LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK LAKI-LAKI LAKI-LAKI USIA USIA 7 TAHUN 2 BULAN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak
Diajukan Kepada : Pembimbing : dr. Laily Babgei, Sp.A
Disusun Oleh : Azmi Yunita
H2A012006
Kepaniteraan Klinik DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG RSUD Dr.ADHYATMA, MPH 2017
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
LAPORAN KASUS
DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
Disusun Oleh: Azmi Yunita
H2A012006
Telah disetujui oleh Pembimbing: Tanggal : ........................................... ...........................................
Pembimbing Klinik Ilmu Kesehatan Anak
dr. Laily Babgei, Babgei, Sp.A
LAPORAN KASUS
DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
Disusun Oleh: Azmi Yunita
H2A012006
Telah disetujui oleh Pembimbing: Tanggal : ........................................... ...........................................
Pembimbing Klinik Ilmu Kesehatan Anak
dr. Laily Babgei, Babgei, Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kasusini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak Laporan Kasus ini berjudul “Demam “ Demam Berdarah Dengue dan Demam Tifoid”. Tifoid”.
Dengan
selesainya
laporan
kasus
ini,
perkenankanlah
penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. dr. Rifky Muslim, Sp.B Sp.U, selaku Dekan Fakultas beserta jajaran di Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 2. dr. Laily Babgei, Sp.A; dr.Galuh Ramaningrum, Sp.A; dr.Agus Saptanto, Sp.A dan dr Noor Hidayati,Sp.A, dr. Setya Dipayana, Sp.A selaku koordinator sekaligus pembimbing Stase Ilmu Kesehatan Anak 3. RSUD Dr.Adhyatma, MPH seluruh direksi dan karyawan 4. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesepurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini berguna bagi kita semua. Semarang, Juli 2017 Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Anak-anak dengan DHF umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai DF, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi (WHO, 1999). Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784, sedangkan di Amerika Selatan wabah itu muncul diantara tahun 1830 – 1870. 1870. Di Afrika wabah demam dengue hebat terjadi pada tahun 1871 – 1873 1873 dan di Amerika Serikat pada tahun 1922 terjadi wabah demam dengue dengan 2 juta penderita. Dalam kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus DBD di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007 terdapat 158.115 kasus dan 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus (Insiden Rate = 59,02 per 100.000 penduduk) dan tahun tahun 2010 mencapai sekitar 140.000 kasus. kasus.
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemis untuk penyakit DBD. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 terdapat sebanyak 20.565 kasus, tahun 2008 sebanyak 19.307 kasus, tahun 2009 kasus turun menjadi 18.728 kasus dan pada tahun 2010 sekitar 17.000 kasus DBD.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia. DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan kematian.
1
Etiologi
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak memberi perlindungan terhadap serotipe lain.1 Patogenesis
Patogenesis DBD bermacam-macam. Ada yang menerangkan bahwa virulensi virus yang sangat berperan terhadap severity of disease. Ada juga teori peranan mediator, apoptosis, genetik, dan antibody dependent enhancement . Sebagian ahli menganut antibody dependent enhancement , di mana infeksi virus dengue yang kedua dengan serotype virus yang berbeda akan memberikan manifestasi penyakit yang lebih parah. Teori-teori ini pada akhirnya menjelaskan akan adanya gangguan hemostasis, permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma. Virus dengue membutuhkan waktu kira-kira 10 hari untuk bereproduksi. Kemudian nyamuk yang mengandung virus menggigit manusia sehat. Virus dengue akan ada untuk selamanya dalam tubuh virus sampai nyamuk mati.
Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah hipotesis infeksi sekunder ( secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune enhancement.1 Menurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte(gambar 1), sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi
anamnestik
pasien
akan
terpicu,
menyebabkan
proliferasi
dan
transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virusantibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular; (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang; (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang/ mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor diatas menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati. 1
Dari sudut patofisiologi, infeksi virus dengue bergerak sesuai alur berikut :
Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi mulai dari asimptomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue haemoragic fever, sampai dengue shock syndrom. Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat. 2 Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Setelah periode inkubasi, gejala mulai muncul dan dibagi menjadi tiga fase yaitu fase febris, fase kritis, dan fase pemulihan.
