STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MEDICAL HOMECARE MADANI
BANJARMASIN TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya dan shalawat serta salam semoga tercurah ke haribaan junjungan nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Homecare atau pelayanan kesehatan di rumah merupakan sebuah trend baru di masyarakat saat ini. Sebagian pasien lebih menyenangi dirawat di rumah daripada dirawat di rumah sakit dengan berbagai pertimbangan. Pelayanan kesehatan di rumah tentu tidak sekompleks dan selengkap pelayanan di rumah sakit. Namun, bukan berarti lebih sederhananya pelayanan kesehatan di rumah membuatnya menjadi serampangan atau dilakukan tanpa prosedur standar. Oleh karena itulah perlu dibuat sebuah standar operasional prosedur pelayanan homecare. Prosedur Tetap ini kami susun berdasarkan Pedoman Pengobatan Pelayanan Dasar Depkes RI tahun tahun 2006, Pedoman Diagnosa Diagnosa dan Terapi Terapi RSUD Ulin, RSU Sari Mulia dan RSU Bhayangkara, serta bebarapa panduan perawatan medis yang kami anggap sesuai dengan kondisi epidemiologi di wilayah kami. Home Care Madani sebenarnya sudah berlangsung lama, namun sempat mengalami kevakuman lama dikarenakan beberapa hal. Sejak maret 2012, dibentuk manajemen baru dengan harapan lebih baik daripada sebelumnya, baik dalam hal pengorganisasian maupun dari standar pelayanan. Selain memberikan Pelayanan Perawatan Medis di rumah yang bersifat kuratif (pengobatan), dalam perkembangannya Home Care juga memberikan Pelayanan Perawatan Medis yang bersifat Rehabilitatif ( pemulihan ) dan Paliatif ( suportif ), terutama bagi penderita penyakit berat dimana pihak RS tidak mampu lagi merawatnya. Ke depan, Home Care yang kami kelola ini diharapkan dapat dapat membantu masyarakat, masyarakat, khususnya masyarakat Kota Banjarmasin, sebagai salah satu pilihan perawatan medis di rumah bagi penderita yang ingin dirawat dalam lingkungan keluarga. Walaupun fasilitas Home Care sangat terbatas dibanding RS, kami bertekad untuk mengedepankan mutu pelayanan dengan biaya yang relatif terjangkau. Untuk menjaga kualitas pelayanan, kami memandang perlu disusunnya Standar Operasional Prosedure ( SOP ) yang baku, sederhana, namun menggunakan kaidah-kaidah standar Pengobatan Medik dan Perawatan yang professional. Kami menyadari bahwa penyusunan SOP ini masih banyak kekurangannya, karena itu kami sangat menghargai saran dan kritik dari berbagai pihak untuk perbaikan pelayanan Home Care pada masa yang akan datang. Banjarmasin, Maret 2012 Dr. Fauzan Muttaqien
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PROTAP UMUM
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Prosedur Tetap ( Protap ) Umum Home Care adalah pedoman tatalaksana perawatan secara umum, berlaku bagi segenap komponen pelaksana Home Care, baik bagi Dokter maupun Perawat. Dalam hal yang bersifat khusus semisal: tatalaksana biaya Perawatan, pengelolaan Obat dan Bahan Habis Pakai atau yang lain, diatur dalam pedoman tersendiri. 1. Pelaksana Home Care menerima penderita dari Dokter Perujuk, Institusi Pelayanan Medis atau atas kemauan penderita ( keluarganya ) dengan indikasi Rawat Inap maupun pemulihan kesehatan kesehatan ( rehabilitatif r ehabilitatif ) dan perawatan penunjang (paliatif) karena berbagai alasan. 2. Petugas awal adalah dokter dan atau perawat yang ditugaskan pertama mendatangi pasien. 3. Petugas awal menjelaskan prosedur pelayanan homecare madani kepada pasien atau keluarga pasien secara lengkap sesuai form yang sudah disediakan. 4. Layanan dilakukan hanya apabila pasien atau keluarga pasien t elah menandatangani persetujuan pelayanan homecare madani (informed consent). 5. Dalam keadaan gawat darurat, penjelasan layanan dilakukan secara singkat dengan mendahulukan mendahulukan hal yang lebih utama yaitu kegawatdaruratan pasien. Apabila kegawatdaruratan kegawatdaruratan pasien telah teratasi baru dilakukan informed consent. 6. Langkah awal adalah: Petugas awal mencatat identitas Penderita di Kartu Status Home Care bagian Register. Periksa Tanda Vital ( Tensi, Suhu, Nadi, Respirasi ) dan catat di Kertas Vital Sign 7. Melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Bila ada instruksi tertulis: Lakukan sesuai sesuai instruksi / tindakan. b. Bila belum ada instruksi, kalau petugas awal adalah dokter maka dokter berhak memberikan terapi. Bila petugas awal adalah perawat maka perawat menghubungi menghubungi dokter jaga homecare. Apabila dokter jaga homecare tidak bisa dihubungi, maka yang dihubungi adalah supervisor keperawatan. Apabila supervisor keperawatan tidak bisa dihubungi maka hubungi call center. c. Dalam keadaan sangat darurat: berikan pertolongan pertama sesuai keadaan penderita pada saat itu, misalnya pasang Infus, perawatan luka, pasang kateter, dan lain-lain. d. Setelah diberikan terapi / tindakan, ti ndakan, berikan penjelasan penjelasan kepada penderita atau keluarganya tentang tentang tata cara mengawasi cairan infus, infus, dan tindakan medis lainnya. e. Mencatat setiap tindakan / terapi / konsultasi, dalam Lembar Status.
