal) joint digit III.
Tampilan struktur : hasil gambar yang dihasilkan pada pa oblique projection adalah jaringan tulang dan soft tissue manus. Posisi tambahan ini digunakan untuk menyelidiki fraktur dan kondisi patologi.
Gambar. 5 & 6. Hasil radiograf pada posisi Oblique
Keterangan gambar :
Trapezoid bone
Trapezium bone
Capitate bone
Scaphoid bone
Lunate bone
Hook of the hamate bone
Hamate bone
Triquetral bone
Pisiform bone
Kriteria evaluasi
Berikut ini anatomi yang tampak pada radiograf :
Terjadi sedikit overlap dari mekarpal tiga dan empat serta empat dan lima.
Sedikit overlap base dan caput metacarpal.
Metacarpal kedua dan ketiga memisah.
Interphalanxeal joint dan MCP (Metacarpophalangea ) joint membuka.
Digit sedikit terpisah dengan tidak overlap atas jaringan lunak mereka.
Semua anatomi distal radius dan distal ulna.
Tampak jaringan tipis (soft tissue) dan trabecula tulang.
Proteksi Radiasi
Proteksi Radiasi bagi pasien.
Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan penyinaran.
Menggunakan faktor eksposi yang tepat.
Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Pasien menggunakan apron/gonad/kacamata Pb.
Proteksi Radiasi bagi petugas.
Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke petugas
Berlindung pada tabir / tirai, atau memakai apron/ kacamata Pb saat melakukan eksposi.
Proteksi Radiasi bagi masyarakat.
Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X ke ruangan umum.
BAB III
PROFIL KASUS
Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. "S"
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Lamongan
No. Registrasi : 272297
No. Foto : 261/RO. XI/2014
Proyeksi Pemeriksaan : Posteroanterior dan Oblique
Keterangan Klinis Pasien : Fraktur Metacarpal sinistra
Tanggal Pemeriksaan Pertama : 10 November 2014
Tanggal Pemeriksaan Kedua : 11 november 2014
Pada tanggal 10 November 2014 pasien yang bernama Tn."S" datang ke IGD karena kecelakaan lalu lintas. Setelah diperiksa Dokter IGD RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto diduga mengalami fraktur Manus pada tulang metacarpal sinistra. Kemudian pasien dirujuk ke Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto untuk dilakukan pemeriksaan Radiologi. Pasien datang dengan membawa surat permintaan foto dari dokter pemeriksa.
Pada tanggal 11 November 2014 pasien tersebut datang ke Instalasi Radiologi untuk dilakukan pemeriksaan ulang atau kontrol foto setelah dilakukan operasi pemasangan pen pada tulang metacarpal sinistra . Pasien datang dengan membawa surat permintaan foto dari Dokter Spesialis Orthopedi.
Persiapan Alat
Pesawat sinar-X.
Jenis : Conventional Unit
Merek : TOSHIBA
Model : BLR – 1000 A
Tegangan : 150 kV
mA Maximum : 400 mA
Input : 100 V, 12V – 50/60 Hz
2.) Kaset ukuran 24 cm x 30 cm.
3.) Identitas pasien.
4.) Marker L.
Prosedur Pemeriksaan
Pasien datang ke instalasi radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto bersama keluarganya, kemudian pasien disuruh masuk untuk dilakukan pemeriksaan setelah sebelumnya telah diregistrasi.
Pemeriksaan Manus dengan kasus fraktur tulang Metacarpal ini menggunakan dua proyeksi yang umum di gunakan yaitu proyeksi Posteroanterior dan Oblique, jadi dilakukan dua kali pemotretan, sebelum melakukan pemeriksaan perlu diberitahukan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Menjaga komunikasi yang baik dengan pasien sehingga pengulangan foto dapat dihindari.
Prosesing Film
Pengolahan film di Instalasi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto menggunakan dua system pengolahan film, yaitu secara Automatic processing film dan computerized radiography.
Automatic processing film merupakan pengolahan film secara otomatis, sedangkan computerized radiography adalah pengolahan film yang menggunakan bantuan computer.
Dalam pengolahan film kasis ini petugas radiologi menggunakan system Automatic Processing.
Jenis : Automatic
Model : LD – 201
Serial No. : 08023
Power Rating : 220 – 240 V, 10A, 50Hz
Pengolahan film dilakukan di kamar gelap. Karena sudah menggunakan processing automatic daerah kerjanya hanya ada daerah kerja kering. Proses pengolahan ini dimulai dengan menutup pintu kamar gelap supaya tidak ada cahaya yang masuk ke dalam daerah kerja kecuali safety light sebagai pengontrol processing film. Setelah pintu ditutup keluarkan film dari kaset untuk diproses melalui automatic X-Ray processing. Kemudian tunggu beberapa menit sampai film yang diproses keluar dengan sendirinya. Film yang sudah dicuci kemudian diberikan kepada Dokter Spesialis Radiologi untuk dilakukan pembacaan radiograf.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan Kasus
Pada pemeriksaan radiografi Manus di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojokerto menggunakan proyeksi Posteroanterior dan Oblique. Dari pemeriksaan tersebut dapat dilihat struktur anatomi dengan jelas dan patologi penyakit dapat di diagnosa yaitu tampak fraktur pada tulang metacarpal I, II, III.
Dalam pemeriksaan Manus dilakukan dengan 2 kali pemeriksaan yaitu dengan proyeksi Posteroanterior dan Oblique.