Gambar 6. Perjalanan Infeksi Dengue.3
1. Fase Febris Pasien mengalami demam tinggi mendadak. Fase ini biasanya terjadi antara 2-7 hari dan sering diikuti dengan kemerahan muka, kemerahan pada kulit, nyeri pada seluruh tubuh, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital, fotopobia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien juga dapat mengeluhkan nyeri tenggorok, faring hiperemis, dan injeksi konjungtiva, anoreksia, mual, dan muntah. Pada fase ini infeksi dengue akan sulit dibedakan dengan demam yang disebabkan non-dengue. Uji torniquet positif meningkatkan kemungkinan infeksi dengue 19 Manifestasi perdarahan ringan seperti ptekiae dan perdarahan membran mukosa bisa terjadi.1,20,21 Perdarahan masif vagina dan saluran pencernaan dapat terjadi pada fase ini namun sangat jarang terjadi.(5) Hepar akan membesar dan nyeri beberapa hari setelah demam muncul. Abnormalitas pemeriksaan laboratorium adalah penurunan
jumlah
total
leukosit,
yang
merupakan
tanda
yang
meningkatkan kemungkinan infeksi dengue. 3 2. Fase Kritis Selama masa transisi dari fase febris ke fase tidak febris, pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik tanpa melewati fase kritis. Sedangkan pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menunjukkan tanda bahaya yang kebanyakan merupakan akibat dari kebocoran plasma. Awal dari fase kritis adalah turunnya suhu tubuh menjadi 37,5 – 38.00C atau lebih rendah, biasanya terjadi 3-8 hari setelah hari pertama demam. Leukopenia progresif diikuti dengan penurunan drastis trombosit menyebabkan kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit diatas normal merupakan tanda awal adanya kebooran plasma. Periode klinis kebocoran plasma biasanya terjadi selama 24-48 jam.19-21 Derajat kebocoran plasma
sangat bervariasi. Peningkatan hematokrit menyebabkan perubahan tekanan darah dan volume nadi. 3 Derajat hemokonsenterasi diatas hematokrit dasar menggambarkan beratnya kebocoran plasma. Pemeriksaan hematokrit sangat penting untuk menentukan kebutuhan dari terapi airan intravena. Efusi pleura dan asites biasanya terdeteksi setelah terapi cairan intravena, kecuali kebocoran plasma sangat signifikan. Radiografi foto dada lateral decubitu, usg dada dan abdomen, atau kantung empedu merupakan cara deteksi awal. Selain tanda dari kebocoran plasma, manifestasi perdarahan seperti mudah memar dan perdarahan saar dilakukan vena punksi sering terjadi. Syok terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran, hal ini ditandai dengan munculnya tanda bahaya. Suhu tubuh menjadi rendah saat syok terjadi. Pada syok berat dan atau berkepanjangan dapat terjadi hipoperfusi yang menyebabkan asidosis metabolik, kerusakan organ progresif, dan koagulasi intravaskular diseminata. Hal ini menyebabkan perdarahan berat yang menyebaban penurunan hematokrit pada syok yang berat. Selain leukopenia yang sering terlihat pada f ase ini, peningkatan leukosit juga dapat terjadi akibat respon stres pada pasien dengan perdarahan masif. Selain itu, gangguan organ dapat muncul seperti hepatitis berat, ensefalitis, miokarditis, dan atau perdarahan masif tanpa kebocoran plasma hebat atau syok.
5
3. Fase Pemulihan Pasien akan mengalami fase ini setelah 24-48 jam melalui fase kritis, reabsorpsi secara bertahap dari cairan ekstraseluler terjadi 48-72 jam setelahnya. Manifestasi klinis mulai membaik, tanda vital stabil, dan diuresis sesuai normal. Pada beberapa pasien muncul
confluent
erythematous atau petechial rash. Hematokrit mulai menurun menjadi normal disertai dengan peningkatan leukosit, namun peningkatan trombosit biasanya terjadi setelahnya5
Diagnosis
Diagnosis DBD menurut WHO 1997, jika terdapat dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis. 6
Klinis 1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari 2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: -
Uji bendung positif
-
Petekie, ekimosis, purpura
-
Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
-
Hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati 4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun, tekanan darah menurun disertai kulit teraba dingin dan lembab terutama ujung hidung, jari, dan kaki, pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.