8. Apabila indikasi untuk opname, maka pasien diberikan pilihan apakah memilih partial care ataukah total care. 9. Pada partial care: dokter dijadwalkan datang satu kali sehari di waktu tetap yang sudah ditentukan. Perawat datang tiga kali sehari di waktu tetap yang sudah ditentukan. Apabila diperlukan maka perawat atau dokter bisa datang lebih dari jadwal yang ada, setelah berkoordinasi dengan koordinator. Apabila diperlukan maka bisa didatangkan ahli gizi, ahli f armasi, atau ahli fisioterapi. Apabila pasien adalah rujukan dari dokter spesialis, maka pasien dikonsulkan minimal satu kali seminggu oleh dokter penanggung penanggung jawab ke dokter spesialis bersangkutan. Petugas memberi tahu keluarga penderita tentang t entang tata cara menghubungi pelaksana bila sewaktu-waktu diperlukan terkait dengan keluhan penderita. 10. Pada total care: pasien ditunggui oleh perawat 24 jam di rumah. Dibentuk tim perawat yang berisi minimal 5 perawat dipimpin oleh ketua tim. Ketua tim bertanggungjawab bertanggungjawab dalam hal penjadwalan perawat, dan komunikasi dengan supervisor mengenai asuhan keperawatan yang dijalankan. dokter visite 1 kali sehari pada jadwal yang sudah ditentukan. Apabila diperlukan maka bisa didatangkan ahli gizi, ahli farmasi, atau ahli fisioterapi. Apabila pasien adalah rujukan dari dokter spesialis, maka pasien dikonsulkan minimal satu kali seminggu oleh dokter penanggung penanggung jawab ke dokter spesialis bersangkutan. 11. Perawat mengawasi keadaan umum penderita secara berkala, termasuk pengamatan Vital Sign. Tulis dan buat grafiknya setiap 6 - 8 jam di Lembar Status di lembar Vital Sign. 12. Perawat melaksanakan petunjuk / perintah pengobatan selanjutnya dari Dokter 13. Pemberian obat oral diatur sesuai jadwal pengobatan dan kenyamanan penderita. 14. Apabila kondisi Pasien menurun atau mengalami perubahan mendadak, mendadak, segera konsultasi ke dokter penanggung jawab atau langsung dirujuk ke RS dengan pendampingan. 15. Jika terjadi Anafilaksis shock, tangani sesuai Protap Anafilaksis, kemudian baru konsultasi 16. Penggunaan Penggunaan obat dan BHP dicatat di Buku Stok masing-masing pelaksana Home Care. 17. Pasien yang perlu pemeriksaan Laboratorium disiapkan oleh Petugas Pelaksana Home Care, kemudian dikirim ke Bagian Laboratorium. Selanjutnya, hasil Laboratorium dikonsultasikan kepada dokter. 18. Konsultasi Pasien dapat dilakukan melalui telepon atau SMS. 19. Pasien yang tidak dapat ditangani di Rumah atau memerlukan tindakan lebih l anjut atau tindakan operatif, dirujuk ke Rumah Sakit disertai Rujukan dan tindakan sementara yang sudah dilakukan. 20. Penggunaan Penggunaan mobil Ambulance bekerjasama dengan pihak yang sudah ditentukan. 21. Dokter dan Pelaksana Home Care tidak diperkenankan menerima sesuatu dan melakukan deal-deal diluar aturan madani homecare 22. Dokter bersama pelaksana Home Care hendaknya membuat standarisasi obat sesuai keperluan berdasarkan berdasarkan indikasi medis dan memilih Apotik yang kredibel dalam pengadaan pengadaan obat. Dalam menentukan jenis obat hendaknya mempertimbangkan daya jangkau penderita penderita tanpa mengurangi mengurangi kualitas obat. obat.
23. Penggantian Petugas pelaksana, oleh berbagai sebab, hendaknya melakukan serah terima, meliputi: kondisi Pasien, obat dan tindakan medis, sesuai skedul yang telah ditetapkan. 24. Semua komponen Home Care hendaknya bersikap ramah dengan Penderita dan keluarganya, memberikan support serta mendidik penderita berkenaan dengan penyakitnya. 25. Perawat dan dokter memberikan pelayanan sesuai dan sebatas kapasitas profesinya. Perawat dan dokter tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan di luar kapasitas profesinya baik atas kehendak sendiri maupun permintaan pasien. 26. Hal-hal yang berkaitan dengan pembayaran dan perhitungan tarif dilakukan oleh petugas keuangan atau orang yang diberikan amanah oleh petugas keuangan. 27. Hal-hal lain yang tidak diatur di protap umum akan dijabarkan lebih lanjut dalam protap yang lebih khusus. Apabila tidak terdapat di dalam protap, apabila berkaitan dengan pengetahuan profesi maka petugas dipersilakan melakukannya setelah mengkomunikasikan dengan supervisor. Apabila tidak berkaitan dengan pengetahuan profesi maka harus dikomunikasikan terlebih dahulu dengan manajemen homecare madani. 28. Perubahan protap berkaitan dengan pengetahuan kedokteran dinilai perlu bila ada pengetahuan yang lebih baru dan lebih tepat berdasarkan evidence based madicine. 29. Perubahan protap yang tidak berkaitan dengan pengetahuan kedokteran dilakukan berdasarkan rapat pengurus.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
ALUR PELAYANAN PASIEN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
1. Pasien atau Keluarga Pasien menghubungi call center Madani 2. Tugas call center: Menanyakan masalah kesehatan yang terjadi pada pasien Menanyakan dengan detail alamat pasien Memberikan penjelasan mengenai: a. Sistem layanan b. Pembiayaan 3. Apabila pasien atau Keluarga Pasien menyatakan setuju dengan sistem layanan dan pembiayaan, call center menghubungi koordinator perawat dan koordinator dokter 4. Koordinator perawat mencari perawat yang menyanggupi untuk datang 5. Koordinator dokter mencari dokter yang menyanggupi untuk datang 6. Dokter dan perawat yang datang saling berkomunikasi 7. Dokter dan atau perawat membawa: a. Status kosong atau status lama b. Penjelasan layanan dan pembiayaan c. Surat-surat lain yang diperlukan d. Lembar persetujuan pelayanan. e. Alat dan obat lifesaving yang dibutuhkan 8. Dokter atau perawat menjelaskan mekanisme layanan 9. Pasien menandatangani kontrak layanan 10. Dokter dan perawat memberikan layanan 11. Dokter dan perawat melapor ke operator dan koordinator masing-masing 12. Koordinator kemudian mengatur masalah penjadwalan dan hal-hal l ain seputar pelayanan.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
TATALAKSANA HOME CARE PRA PERAWATAN, PERAWATAN, PASCA PERAWATAN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
PRA HOME CARE 1. Dokter dan Tim Home Care merencanakan skedul perawatan penderita sesuai jenis perawatan, jenis penyakit, gradasi penyakit, dan kondisi klinis penderita berdasarkan Prosedur Perawatan. Jenis Perawatan, meliputi: Perawatan Kuratif, Perawatan Suportif, Perawatan Rehabilitatif, Perawatan Paliatif, Perawatan Emergency dan Perawatan Pra-Referal. 2. Dokter dan Tim Home Care merencanakan pemeriksaan penunjang diagnostik dan follow up jika diperlukan, seperti: Laboratorium, Rontgen dan lain-lain. 3. Pelaksana Home Care mempersiapkan sarana prasarana perawatan, meliputi: Tensimeter, Termometer, Infus Set, Intravena Cath, Cairan infus, Spuit, Needle, Nebulizer, dan lain-lain sesuai keperluan perawatan masing-masing kasus. PELAKSANAAN HOME CARE 1. Pelaksana Home Care mengunjungi rumah penderita secara berkala sesuai jadwal perawatan untuk melaksanakan perawatan dan tindakan medis berdasarkan jadwal perawatan. 2. Pelaksana Home Care melaporkan kondisi klinis setiap penderita dan keluhan serta tindakan medis yang sudah dilakukan, meliputi: Kondisi umum terkini setiap penderita, Hasil laboratorium dan obat atau tindakan medis yang telah diberikan dan respon hasil pengobatan. 3. Dokter memonitor pelaksanaan Home Care oleh pelaksana perawatan melalui sarana komunikasi untuk menilai hasil perawat dan menentukan langkah selanjutnya. 4. Dokter dan Tim Home Care mendiskusikan setiap kasus selama masa Home Care dan Pasca Home Care untuk evaluasi dan perbaikan kualitas perawatan penderita. KONTROL DAN PEMERIKSAAN 1. Dokter memberikan terapi dan instruksi tindakan medis atau laboratorium serta advis sesuai kondisi klinis penderita pemeriksaan saat penderita kontrol. 2. Dokter memberikan support dan berdialog dengan penderita dan atau keluarganya, secara santun dan bersahabat ketika penderita menjalani kontrol. PASCA HOME CARE 1. Dokter bersama-sama Pelaksana Home Care melakukan evaluasi klinis setiap penderita pasca pelaksanaan Home Care untuk perbaikan kualitas perawatan di masa yang akan datang. 2. Dokter dan Pelaksana Home Care membuat skedul perawatan jangka panjang bagi penderita yang memerlukan Perawatan Rehabilitatif, seperti: pasca stroke, decompensasi cordis, dan lain-lain.