Prosedur pemeriksaan manus
Pemeriksaan Manus pada kasus fraktur metacarpal sinistra di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto menggunakan proyeksi Posteroanterior dan Oblique.
Prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Memanggil pasien dan mencocokkan identitasnya
Menjelaskan kepada pasien tentang pelaksanaan pemeriksaan.
Mempersiapkan dan memasang kaset ukuran 24 cm x 30 cm pada meja pemeriksaan.
Memposisikan pasien
Posisi Posteroanterior
Pasien tiduran (supine) di atas berankat yang dibawa dari UGD. Mengatur ketinggian berangkat dengan meja pemeriksaan sehingga lengan pasien nyaman di atas meja pemeriksaan. MCP (Metacarpophalangeal) joints pada pertengahan kaset, dan atur kaset sejajar antebrachii dan manus. Rentangkan jari-jari tangan yang diperiksa. dan memastikan tidak ada rotasi atau pergerakan selama pemeriksaaan.
Posisi Oblique
Pasien tiduran (supine) di atas berankat yang dibawa dari UGD. Mengatur ketinggian berangkat dengan meja pemeriksaan sehingga lengan pasien nyaman di atas meja pemeriksaan. MCP (Metacarpophalangeal) joint membentuk suatu penjuru atau sudut kira-kira 45 derajat dengan kaset dengan memutar tangan pasien dari posisi yang pronated sampai ujung jari menyentuh kaset. Angkatlah jari telunjuk dan ibu jari untuk membuka jarak persendian dan mengurangi pemendekan dari phalanx. Pusatkan kaset pada MCP (Metacarpophalangeal) joint dan atur garis tengah paralel dengan antebrachii dan manus. Pastikan tidak ada rotasi atau pergerakan selama pemeriksaaan.
Mengatur Central Ray tegak lurus kaset dan Central Point pada MCP (Metacarpophalangeal) joint digit III.
Memasang marker L
Mengatur factor eksposi kV : 45, mA : 50, s : 0,04, mAs : 2 untuk kedua proyeksi baik Posteroanterior & Oblique
Melakukan eksposi. Saat melakukan eksposi pasien diusahakan menoleh ke sisi yang tidak difoto atau menjauhi arah sinar.
Melakukan processing film menggunakan automatic processing.
Mengambil kaset dari meja pemeriksaan
Memasuki kamar gelap dimulai dengan menutup pintu kamar gelap supaya tidak ada cahaya yang masuk ke dalam daerah kerja kecuali safety light sebagai pengontrol processing film.
Mengeluarkan film dari kaset untuk diproses melalui automatic X-Ray processing.
Menunggu beberapa menit sampai film yang diproses keluar dengan sendirinya dan kemudian menyerahkan kepada Dokter Spesialis Radiologi untuk di lakukan ekspertisi
Hasil ekspertisi dibawa ke ruangan atau poliklinik yang memberi rujukan.
Hasil radiograf
LL
L
L
Gambar.7. Radiograf Gambar.8. Radiograf
Posisi Posteroanterior & Oblique posisi Oblique & Posteroanterior
10-11- 2014 (pre op) 11-11-2014 (post op)
Hasil Ekspertisi Dokter Spesialis Radiologi ( Radiolog )
Gambar. 9. Hasil ekspertisi Pre ops
Gambar. 10. Hasil ekspertisi Post ops
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari laporan di atas yang berjudul "Teknik Pemeriksaan Manus Pada Kasus Fraktur Tulang Metacarpal Sinistra di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto" dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan Manus pada tulang Metacarpal ini dilakukan dengan menggunakan proyeksi posteroanterior dan oblique didiagnosa adanya fraktur tulang Metacarpal I, II, III. Prosedur pemeriksaan Manus di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojokerto sudah sesuai dengan standar teori.
Kritik dan saran
Agar tidak terjadi pengulangan foto Rontgent sebaiknya melakukan pemeriksaan radiologi terhadap pasien dengan baik dan selalu diperhatikan pengaturan faktor exposi, FFD dan lain - lain. Perlunya komunikasi yang baik bagi sesama radiografer agar menjadi harmonis dalam bekerja.
Proteksi radiasi bagi pasien perlu ditingkatkan dengan membatasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan luas obyek yang akan difoto. Proteksi radiasi bagi masyarakat umum hendaknya pengantar pasien atau orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki ruang pemeriksaan, kecuali sangat dibutuhkan apabila pasien tidak kooperatif dan dipersilahkan menunggu di depan kamar pemeriksaan dan pintu ditutup rapat.
KAJIAN PUSTAKA
Amstrong Peter, Wastie.L. 1989, Pembuatan Gambar Diagnostik (Diagnostik imaging). Jakarta : Edisi 2, Alih Bahasa Dr. Petrus Andrianto, EGC.
Bloch, Bernard. 1986, Fraktur dan Dislokasi. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
Bontrager, Kenneth L. 2001, Textbook of Radiographic Positioning and Related anatomy. United States of America : Mosby,
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah, EGC. Jakarta:Gramedia.
Cicy. "Asuhan keperawatan metacarpal". 14 Desember 2010. http://cicynno.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-metacarpal.html
Doenges, E. Marilynn. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III EGC, Jakarta: Pustaka Utama.
Hariaty. "Teknik Radiografi Ekstremitas Superior". 01 November 2012. http://misshariatyronald0.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
Mansjoer, arief . 2000, Kapita Selekta Kedokteran.edisi II, Aeschepalus,: Jakarta
Pearce, Evelyn C. 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Lampiran
Permintaan foto pada saat pre op
Permintaan foto pada saat post op