Laboratorium 1. Trombositopenia 2. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut: -
Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
-
Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
-
Efusi pleura/ perikardial, asites, hipoprotenemia
Klasifikasi
Derajat penyakit demam berdarah dengue menurut WHO 1997 adalah: Derajat I
Demam
disertai
gejala
tidak
khas
dan
(13)
satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bending Derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun atau hipotensi, sianosis di sekitar mulu, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah
Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur
Klasifikasi kasus dengue menurut derajat penyakitnya WHO tahun 2009 terbagi atas 3, yaitu dengue tanpa tanda bahaya, dengue dengan tanda bahaya, dan dengue berat. Tanda bahaya dengue biasanya muncul pada hari ke 3-7 dari demam hari pertama. Muntah persisten dan nyeri perut hebat merupakan indikasi awal kebocoran plasma dan semakin memburuk pada keadaan syok. Akumulsi cairan pada rongga abdomen ataupun pleura, perdarahan mukosa, letargi, pembesaran hepar >2cm, serta peningkatan hematokrit disertai dengan penurunan drastis trombosit7 Diagnosisi dengue berat dinyatakan pada pasien yang dicurigai terinfeksi dengue yang memiliki tanda salah satu dari: 1. Kebocoran
plasma
berat
yang
menyebabkan
terakumulasinya cairan dengan gangguan pernapasan 2. Perdarahan hebat
syok
dan
atau
3. Kerusakan organ berat Dengue tanpa Tanda Bahaya Tinggal
Dengue dengan Tanda
Dengue Berat
Bahaya daerah
-
endemis. Demam dan
-
Muntah persisten
-
DSS
2 dari:
-
Perdarahan
-
Akumulasi
-
di
Nyeri Tes
-
Leukopenia
-
Hasil laboratorium
Kebocoran plasma berat
cairan
dengan
-
Letargi, gelisah
napas
-
Pembesaran hepar
-
Perdarahan hebat
>2cm
-
Gangguan organ berat
Torniquet
(+)
-
mukosa
Mual, muntah Ptekiae
Nyeri perut
-
Peningkatan diikuti
HT
-
dengan
Hepar:
gangguan
SGOT/PT
>=1000
penurunan
-
Gangg.kesadaran
trombosit
-
Jantung
Indikasi rawat inap bila memenuhi salah satu kriteria MP2K3+PLHL
MP2K3 : Muntah-muntah, Perut sakit, Perdarahan, Kencing berkurang, Kulit tangan-kaki dingin, Kesadaran menurun/kejang
PLHL : Penupukan cairan klinis, Lethargy, Hepatomegali, Laborat peningkatan hematokrit cepat dan penurunan trombosit cepat.Prinsip penatalaksanaan pada pasien DBD adalah bersifat suportif, yaitu mengatasi peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan.6,7
Pemeriksaan Penunjang 1. Lab darah rutin Lekosit: dapat normal tapi biasanya lekopeni dengan dominasi sel
neutrofil, pada akhir fase demam, terjadi lekopeni dan neutropeni serta limfositosis relatif (peningkatan sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru>15% dapat dijumpai pada hari ketiga, sebelum suhu tubuh turun atau sebelum syok terjadi)5 Trombosit
:Trombositopeni <100.000/mm3 atau kurang dari 1-2
trombosit/lapangan pandangan besar. Biasa ditemukan antara hari sakit ketiga-ketujuh. Biasanya terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum suhu turun. Hemokonsentrasi dengan tanda:
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai umur, jenis kelamin - penurunan hematokrit ≥ 20% setelah mendapat pengobatan cairan - Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura, asites atau proteinemia Pemeriksaan laboratoris lain:
- Kadar albumin menurun sedikit dan bersifat sementara - Pada sebagian besar kasus, disertai penurunan faktor koagulasi dan fibrinolitik, yaitu fibrinogen, protrombin, factor VII, factor XII dan antitrombin III -
Serum
komplemen
hipokloremia - Hiponatremia
menurun,
hipoproteinemia,
kadang-kadang
2. Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan, tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi dengan USG 3.
IgM dan IgG Elisa
IgM muncul pada perjalanan penyakit hari 4-5 yang kemudian diikuti dengan IgG. Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, dapat ditentukan diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5 dan <6 minggu) bila masih negatif, harus diulang, apabila pada hari sakit ke-6 masih tetap (-), msks dilaporkan sebagai (-). IgM hanya dapat bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah infeksi sehingga tidak boleh dijadikan satu-satunya uji diagnostik pengelolaan kasus. Sensitivitasnya sedikit di bawah uji HI, spesifitas sama dengan uji HI dan hanya memerlukan 1 serum akut saja. Saat ini sudah beredar uji Elisa yang sebanding dengan uji HI hanya lebih spesifik (IgM/IgG dengue blot, dengue rapid , dll). Pada infeksi sekunder, IgG lebih banyak didapatkan. Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DF dapat berobat jalan sedangkan pasien DHF dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DHF dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Fase kritis umumnya terjadi pada hari sakit ketiga. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali. 6
Penatalaksanaan DSS
BAB III CATATAN MEDIS KASUS ILMU PENYAKIT ANAK
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama anak
: An. KCD
Umur
: 7 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
No RM
: 138276
Tgl masuk bangsal
: 12 Juni 2017