3. Dokter memberikan bimbingan teknis medis kepada Pelaksana Home Care secara berkala untuk meningkatkan kualitas perawatan. 4. Dokter dan Pelaksana Home Care mengadakan review kasus-kasus khusus dan kasuskasus yang sering memerlukan Home Care. CATATAN PENTING 1. Dalam hal memberikan bimbingan teknis medis kepada paramedis, dokter hendaknya senantiasa berlandaskan referensi terkini dan bersikap sebagai partnership. Konsekuensinya, seorang dokter hendaknya rajin membaca dan menganjurkan membaca pula kepada paramedis dengan menunjukkan referensi bahan bacaan. 2. Bimbingan Teknis meliputi: review penyakit-penyakit yang sering memerlukan Home Care, teknis perawatan, teknis tindakan medis dan obat-obatan serta peralatan penunjang perawatan terbaru, untuk meningkatkan kualitas pelayanan Home Care.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
TOTAL CARE
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
1. Total Care adalah perawatan pasien 24 jam dengan komponen ditunggui oleh perawat full dan visite dokter minimal 1 kali sehari serta hal-hal lain yang diperlukan. 2. Untuk total care, perawat membentuk tim yang terdiri dari minimal 5 orang dipimpin oleh ketua tim. Perawat, dokter dan manajemen saling berkoordinasi. 3. Untuk perawatan tidak boleh ada kekosongan perawat tunggu. 4. Dokter visite harus pada jadwal yang sudah ditentukan. 5. Perawat hanya melakukan tugas-tugas dia dalam hal kapasitasnya sebagai perawat. Sementara tugas-tugas lain seperti kebersihan ruangan dan kebersihan pasien dilakukan kerjasama dengan pihak keluarga pasien. 6. Keluarga memberikan perlengkapan seperlunya untuk kenyamanan perawat tunggu, seperti kasur untuk istirahat. 7. Keluarga tidak melepas sepenuhnya pasien, namun juga mendampingi pasien dalam kapasitasnya sebagai keluarga. 8. Apabila ada timbul masalah seputar pelayanan, keluarga atau perawat tunggu dapat berkomunikasi dengan baik serta bila diperlukan berkoordinasi dengan manajemen madani.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
SYOK ANAFILAKTIK
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Reaksi syok anafilaksis adalah terjadinya reaksi renjatan ( syok ) yang memerlukan tindakan emergency karena bisa terjadi keadaan yang gawat bahkan bisa menimbulkan kematian. Kalangan awam menerjemahkan keracunan, padahal sesungguhnya adalah resiko dari tindakan medis atau penyebab lain yang disebabkan faktor imunologi. Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata ditentukan oleh jumlah alergen. Meski begitu seyogyanya setiap pemberian obat tertentu (umumnya antibiotika secara parenteral ) dilakukan test kulit untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi. Selain itu penting untuk memberikan penjelasan dan cacatan kepada penderita yang mempunyai riwayat alergi, agar tidak terjadi reaksi syok anafilaksis. PENYEBAB 1. Obat-obatan: Protein: Serum heterolog, vaksin,ektrak alergen Non Protein: Antibiotika,sulfonamid, anestesi lokal, salisilat. 2. Makanan: berbagai jenis makanan yang menimbulkan reaksi alergi setelah mengkonsumsinya. 3. Lain-lain: Olah raga, berlari, sengatan (tawon, semut, dan lain-lain) REAKSI TUBUH 1. Lokal: Urtikaria, angio-edema 2. Sistemik: • Kulit/mukosa: konjungtivitis,rash,urtikaria • Saluran napas: edema laring, spasme bronkus • Kardiovaskuler: aritmia • Saluran cerna: mual, muntah, nyeri perut, diare DERAJAT ALERGI 1. Ringan: Rasa tidak enak, rasa penuh di mulut, hidung tersumbat, edema pre-orbita, kulit gatal, mata berair. 2. Sedang: Seperti di atas, ditambah bronkospasme 3. Berat (syok): Gelisah, kesadaran menurun Pucat, keringat banyak, acral dingin Jantung berdebar, nyeri dada, takikardi, takipneu Tekanan darah menurun, oliguri PENATALAKSANAAN REAKSI ALERGI 1. Ringan: Stop alergen, beri Antihistamin 2. Sedang: Seperti di atas di tambah: aminofilin atau inj. Adrenalin 1/1000 0,3 ml sc/im, dapat diulang tiap 10-15 menit sampai sembuh, maksimal 3 kali.