Nama bapak
: Tn. T
Umur
: 36 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Setumbu RT 02/II Kedungpane Mijen
Nama ibu
: Ny. N
Umur
: 33 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Setumbu RT 02/II Kedungpane Mijen
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada Ibu Pasien tanggal 13 Juni 2017 Di Bangsal Melati Keluhan Utama
: Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
3 hari lalu demam, demam seluruh tubuh. Demam tinggi, timbul secara mendadak, dirasakan terus menerus dan turun jika diberi obat paracetamol tetapi setelah itu naik kembali. Demam tidak disertai keringat dingin dan menggigil. Demam tidak disertai kejang. 2 hari lalu nyeri perut, nyeri dirasakan terutama pada daerah ulu hati, seperti diremas-remas, hilang timbul.Penderita mengeluh sedikit mual namun tidak muntah.Penderita belum BAB sejak 2 hari, bisa kentut. BAB 2 hari yang lalu berwarna kuning kecoklatan, darah segar maupun kehitaman disangkal, lender disangkal. Nafsu makan dan minum menurun. Penderita juga mengeluh badan lemas, nyeri badan dan anggota gerak, serta nyeri kepala sehingga tidak dapat melakukan aktivitas seharihari seperti sekolah. 1 hari sebelum pasien rawat inap, pasien masih demam. demam tinggi, terus menerus turun jika di beri paracetamol, namun beberapa saat kemudian demam lagi. Pasien juga mengeluh terdapat mimisan 2x, jumlah tidak banyak, berwarna merah segar. Tidak terdapat sesak nafas, batuk pilek, gusi berdarah, kejang, dan tidak ada gangguan BAK. Kemudian Pasien dibawa ke IGD RSUD Tugurejo oleh ibunya dan disarankan rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu
:
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat Tifoid
: diakui, usia 6 tahun
Riwayat Demam berdarah
: disangkal
Riwayat Mondok
: diakui (diare usia 5 tahun, tifoid
usia 6 tahun)
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Pengobatan TB
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
:
Riwayat keluhan yang sama
: disangkal
Riwayat Tifoid
: disangkal
Riwayat Demam berdarah
: disangkal
Riwayat Merokok
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Pengobatan TB
: disangkal
Riwayat Pribadi Ekonomi Sosial
Pasien merupakan anak ketiga. Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kedua kakak pasien. Bapak pasien bekerja sebagai buruh pabrik dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Kakak pertama pasien sudah bekerja sebagai pedagang di pasar. Penghasilan total perbulan ± Rp 3.500.000,00. Ventilasi dirumah cukup. Pencahayaan baik, lingkungan rumah bersih, sumber air sumur dan PAM. Pembiyaan dengan BPJS.
Kesan : Keadaan sosial dan ekonomi cukup Data Khusus 1.
Riwayat Kehamilan/Pre Natal :
Ibu pasien kontrol kehamilan 1 bulan sekali di bidan, lebih dari 4 kali selama 9 bulan. Tidak ada keluhan saat hamil, tidak konsumsi jamu saat hamil, hanya vitamin dari bidan. Tidak ada perdarahan saat hamil. 2.
Riwayat persalinan/natal
:
Lahir spontan di bidan cukup bulan 38 minggu, bayi langsung menangis kuat. Berat badan saat lahir 2900 gram, panjang badan 45 cm. 3. Riwayat pasca persalinan/ post natal :
Perdarahan post partum disangkal, Ibu melakukan kunjungan neonatal ke bidan.
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak Umur 2 bulan
Perkembangan Senyum
3 bulan 6 bulan
Mengangkat kepala Duduk tanpa dibantu, tengkurap dan berbalik sendiri
12 bulan
Berjalan Naik turun tangga, bicara katakata Makan sendiri, bicara kalimat, lompat
2 tahun 3 tahun
4 tahun Menyanyi, naik sepeda 5 tahun Memakai pakaian sendiri Saat ini penderita sekolah kelas 1 SD, dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Kesan :
Perkembangan sesuai umur
5. Riwayat Imunisasi
Macam imunisasi
Frekuensi
Umur
Imunisasi dasar
Keterangan Dilakukan di Bidan
BCG
1 kali
0 bulan
Lengkap
DPT
3 kali
2,3,4 bulan
Lengkap
Hepatitis B
4 kali
0,2,3,4 bulan
Lengkap
Polio
4 kali
1,2,3,4 bulan
Lengkap
Campak
1
9 bulan
Lengkap
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur
6. Riwayat makan dan minum Umur
0 - 6 bulan 6 - 9bulan 9 bulan
12 bulan
Makanan Minuman ASI saja
dan
ASI saja
Jumlah
Frekuensi
Semau anak Semau anak
Semau anak Semau anak 2-4 kali/ hari
12 ASI Semau anak Air tajin 1 gelas belimbing Nasi tim, sayur wortel, 1 piring kecil bayam, tahu-tempe Selalu habis buah (pisang, pepaya) 1 potong 24 ASI Semau anak
Nasi, sayur wortel, bayam, kangkung, tahu/tempe 24 bulan – Nasi, sayur wortel, sekarang bayam, kangkung, tahu/tempe
Semau anak 2-3 kali/ hari 2-3 kali /hari 2 kali/hari Semau anak
½ piring Selalu habis
2-3 kali /hari
1 piring
3 kali/hari
Kesan : ASI eksklusif dan pemberian MPASI sesuai usia
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 Juni 2017 di Bangsal Melati RSUD Tugurejo Semarang. a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum
: tampak lemas
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 92 kali/menit, isi dan tegangan cukup
Respiratory rate
: 22 kali/menit, reguler
Suhu
: 38,10 C (aksiler)
BB
: 18 kg
TB
: 119 cm
b. Status Interna
1. Kepala
: kesan mesocephal, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah rontok dan berwarna hitam, wajah simetris.