Amankan jalan nafas, Oksigenasi. 3. Berat: Seperti sedang ditambah: posisi terlentang, kaki di atas Infus NaCl 0,9% atau D5% Hidrokortison 100 mg atau deksametason iv tiap 8 jam Bila gagal: beri difenhidramin HCl 60-80 mg iv secara pelan > 3 menit Jika alergen adalah suntikan, pasang manset di atas bekas suntikan (dilepas tiap 10 15 menit) dan beri adrenalin 0,1-0,5 ml im pada bekas suntikan Awasi tensi, nadi, suhu tiap 30 menit Setelah semua upaya dilakukan, jika dalam 1 jam tidak ada perbaikan rujuk ke RS. -
STANDAR PELAYANAN MEDIS
SESAK NAFAS ( DYSPNEU )
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
PENYEBAB: Bebagai penyakit yang memerlukan penanganan cepat Jika diagnosis dan terapi terlambat fatal -
PENYAKIT-PENYAKIT PENYEBAB SESAK NAFAS Alergi: Asma Bronkiale Kardiologi: Payah Jantung Pulmonologi: Efusi pleura, Pneumonia, Pneumothoraks, Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) Penyakit dalam: Gastritis, Esofagitis Psikiatri: Kesakitan atau ketegangan PENTING PADA ANAMNESA : Sejak Kapan: Baru saja ? Sudah lama dan kambuh-kambuhan ? Tiba-tiba atau perlahan ? Apakah timbul sesudah kegiatan fisik berat ? Apakah timbul bila berjalan jauh atau naik tangga ? Apakah disertai batuk-batuk ? Apakah disertai sputum : banyak? Berbuih? Mengandung darah ? Apakah disertai nyeri dada kiri? PENATALAKSANAAN UMUM SESAK NAFAS Diagnosis Pasti : anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thorak,EKG. Berikan O2: 2-4 liter/ menit tergantung derajat sesaknya ( secara intermiten ) Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung tetesan dapat lebih cepat Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi usahakan yang paling
Cari penyebab tindakan selanjutnya tergantung penyebab. PERHATIAN : -
tidak makin memberatkan beban jantung Pada (riwayat) sakit dada jangan injeksi adrenalin fatal Pada PPOM, jika diperlukan O2 aliran kecil : 1Apnea. Pengobatan Spesifik: Penatalaksanaan secara spesifik dilanjutkan sesuai dengan kausanya.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
EPISTAKSIS
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Epistaksis bukan merupakan penyakit namun gejala dari suatu kelainan
Tujuan
Mampu memberikan tindakan awal yang tepat sehingga tidak berlanjut ke keadaan gawat
Prosedur
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Cek tanda vital Pasien diperiksa dalam keadaan duduk. Bila terlalu lemah, dibantu sandaran bantal pada punggung bersihkan hidung dari bekuan darah Tampon kapas / kassa dengan adrenalin 1/10.000, lidocain / pantocain 2% dan vaselin / zalf antibiotik selama 3 – 5’ Bila masih mengalir, kemungkinan epistaksis posterior. Maka pasien dirujuk Cek fungsi hemostasis
STANDAR PELAYANAN MEDIS
INFARK MYOKARD AKUT
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
IMA adalah kerusakan sebagian otot jantung yang disebabkan iskhemik miokard yang bisaanya diakibatkan sumbatan pada arteri koronaria
Tujuan
Mampu mendiagnosis dan memberikan pengelolaan awal kepada penderita AMI sehingga dapat dibebaskan dari ancaman kematian
Tanda Klinis dan Diferensial Diagnosis
A. Tanda klinis 1. rasa tertekan / sakit di daerah substernal selama beberapa jam atau berhari - hari 2. keluhan sesak nafas 3. keringat dingin, mual, muntah dan lemah 4. rasa cemas, takut akan mati 5. rekaman EKG menunjukkan tanda – tanda AMI B. Diferensial diagnosis angina pectoris
Pelaksanaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
baringkan penderita di tempat tidur beri O2 2 – 4 L/ menit, tenaNgkan penderita kurangi rasa sakit dengan cedocard 5mg SL. Jika belum menolong berikan pethidin 50 mg IV / IM pasang infus D5% atau NaCl 0,(% tetesan rumat jika terjadi bradikardi : inj SA 0,25 mg IV sebanyak 2 ampul Jika terjadi aritmia, beri Xyllocard bolus IV Do 1 mg / kgBB (kurang lebih 50 mg). Do maksimal 4 mg / kgBB rujuk
STANDAR PELAYANAN MEDIS
ANGINA PEKTORIS
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Dikenal 2 macam AP yaitu ; AP stabil dan AP tidak stabil AP stabil adalah nyeri dada iskemik yang timbul akibat kegiatan fisik dan tak terdapat perubahan dalam frekuensi, intensitas dan lamanya dalam 30 hari terakhir. AP tidak stabil adalah suatu sindroma klinik dengan nyeri iskemik, spectrum luas dengan berbagai penampilan klinik yang umumnya memperlihatkan perburukan gejala mesti tanpa bukti adanya nekrosis miokard. Biasanya terjadi saat istirahat.
Tujuan
Mampu membuat diagnosis kerja dan mengelola pasien dengan kasus AP sesuai dengan prosedur serta dapat mempersiapkan pengelolaan selanjutnya.
Karakteristik AP
1.
2.
3.
4.
5.
Patofisiologi AP
lokasi biasanya dirasakan terkuat di substernal, bias juga di epigastrium. Nyeri menyebar ke leher – rahang atau ke lengan kiri, bias juga ke punggung. sifat baur/tidak tajam, terasa seperti tertekan, tertindih benda berat, rasa seperti diremas, terbakar, teriris, kadang hanya rasa tak enak saja lamanya AP umumnya hanya terasa 20 – 30 menit, reda dengan pemakaian nitrat atau istrahat. Jika tak reda dengan 2 hal tersebut, mungkin sekali AMI. factor pencetus aktivitas fisik tertentu, misalnya jalan cepat, makan, udara dingin, perubahan suhu, cemas, stress, menyanggah beban berat dan awal dari tidur. gejala penyerta cemas, keringat dingin, sesak nafas, rasa takut
AP timbul jika terdapat iskemia otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen 1. yang menyebabkan turunnya penyediaan oksigen a. penyempitan a.koronaria
2.
Pelaksanaan
b. spasme a.koronaria c. penurunan aliran darah ke jantung yang menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen a. hipertrofi ventrikel b. anemia berat c. kegiatan fisik d. frekuensi denyut jantung meningkat e. hipertiroid f. hipertensi
A. AP STABIL 1. Non farmakologi a. Kurangi beban jantung : istirahat b. Pengendalian factor risiko dan factor pencetus 2. farmakologi a. turunkan beban jantung : turunkan frekuensi denyut jantung, kontrol tekanan darah, kontrol stress. Jika terdapat gagal jantung, segera atasi dengan menggunakan diuretika b. tingkatkan penyediaan oksigen untuk miokard, misalnya dengan obat vasodilator koroner (golongan nitrogliserin dan nitrat oral). Jika tidak berhasil dapt diberikan nitrogliserin parenteral 3. konsultasi dokter penyakit jantung B. AP TIDAK STABIL 1. pengelolaan umum tujuan : mengurangi beban jantung, mengontrol aktor fencetus dan tindakan berjaga – jaga, sampai dengan angina terkontrol dan bebas nyeri dada selama 24 jam. 2. pengelolaan khusus a. atasi nyeri dada nitrat SL dilanjutkan dengan oral b. turunkan kebutuhan oksigen dengan menurunkan denyut jantung, tekanan darah atau rangsangan simpatik, antara lain dengan obat penyekat beta. Bila perlu, tambahkan antagonis kalsium c. O2 2 – 3 L/ menit d. Rujuk
STANDAR PELAYANAN MEDIS
GAGAL JANTUNG
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Merupakan keadaan yang timbul akibat ketidakmampuan jantung memompa sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan metabolic jaringan
Tujuan
Penanganan gagal jantung bertujuan untuk menghilangkan sesak nafas, bila mungkin menghilangkan penyebab gagal jantung dan berusaha memyelamatkan penderita dari ancaman kematian
Penyebab
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tanda Klinis
1. 2. 3. 4.
Tata Laksana
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
peningkatan preload (beban awal), missal regurgitasi mitral penurunan pengisian ventrikel (mitral stenosis) kelemahan otot jantung (infark miokard, kardiomiopati) peningkatan afterload (hipertensi, coarctasio aorta) hilangnya peran sistolik atrium (fibrilasi atrium, hipertrofi hebat atrium) peningkatan beban metabolic (tirotoksikosis, anemia) penurunan kemampuan mengembang ventrikel (hipertrofi ventrikel, amiloidosis, kardiomiopati hipertrofi) dispneu sampai ortopneu sianosis, takikardia, gallop ritme, ronkhi basah paru – paru, mungkin terdengar bising sesuai kelainan katupnya kemungkinan ada hipertensi sistemik, anemia berat, tirotoksikosis sebagai salah satu penyebabnya bila terdapat bersama – sama payah jantung kanan, didapatkan pula tekanan vena jugularis yang meninggi, hepatomegali, asites dan edema kaki baringkan ke tempat tidur dengan posisi ½ duduk berikan O2 3-4 L/ menit digitalisasi, misal dengan digoxin. Dosis pasang jalur infus D5% atau NaCl 0,9% mikrodrip, tetesan rumat. Dapat ditambah aminofilin drip atau bolus 1 amp IV perlahan dapat diberikan lasix injeksi 1-2 amp IV beri tablet kalium (Aspar K atau KSR) untuk NYHA kelas III dan IV : rawat di ICU
STANDAR PELAYANAN MEDIS
HENTI JANTUNG
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Adalah keadaan dimana dilihat bahwa jantung penderita tiba-tiba berhenti berdenyut
Tujuan
Berusaha mengembalikan denyut jantungn kembali normal dan menyelamatkan penderita dari ancaman kematian
Penyebab
1.
4. 5.
penyakit kardiovaskular : iskemik, infark, emboli-pain, fibrosis pada system konduksi (Adam-Stokes, SSS) kekurangan O2 akut, gangguan asam basa dan elektrolit kelebihan dosis obat : digitalis, quinidin, anti depresan, adrenalin syok listrik, reflek vagal, syok anestesi, pembedahan, terapi dan tindakan diagnostik medis
Tanda Klinis
1. 2. 3. 4. 5. 6.
tiba-tiba kesadaran hilang tak teraba denyut arteri besar/carotis henti nafas atau megap-megap suara jantung tak terdengar pupil dilatasi (kurang lebih 45 detik) EKG mendadak flat/asistol
Pelaksanaan
1.
segera lakukan tindakan. Jangan lebih dari 3-5 menit sejak henti jantung terlentangkan penderita, ekstensikan kepala, beri nafas buatan, lakukan teknik kombinasi pijat jantung eksternal bersama dengan bantuan pernafasan lakukan defibrilasi (lihat pada protap pemberian defibrillator) berikan adrenalin 0,5 – 1 mg IV, dapat diulang setiap 3 – 5 menit jika henti jantung telah berlangsung lebih dari 2 menit, berikan bic nat (meylon) dengan dosis : 1 mEq/kgBB, dapat diulang setiap 10 – 15 menit dengan dosis ½ mEq / kgBB CaCl 10% 1 amp IV dapat pula Calsium glukonas jika setelah 15 – 30 menit tak ada respon spontan atau pupil ilatasi maksimal, usaha penanganan dapat dihentikan
2. 3.
2.
3. 4. 5.
6. 7.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
HIPERTENSI EMERGENCY
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Peninggian tekanan darah yang memerlukan tindakan penurunan segera agar dapat dihindari kerusakan target organ yang dapat mengakibatkan kematian
Gejala Klinis
a. b. c. c. d.
Pelaksanaan
1. 2.
tekanan darah : diastole biasanya di atas 140 mmHg mata : pada funduskopi ditemukan adanya perdarahan, eksudat, papil edema neurologis : nyeri kepala, kesadaran menurun, gangguan visus, fokal defisit, kejang, koma renal : oliguria, uremia gastrointestinal : nausea, vomiting pasang infus D5% asal netes (10 tts / menit), pasang NGT bila perlu Obat Oral : a. nifedipin : 5 – 10 mg SL. Onset 5 – 15 menit, durasi 3 – 4 jam b. captopril (ACE inhibitor) : 6,25 – 50 mg. Onst 15 menit, durasi 4 – 6 jam.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
STROKE
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak, terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam), timbul gejala / tanda sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu
Tujuan
Dapat melakukan diagnosis kerja dan melakukan terapi sementara pada pasien stroke di UGD serta mampu mempersiapkan terapi definitive selanjutnya
Pembagian dan Tanda Klinis
A. stroke infark (trombolitik, emboli, hemodinamik) defisit neurologis dapat berupa : 1. TIA : sembuh total dalam 24 jam 2. RIND : sembuh total dalam 3 minggu 3. stroke involution : defisit neurologik fokal masih berlangsung terus 4. copleted stroke tanda – tanda kenaikan TIK jarang timbul pada masa awal (baru muncul pada hari III – IV) khusus untuk kausa emboli, biasanya didapatkan kelainan jantung kesadaran biasanya masih cukup baik skor siriraj < 0 atau negatif B. stroke hemoragik ( perdarahan intra serebral, perdarahan sub arachnoid ) klinis selalu merupakan completed stroke biasanya diikuti dengan kesadaran menurun/koma,nyeri kepala, muntah, kejang tanda – tanda kenaikan tekanan intrakranial timbul awal (tensi naik, bradikardi relatif, tanda herniasi) skor siriraj di atas 0 / positif pada PSA dan perdarahan ventrikel dapat ditemukan tanda kaku kuduk dan meninggal C. stroke usia muda biasanya ditemukan kelainan berupa : penyakit jantung ( aritmia, gangguan katup jantung, infark,
decompensatio cordis ) : kira - kira 8 – 35% gangguan hematologik (sindrom hiperkoagulasi, abnormalitas koagulasi, fibrinolisis, abnormal platelet dan gangguan rheologi darah) : kira-kira 3-8% penggunaan kontrasepsi oral : kira-kira 4-16% kasus migren : kira-kira 2 – 8% kasus penggunaan obat-obatan seperti alcohol, kokain, heroin, simpatomimetik kadang ditemukan adanya tumor otak kelainan pembuluh darah (cavernosus malformation, dll) lebih banyak terjadi pada masa kehamilan Diagnosis Diferensial
1. 2.