2. Mata
: konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), mata cowong (-/-), reflek cahaya direct (+/+), reflek cahaya indirect (+/+), edem palpebra (-/-), pupil isokor Ø: 2,5 mm/2,5 mm.
3. Hidung
: nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-), konka oedem () , mukosa hiperemis (-), septum deviasi (-), epistaksis (-)
4. Telinga
: serumen CAE (-/-), nyeri mastoid (-), nyeri tragus (-)
5. Mulut
: kering (+), sianosis (-), faring tidak hiperemis, perdarahan gusi (-)
6. Tenggorokan: Tonsil T1-T1,faring tidak hiperemis, post nasal drip (-) 7. Leher
: tidak teraba pembesaran tiroid, kelenjar getah bening
tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-) 8. Thorax Pulmo Dextra
inistra
Pulmo Depan Inspeksi Normochest. Diameter Lateral >Antero posterior. Hemithorax Simetris Statis Dinamis. Kelainan kulit (-).
Palpasi
Perkusi Auskultasi
Normochest. Diameter Lateral >Antero posterior. Hemithorax Simetris Statis Dinamis. Kelainan kulit (-). Stem fremitus normal Stem fremitus normal kanan sama dengan kiri. kanan sama dengan kiri. Nyeri tekan (-). Nyeri tekan (-). Pelebaran SIC (-). Pelebaran SIC (-). Arcus costa normal. Arcus costa normal.
Sonor seluruh lapang paru Suara dasar paru vesikuler (+), wheezing
Sonor seluruh lapang paru Suara dasar paru vesikuler (+), wheezing
(-), ronki (-)
(-), ronki (-)
Pulmo Belakang Inspeksi Normochest. Kelainan kulit (-). Simetris. Pengembangan pernafasan paru normal.
Palpasi
Perkusi Auskultasi
Normochest. Kelainan kulit (-). Simetris. Pengembangan pernafasan paru normal. Stem fremitus normal Stem fremitus normal kanan sama dengan kiri. kanan sama dengan kiri. Hemithorax simetris. Hemithorax simetris. Nyeri tekan (-). Nyeri tekan (-). Pelebaran SIC (-). Pelebaran SIC (-). Sonor seluruh lapang paru Suara dasar paru vesikuler (+), wheezing (-), ronki (-)
Sonor seluruh lapang paru Suara dasar paru vesikuler (+), wheezing (-), ronki (-)
Tampak Depan
Suara Dasar Vesikuler Wheezing (-), ronchi (-)
Tampak Belakang
Suara Dasar Vesikuler Wheezing (-), ronchi (-)
Cor
Inspeksi Palpasi
: ictus cordis tidak tampak : ictus cordis ictus cordis teraba di ICS IV garis midclavicularis kiri , thrill (-)
Perkusi
:batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, gallop (-), murmur (-)
9. Abdomen Inspeksi
: bentuk perut agak cembung, warna sama seperti kulit sekitar.
Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi
: timpani seluruh regio abdomen
Palpasi
: Nyeri tekan (+) pada regio hipocondriaca dextra dan epigastrium, hepatomegali (-), ginjal tidak teraba, lien tidak teraba, pembesaran limfonodi inguinal (-),tidak teraba massa, turgor kulit kembali dalam waktu kurang dari 2 detik.
10.
Ekstremitas Superior
Inferior
Akral hangat
+/+
+/+
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Capillary Refill
< 2 detik/< 2 detik
< 2 detik/< 2 detik
Gerak
+/+
+/+
Pembengkakan sendi lutut
-/-
-/-
Pembengkakan
-/-
-/-
sendi
phalanges Uji rample leed
+(petekie >10 pada daerah volar seluas 2.5x2.5cm )
I. PEMERIKSAAN KHUSUS a. Pemeriksaan Antropometri
1. Jenis kelamin
: Laki-laki
2. Umur
: 7 tahun 2 bulan
3. Berat badan
: 18 kg
4. Tinggi badan
: 119 cm
Status Gizi menggunakan grafik CDC -
BB / U
: 18 / 23 x 100%
= 78,2 %
-
TB / U
: 119 / 122 x 100%
= 97,5 %
-
BB/TB
: 18 /22,5 x100%
= 80 %
Kesan : Gizi Kurang b. Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin tanggal 13 Juni 2017 Jenis
Hasil
Satuan
Nilai normal
Leukosit
L3.66
103/ul
4.5 – 12.5
Eritrosit
4.54
106/ul
3.8 – 5.8
Hemoglobin
12.30
g/dl
10.8 – 15.6
Hematokrit
43
%
33 – 45
Trombosit
L73
103/ul
181 – 521
MCV
75.20
Fl
69 – 93
MCH
25.70
Pg
22 – 34
MCHC
34.20
g/dl
32 – 36
RDW
12.30
%
11.5 – 14.5
Eosinofil absolute
L 0.00
103/ul
0.045 – 0.44
Basofil absolute
0.00
103/ul
0 – 0.2
Netrofil absolute
1.87
103/ul
1.8 – 8
Limfosit absolute
1.16
103/ul
0.9 – 5.2
Monosit absolute
0.29
103/ul
0.16 – 1
Eosinofil
L 0.00
%
2 – 4
Basofil
0.00
%
0 – 1
Neutrofil
L 16.40
%
50 – 70
Limfosit
H 66.70
%
25 – 50
Monosit
H 8.70
%
1 – 6
Sero-imun (serum) B: S.typhi O
1/80
Negatif
S. Typhi H
1/80
Negatif
Sero-imun (serum) B: Anti Dengue IgG
Positif
Negatif
Anti Dengue IgM
Positif
Negatif
c. Rumple Lead
Didapatkan rumple lead test (+).
II. RESUME
An. KCD usia 7 tahun 2 bulan berat badan 18 kg, tinggi badan 119cm dengan keluhan demam tinggi sejak 3 hari, muncul mendadak, kontinyu, tidak turun dengan paracetamol. Nyeri perut terutama daerah epigastrium, hilang timbul, penderita mual, konstipasi sejak 2 hari belum BAB, bisa flatus. Penderita mengalami nyeri kepala, nyeri otot dan malaise. Terdapat mimisan 2x sejak 1 hari, jumlah sedang berwarna merah segar Memiliki riwayat demam tifoid pada usia 6 tahun. Terdapat tetangga penderita yang terkena demam berdarah dengue. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60mmHg, nadi 96x/menit, laju pernapasan 22x/menit, suhu 38,1 oC, pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekanhipocondriaca dextra dan epigastrium (+)dan rumple leede (+). Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan hasil darah rutin, leukopenia, trombositopenia (73.000), limfositosis, monositosis, neutropenia, Serologi Dengue Ig M IgG anti dengue positif.
III. DAFTAR MASALAH Anamnesis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
demam tinggi 3 hari demam terus menerus epistaksis (+) nyeri abdomen nausea konstipasi sefalgia mialgia malaise riwayat demam tifoid (+) tetangga terkena DBD (+)
Pemeriksaan Fisik 12. Nyeri Tekan (+) epigastrium 13. Nyeri tekan hipocondriaca dextra (+) 14. uji Torniquet (+)
Pemeriksaan Penunjang
15. Trombositopenia 73.000 16. Leukopenia,Neutropenia, Limfositosis, Monositosis 17. Ig MIgG anti dengue (+)
IV. DIAGNOSIS BANDING Demam
1.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8,9,11,12,13,14,15,16,17
2.
1, 4, 5,6,7,8, 9,10, 12,13,15,16 Demam Tifoid
3.
1, 2,3,4,5, 7,8,9 Cikungunya
Berdarah Dengue
V. DIAGNOSIS KERJA
-
Diagnosis klinis
-
Diagnosis tumbang:
:
Demam Berdarah Dengue Derajat II Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia
-
Diagnosis gizi
:
Gizi Kurang
-
Diagnosis Imunisasi
:
Imunisasi dasar lengkap
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG (USULAN)
Darah rutin diulang per hari
Faal Hati : SGOT/ SGPT
X Foto Thorax posisi AP dan LLD
Serum protein/albumin
Serum Elektrolit (K Na Cl)
VII. PENATALAKSANAAN Initial Plan Terapi 1. Bed Rest
2. Infus RL 3. Ranitidin 3 x25 mg( ½ ampul ) IV 4. Paracetamol 3 x 180 mg ( 3 x 1 ½ Cth sediaan syrup 120mg/5 ml) Initial Plan Monitor
1. Keadaan Umum, Kesadaran dan Tanda Vital 2. Monitor Keluhan: demam, malaise, nyeri perut 3. Komplikasi: syok, tanda perdarahan 4. Monitor Hasil Laboratorium, terutama perubahan nilai trombosit, hematokrit tiap 6-12 jam
Initial Plan Edukasi
1. Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pada keluarga pasien, tatalaksana penyakit, serta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi 2. Menjelaskan bahwa penderita memerlukan asupan makanan dan minuman yang adekuat untuk membantu penyembuhan 3. Menjelaskan orang tua tentang pentingnya peran serta mengawasi tanda kegawatan pada anak 4. Menganjurkan keluarga untuk melakukan pencegahan DBD berupa 3M plus
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
2. Gizi Kurang IpDx : Gizi Kurang S :O : atrofi otot, edema simetris, wajah seperti orang tua, LILA, GDS, darah lengkap, albumin, elektrolit serum, feritin, IpTx :
Diit makanan dengan jumlah kalori 1620 kkal, dengan cara: 1) Beri makanan sedikit-sedikit tapi sering 2) Beri makan 3 kali dan beri makanan selingan kaya gizi 2 kali, diantara waktu makan. 3) Anak dibujuk dan diberi perhatian khusus agar makan dalam jumlah yang cukup IpMx :
Perlu dilakukan monitoring terhadap: 1) Keadaan umum pasien 2) Kenaikan/penurunan berat badan 3) Nafsu makan pasien IpEx :
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa status gizi pasien kurang, sehingga diperlukan motivasi serta peran keluarga untuk memenuhi asupan nutrisi yang seimbang untuk pasien agar dicapai status gizi yang ideal.