epilepsy gangguan metabolic (hipoglikemi, uremia, ensefalopati, hepatic, dll) 3. syncope 4. tumor otak 5. gangguan elektrolit (hipokalemi, hiponatremia) 6. intoksikasi obat (alcohol, barbiturat, transquilizer) 7. migren 8. infeksi 9. ensefalopati hipertensi 10. kelainan psikiatri
Pelaksanaan
A. STROKE INFARK a. Pengobatan umum 1. jalan nafas, oksigenasi, fungsi paru harus diperhatikan 2. tekanan darah jangan diturunkan pada fase akut 3. jika terjadi kejang harus diatasi jika terjadi kenaikan TIK harus segera diturunkan 4. jika terjadi retensi / inkotinensia urin : pasang kateter 5. jaga supaya defekasi teratur jika tak dapat makan, pasang sonde 6. gunakan larutan infus NaCl 0,9% atau RL, jangan gunakan D5% atau D10% b. pengobatan dan penyebabnya farmakoterapi di sini akan berhasil baik jika dilakukan dini, 6 jam sesudah awitan stroke
1.
2.
prevensi terjadinya trombosis : Platelet anti agregasi : aspirin 650 – 975 mg / hari Antikoagulan trombolisis memperbaiki aliran darah ke otak memperbaiki factor hemorrheologi : pentoxifilin R (Trental 15 mg/kg BB/ hari drip selama 5 hari, dilanjutkan oral 2 x 400 mg) hemodilusi menaikkan tekanan perfusi
3. c.
vasodilatasi neuroproteksi atau sitoproteksi
pengobatan factor risiko 1. tekanan darah dilakukan penurunan tekanan darah setelah fase akut, kecuali TD sistolik 220 mmHg, diastolic 120 mmHg. Gunakan antihipertensi yang bekerja cepat 2. gula darah reduksi ++++ ( GD >300 ) : insulin 12 U sc reduksi +++ (GD 250 – 300) : insulin 8 U sc reduksi ++ (GD 200 – 250) : insulin 4 U sc reduksi +/- (GD 200) : insulin – 3. kelainan jantung tergantung jenis kelainannya 4. suhu tubuh penurunan suhu tubuh jika tinggi 5. penurunan TIK manitol 100 cc/4jam (manitol 20% 500 cc) dalam 20 menit. Pastikan tak ada gagal jantung, gagal ginjal, dehidrasi
B. STROKE HEMORAGIK 1. konservatif : umum : sama dengan atas medikamentosa : - PIS : asam traneksamat 6x1 gr - PSA : Ca- channel blocker 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari 2. konsultasi dokter saraf / bedah saraf
Pemeriksaan Penunjang
1.
2. 3. 4.
laboratorium : darah rutin, trombosit, hematokrit, ureum, kreatinin, gula darah, asam urat, kolesterol, trigliserida, LDL, HDL, Na, K, urinalisa foto thorak EKG CT Scan
STANDAR PELAYANAN MEDIS
KEJANG
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Pelaksanaan
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1. 2.
3.
4.
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
anamnesa dan PF selengkapnya dalam keadaan status konvulsi : valium 10mg IV/IM tunggu 10’ bila belum berhenti : tambahkan valium 10mg IV/IM tunggu 10’ bila belum berhenti : tambahkan valium 10mg IV/IM rawat inap diazepam 50 mg dalam 250 cc cairan infus 6 jam tidak dalam keadaan serangan (hanya riwayat) beri luminal 3-5 mg / kgBB / hari rujuk ke poli saraf ditemukan kelainan / defisit neurologis valium 10 mg IV/IM rawat inap.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
SEFALGIA
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Pelaksanaan
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
tindakan sementara beri analgetika (simtomatik) bila dicurigai factor kausatifnya organic (tumor, radang otak, dsb), atau ditemukan kelainan neurologis rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS
LUKA BAKAR
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Tujuan
Pelaksanaan
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Waspada adanya trauma inhalasi Bila ada rujuk Mempertahankan hemodinamik dengan resusitasi cairan Mengetahui dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin terjadi Mengendalikan suhu tubuh
Umum : 1. cek A, B, C 2. menghentikan proses trauma bakar : semua pakaian yang dipakai lepaskan bubuk kimia penyebab luka bakar bersihkan 3. cairan infus luka bakar berat > atau sama dengan 20% sudah perlu infus 2 – 4 cc RL / kgBB / %LLB : ½ dari volume diberikan 8 jam I ½ dari sisanya diberikan 16 jam berikutnya 4. cegah hipotermia 5. rawat luka : aspirasi vesikel / bula antibiotik topical khusus : A. luka bakar karena bahan kimia 1. semprot dengan air dalam waktu 20 – 30 menit. Untuk luka bakar alkali, perlu waktu yang lebih lama. Bila bahan kimia merupakan bubuk, sikatlah dulu sebelum irigasi 2. jangan memberikan bahan – bahan penetral sebab dapat menimbulkan panas dan memperberat kerusakan 3. untuk luka bakar pada mata, perlu irigasi terus menerus selama 8 jam B. luka bakar listrik 1. perhatikan jalan nafas dan pernafasan 2. pasang infus 3. EKG 4. pasang kateter urin
bila urin tampak gelap, mungkin urin mengandung hemokromogen pemberian cairan harus ditingkatkan sehingga tercapai produksi urin sekurang – kurangnya 100 cc / jam (pada dewasa) konsul ahli bedah.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PENANGGULANGAN CEDERA SERVIKAL
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Tujuan
1. 2.
mencegah agar tidak jatuh dalam keadaan lebih buruk mengusahakan agar tercapainya penyembuhan secara maksimal
Pelaksanaan
1. 2. 3.
pasang bidai leher hindari gerakan leher dan tulang belakang bila perlu tindakan resusitasi, dilakukan tahap A, B, C tanpa ekstensi kepala pasang IV line awasi tanda-tanda vital lakukan foto rontgen servikal lateral (setelah penderita memakai bidai leher) pasang kateter urin untuk menghindari over distension vesika urinaria konsul ke ahli saraf / bedah saraf
4. 5. 6. 7. 8.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PENANGGULANGAN CEDERA MATA
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
HEMATOM PALPEBRA
Terapi : 1. kompres dingin 2. beri analgetik, antiperdarahan dan anti pembengkakan
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Terapi : 1. beri analgetika, antiperdarahan, salep antibiotik 2. tutup mata 3. rujuk ke ahli mata
ROBEKAN KONJUNGTIVA
Terapi : 1. bila < 1 cm tidak perlu dijahit 2. bila > 1 cm jahit rujuk 1.