FOLLOW UP PEMERIKSAAN Tanggal 14-6-2017 (H5)
Hasil Pemeriksaan S: keluhan badan masih agak lemas dan nyeri badan serta perut, mimisan (-) gusi berdarah (-) mual muntah (-)demam (-), BAB (+) kuning kecoklatan darah (-) lendir (-) BAK lancar, batpil ( -) O: KU: kurang aktif, kesadaran: CM - HR: 90x/menit - RR: 20x/menit - Suhu: 36.7 C - Kepala: mesosefal - Mata: ca -/- si -/- Thorax: pulmo SDV +/+, suara tambahan -/-; cor SI SII intensitas N reguler, petekia (-) berkurang - Abdomen: datar, BU (+) N, supel, nyeri tekan (+)epigastrium dan hipocondriaca dextra, - Ekstremitas: akral hangat (+).petekia (-) A: DBD Grade II – perbaikan
15-1-2017 (H6)
S: masih sedikit lemas, nyeri badan dan nyeri perut berkurang, mimisan (), gusi berdarah (-) mual muntah (-) Demam (-) BAB BAK normal, batpil (-) O: KU: baik, kesadaran: CM - HR: 94x/menit - RR: 22x/menit - Suhu: 37.1 C - Kepala: mesosefal - Mata: ca -/- si -/- Thorax: pulmo SDV +/+, suara tambahan -/-; cor SI SII intensitas N reguler, petekia (-) - Abdomen: datar, BU (+) N, supel, nyeri tekan (+)epigastrium, petekia (-) - Ekstremitas: akral hangat (+). petekia (-) A: DBD Grade II – perbaikan S: tak ada keluhan O: KU: baik, kesadaran: CM - HR: 94x/menit - RR: 22x/menit - Suhu: 36.8 C - Kepala: mesosefal - Mata: ca -/- si -/- Thorax: pulmo SDV +/+, suara tambahan -/-; cor SI SII intensitas N reguler, petekia (-) - Abdomen: datar, BU (+) N, supel, - Ekstremitas: akral hangat (+).petekia (-) A: DBD Grade II perbaikan S: tak ada keluhan O: KU: baik, kesadaran: CM - HR: 90x/menit - RR: 24x/menit - Suhu: 36.5 C
16-6-2017 (H7)
17-6-2017 (H8)
-
Kepala: mesosefal Mata: ca -/- si -/Thorax: pulmo SDV +/+, suara tambahan -/-; cor SI SII intensitas N reguler, petekia (-) - Abdomen: datar, BU (+) N, supel, - Ekstremitas: akral hangat (+).petekia (-) A: DBD Grade II perbaikan
FOLLOW-UP LABORATORIUM
Hasil Laboratorium 14/6/2017
15/6/2017
16/6/2017
Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit
5810 / μL 5,72 juta/ μL 12,0 g dL 41,70 % 53000/ μL
5600/ μL 4,61 juta/ μL 12,1 g/dL 37,20% 58000 / μL
10570/ μL 4,87 juta/ μL 12,7 g/dL 37,10% 84000/ μL
MCV MCH MCHC RDW Hitung jenis: -Basofil -Eosinofil -Netrofil -Limfosit -Monosit
72,9 fl 26,2 pg 36,0 g/dl 13,0 %
78,5 fl 26,2 pg 33,4g/dl 11,7 %
76.0 fl 24.0 pg 31,6 g/dl 12,5%
4,9% 1,4% 6,9% 65% 21%
3,2% 0% 30,1% 53,7% 13%
0,2% 0,3% 53,2% 32,3% 14%
IMUNOSEROLOGI
S Typhi O
S.Typhi H
Ig M Anti dengue
Ig G Anti dengue
1/80 1/80 (+) (+)
ANALISIS TERAPI
1.
Rawat Ruang anak Sebagian besar pasien demam berdarah dengue dapat diobati di rumah dengan tirah baring, selama demam diberikan obat anti piretik,isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi. Sedangkan untuk kasus yang berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama. Pada kasus ini terdapat penyulit pada pasien tidak dapat makan dan minum, maka pasien dirawat diruang anak.
2.
Terapi Cairan Rumatan Pada pasien ini diberikan Ringer Laktat. Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110,
Basa = 28-30 mEq/l. Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah
komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan. Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi
dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan
hiperkloremia
dan
asidosis
metabolik,
karena
akan
menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob. Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis
laktat.f`
Adverse R eaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar,
biasanya paru-paru. 3.
Pemberian Antipiretik Pemberian anti piretik pada pasien demam dengue adalah dianjurkan. Pada pasien dengan demam dengue pilihan anti piretik adalah parasetamol, sedangkan asetosal dan asam salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, dan perdarahan pada pasien. Pada pasien ini diberikan Sanmol sirup bila perlu. Kandungan Parasetamol 120 mg/5 ml. Dosis anak 10-15 mg/kg/kali. 6-12 th: 3-4xsehari 2-4 sdt sirup. Parasetamol merupakan inhibitor prostaglandin di hipotalamus. Pada pasien ini berat 18 kg, jadi dosisnya 180mg/kali, sekali minum 11/2 sendok teh = 7,25 ml = 180 mg.
4.
Pemberian Antiemetik Ranitidin digunakan untuk menangani gejala dan penyakit akibat produksi asam lambung yang berlebihan. Kelebihan asam lambung dapat membuat dinding sistem pencernaan mengalami iritasi dan peradangan. Inflamasi ini kemudian dapat berujung pada beberapa penyakit, seperti tukak lambung, tukak duodenum, sakit maag, nyeri ulu hati, serta gangguan pencernaan.Obat ini bekerja dengan menurunkan kadar asam berlebihan yang diproduksi oleh lambung sehingga rasa sakit dapat reda dan luka pada lambung perlahanlahan akan sembuh. Selain mengobati, ranitidin juga dapat digunakan untuk mencegah
munculnya
gejala-gejala
mengonsumsi makanan tertentu.
gangguan
pencernaan
akibat
BAB IV PEMBAHASAN
Pasien An. KCD, usia 7 tahun 2 bulan, berat badan 18 kg, tinggi badan 119 cm, dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Gejala lain adalah nyeri kepala, nyeri otot, malaise tanpa adanya infeksi local. Dengan begitu diagnosis banding yang mungkin pada pasien ini adalah infeksi virus dengue, demam tifoid dan cikungunya. Namun penyakit campak dapat disingkirkan sebagai diagnosis banding pada pasien ini karena setelah 2-4 hari demam, tidak terdapat tanda patognomonik yaitu timbulnya enantema mukosa di pipi dan tidak timbul ruam makulopapular. Diagnosis tifoid disingkirkan karena pada penyakit ini demam tinggi namun bersifat intermitten, yaitu naik pada malam hari dan mereda pada pagi hari, tidak ditemukan tanda patonomonik lidah tifoid yaitu lidah kotor berwarna putih, tremor, dengan tepi hiperemis. Dugaan diagnosis mengarah kepada infeksi virus dengue dikarenakan sesuai dengan tipe demamnya yaitu demam yang mendadak tinggi selama 2-7 hari. Pada pasien demam dirasakan mendadak tinggi selama 3 hari, lalu disertai gejala penyerta yaitu adanya nyeri kepala, nyeri otot, sefalgia, nausea, anoreksia , nyeri abdomen dan malaise. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang dan lemas, kesadaran compos mentis, status generalis didapatkan nyeri perut sekitar hipocondriaca dextra dan epigastrium, dan rumple leede (+) lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya,leukopenia, neutropenia, limfositosis, monositosis, trombositopenia (73.000/ul), dengue Ig G positif dan Ig M positif. Jika disesuaikan dengan klasifikasi WHO, pasien masuk dalam kategori demam berdarah dengue grade II karena terdapat Demam disertai epistaksis, rumple leede (+) dan trombositopenia (73.000/ul) Jika disesuaikan dengan kriteria terbaru WHO 2009, pasien masuk dalam kategori demam berdarah dengue derajat II.
Peningkatan hematokrit pada pasien juga menggambarkan bahwa pada kasus DBD, hemokonsetrasi dijumpai dan merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma. Peningkatan nilai leukosit dan penurunan hematokrit menandai pasien memasuki fase pemulihan.Menurut beberapa sumber dinyatakan, bahwa peningkatan trombosit terjadi lebih lambat.
Tatalaksana pada pasien ini adalah terapi cairan. Terapi pada DBD pada dasarnya bersifat suportif, yaitu penggantian volume plasma. Parasetamol untuk meredakan gejala demam pasien. Indikasi pulang pasien demam berdarah menurut guideline WHO 2007 adalah pasien bebas demam dalam 48 jam, perbaikan klinis (sadar, nafsu makan baik, tanda vital stabil, diuresis normal, dan tidak ada gangguan pernapasan), peningkatan bertahap trombosit, dan hematokrit stabil tanpa menggunakan terapi cairan. Sesuai dengan kepustakaan, pasien telah bebas demam 48 jam, perbaikan klinis sangat terlihat, trombosit telah meningkat bertahap dalam 2 hari, dan saat cairan IVdihentikan, hematokrit pasien stabil. Prognosis quo ad vitam pasien ini adalah dubia ad bonam karena derajat penyakit pada pasien ini mengancam nyawa jika kondisi pasien turun dalam keadaan syok jika penanganan tidak dilakukan dengan tepat. Prognosis quo ad sanactionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam sebab ada kemungkinan suatu saat pasien dapat mengalami penyakit ini lagi jika status imun pasien sedang turun