CEDERA BENDA ASING
2.
Superfisial Terapi : Keluarkan corpus alienum dengan hati-hati dengan jarum hipodermik steril 1cc (tetesi dulu dengan tetracain 0,5 - 1%) Bila kornea tampak kotor, lakukan irigasi di sakus konjuntiva dan bola mata dengan NaCl 0,9%, kemudian beri tetes antibiotika spectrum luas tutup perban rujuk intra ocular beri ATS, antibiotika sistemik dan lokal rujuk ke ahli mata
CEDERA LEDAKAN
Terapi : ATS, antibiotika lokal dan sistemik rujuk ke ahli mata
CEDERA KIMIA
Terapi : Irigasi dengan NaCl 0,9% selama 30 menit, antibiotika lokal rujuk ke ahli mata.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
DIARE AKUT
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensi lebih encer/cair daripada biasanya, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul mendadak dan berlangsung tidak lebih dari 2 minggu
Tujuan
Mengenal tanda dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian
Pelaksanaan
1.
2.
anamnesis: BAB cair/encer lebih dari biasa ada / tidak darah muntah, nyeri perut, panas PF : tentukan tanda dan gejala dehidrasi Tentukan tanda atau gejala gangguan keseimbangan elektrolit / asam basa
Diare tanpa dehidrasi
Bukan indikasi rawat Sarankan untuk memberi anak lebih banyak cairan
Diare dengan dehidrasi ringan – sedang
Observasi 3 jam pertama : berikan oralit dengan jumlah : BERAT BADAN penderita (kg) x 75 cc Bila dehidrasi masih ada rawat
Diare dengan dehidrasi berat
Rawat Infus
Bayi < 12 bulan 1 – 5 th
30 cc / kg
75 cc / kg
1 jam pertama
5 jam berikutnya
30 menit
2,5 jam
STANDAR PELAYANAN MEDIS
DEMAM BERDARAH DENGUE
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbo-virus dengan ditandai demam akut, gangguan hematologik, tanpa atau disertai renjatan
Pelaksanaan
I.
DBD tanpa renjatan 1. infus : RL tetesan pemeliharaan (10 cc/kg/jam) 2. antibiotika : ampisilin 50 – 100 mg / kgBB / hari IV dalam dosis terbagi 3. simtomatis antipiretika : parasetamol 10 – 15 mg / kg / x peroral antikonvulsan : diazepam 0,5 mg / kg / kali IV perlahan 4. pengawasan : tanda – tanda vital tanda – tanda perdarahan dan renjatan
II.
DBD dengan renjatan 1. resusitasi cairan a. RL Guyur samapi nadi teraba dan tensi terukur. Diteruskan dengan tetes pemeliharaan. Umumnya dapat tercapai dalam 15 – 30 menit b. Plasma 10 – 15 cc /kgBB dengan tetesan pemeliharaan 2. oksigen 2 L / menit 3. antibiotika : ampisilin 100 – 200 mg /kgBB / hari IV dalam dosis terbagi 4. dexametason : 1 mg/kgBB/hari IV dalam dosis terbagi (diberikan bila terjadi ensefalopati) 5. simtomatis antipiretika :dipiron 10 – 15 mg /kgBB /x IV antikonvulsan : diazepam 0,5 mg /kgBB/x IV 6. pengawasan ketat tanda – tanda vital tanda – tanda perdarahan
III. Indikasi rawat di ruang intensif 1. DBD dengan perdarahan hebat
2. 3. 4.
DBD dengan ensefalopati DBD dengan renjatan berkepanjangan ( prolonged shock) DBD dengan renjatan berulang
IV. Pelaporan pada Dinas Kesehatan Tk II setempat V. Indikasi pulang Keadaan umum baik dan masa kritis berlalu ( > atau 7 hari bebas panas )
Penatalaksanaan
penderita dirawat di kamar terisolasi diet makanan lunak. Minum banyak (1,5 – 2 liter / hari) infus dengan RL atau NaCl 0,9&. Pada kasus ringan sedang kecepatan cairan 1 kolf 4 – 6 jam. Bila terdapat gangguan hemodinamik (tensi turun/presyok), maka cairan dapat diberikan secara cepat (guyur) dahulu, lalu dikurangi bila terdapat tanda perbaikan tidak dianjurkan untuk segera memberikan tranfusi pada keadaan trombositopenia. Bila hitung trombosit < 100.000 / 3 mm dengan tanda-tanda perdarahan, maka dapat diberikan tranfusi konsentrat trombosit ( 1unit setara dengan 10.000 trombosit). Bila tidak terdapat tanda-tanda perdarahn, tranfusi 3 baru diberikan bila trombosit < 20.000 / mm pemberian natrium bikarbonat pada asidosis metabolic bila terdapat perdarahan yang nyata (hematemesis, melena, epistaksis, perdarahan gusi massif, dll) waspada terhadap kemungkinan DIC. Cek hemostatsis : masa perdarahan dan masa pembekuan. Bila memanjang, perlu heparinisasi rujuk bila terdapat tanda-tanda infeksi sekunder, perlu diberikan antibiotik yang sesuai
STANDAR PELAYANAN MEDIS
DEMAM TIFOID
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh S. typhi atau paratyphi
Penatalaksanaan
1. 2.
3. 4.
tirah baring medikamentosa a. antibiotika kloramfenikol 50 – 100 mg/kgBB/hari oral atau IV dalam dosis terbagi b. antipiretika Dipiron 10 – 15 mg/kgBB/x IV Parasetamol 10 – 15 mg /kgBB / oral Diet : lembek / cair Pengawasan a. Tanda – tanda vital b. Komplikasi : perforasi, bronkopnemoni, syok septic, ensefalopati tifoid, hepatitis tifoid, miokarditis tifoid
Ensefalopati tifoid : demam tifoid disertai 1 atau lebih gejala : Kejang Kesadaran menurun Kesadaran berubah / kontak tidak ada Terapi : sama dengan di atas, ditambah dexametason 1mg/kgBB/x. Bila curiga perdarahan gastrointestinal, dexametason tidak usah diberikan.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
ASMA BRONKHIAL AKUT
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Penyakit dengan karakteristik meningkatkan reaksi bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan
Penatalaksanaan
1. 2.
asma ringan dapat diberikan obat per oral asma sedang – berat a. O2 1-2 liter/menit, posisi ½ duduk b. Aminofilin 4-6 mg/kgBB IV bolus. Bila tekanan darah rendah, injeksi adrenalin 1/1000 dosis 0,1 cc/kgBB subkutan. Maksimal 0,35 cc. Dapat diulang 2-3 kali selang 20 – 30 menit c. Infus D5% d. Dexametason inisial 0,3 mg/kgBB IV dan dilanjutkan 0,3mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis e. Aminofilin mantanance 10 – 15 mg/kgBB hari perdrip, diberikan jam setelah bolus f. Antibiotik g. Ekspektoran / mukolitik
STANDAR PELAYANAN MEDIS
GASTROENTERITIS DEHIDRASI
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Diagnosis
Penatalaksanaan
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
riwayat diare dengan atau tanpa muntah-muntah klinis : penderita dehidrasi (lidah kering, turgor menurun), dapat disertai demam, hemodinamik terganggu : tensi rendah, nadi cepat, akral dingin. Pada dehidrasi berat dan lama, kesadaran menurun dan dapat terjadi gagal ginjal akut dengan asidosis metabolic sebaiknya disediakan disediakan ruang khusus khusus dengan tempat tidur khusus khusus (cholera cot) & ember penampung diare rehidrasi dengan RL. Kebutuhan cairan ditentukan berdasar system penilaian sesuai table berikut : Gejala klinis
Skor
Muntah
1
Suara serak (vox cholera)
2
Kesadaran apatis
1
Kesadaran somnolen, soporous hingga koma
2
Tensi sistolik < 90 mmHg
2
Nadi > 120/ menit
1
Nafas Kussmaul (>30x/menit, dalam)
1
Turgor kulit menurun
1
Facies kolerica (muka keriput, mata cekung)
2
Ekstremitas dingin
1
Jari tangan keriput (washer’s hand)
1
Sianosis
2
Umur > 50 tahun
-1
Umur > 60 tahun
-2
Jumlah kebutuhan cairan = skor x BB (kg) x 100 cc 15 jumlah cairan ini ini diberikan dalam 2 jam jam kebutuhan selanjutnya disesuaikan dengan keluaran diare yang diukur di penampung pada penderita usia > 40 tahun, sebaiknya dimonitor EKG. Bila terdapat insufisuensi koroner, pemberian cairan hati – hati. hati. Kecepatan pemberian pemberian cairan dapat dikurangi (dalam 4 jam)
antimikroba : tetrasiklin 4 x 500 mg, pada jenis koleriform bila diare merupakan bagian dari demam tifoid, maka pilihan antibiotik adalah kloramfenikol atau tiamfenikol. Siprofloksasin dalam praktek sehari – hari hari berguna bagi eradikasi kuman di usus.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
HIPOGLIKEMIA
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Diagnosis
Penatalaksanaan
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Gula darah < 60 mg / dL Gejala-gejala hipoglikemia baru tampak bila gula darah < 45 mg / dL, yaitu : a. Berkeringat dingin / banyak berkeringat, penderita tampak pucat b. Timbul rasa lapar, parestesia bibir serta ujung jari c. Berdebar-debar Berdebar-debar dan gemetar d. Pada stadium lanjut, bila efek hipoglikemia sudah mengenai SSP, maka penderita mengeluh : penglihatan kabur / diplopia, nyeri kepala, timbul gerakan-gerakan spastik terutama tungkai bawah, sering menguap. Penting anamnesis pemakaian obat hipoglikemik oral dan insulin Pada kasus ringan, penderita yang mengeluh lemas, keringat dingin setelah minum obat diabetes, segera diberi minum air bergula (sirup, the manis) dan menghentikan sementara obat yang diminum. Cek gula darah Pada kasus berat, penderita tidak sadar, namun alloanamnesa mengungkap penderita Dm yang biasa menggunakan obat diabetes, maka segera berikan suntikan bolus glukosa 40% 1 ampul cek gula darah pasang infus D10% dengan tetesan 30/menit cek gula darah setelah ½ jam bila perlu dapat diberikan glukosa 40% lagi untuk menaikkan gula darah di atas 60 mg/Dl Pada penderita usia lanjut dengan insufisiensi ginjal, pengawasan gula darah harus intensif (tiap jam), karena kemungkinan menurunnya kadar gula darah kembali oleh ekskresi obat yang buruk. Kadang-kadang diperlukan waktu berhari-hari untuk memperoleh kadar gula darah yang stabil/normal. Bila kadar gula darah telah normal / stabil, namun penderita tidak sadar telah terjadi edema serebri mengurangi edema serebri dengan infus manitol, pemberian steroid dan oksigen
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MALARIA
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Diagnosis Malaria berat
Organ yang terkena: 1. otak : timbul delirium, disorientasi, stupor, koma, kejang, dan tanda neurologis fokal 2. saluran gastrointestinal : muntah, diare hebat, perdarahan dan malabsorbsi 3. ginjal : nekrosis tubular akut, hemoglobinuria, gagal ginjal akut 4. hati : timbul ikterus karena adanya gangguan hepar 5. paru : edema paru 6. lain-lain : anemia, malaria hiperpireksia, hipoglikemia, demam kencing hitam MALARIA RINGAN KLOROKUIN
hari ke-1 dan 2 mendapat 600mg , hari ke-3 mendapat 300mg Atau SULFADOKSIN PIRIMETAMIN 1000-1500 mg sulfadoksin dan 50-75 mg pirimetamin Penatalaksanaan
1.
2. 3.
syok dengan hipovolemia 1 jam pertama: 30 cc/kgBB/jam, dilanjutkan 23 jam berikutnya 20cc/kg/jam, dan tetes pemeliharaan 10cc/kg/hari Dilakukan pengawasan terhadap: tekanan darah, volume urin harus >400 cc/hari Kemungkinan terjadi edema paru hipertermia berikan antipiretik tranfusi darah indikasi : HB < 6gr/dl atau Ht < 18% 3 Jumlah eritrosit < 2 juta / mm Tranfusi diberikan untuk mempertahankan agar Hb > 8 g% dan Ht > 20% Dilanjutkan perbaikan gizi dan pemberian asam folat
4.
5.
6.
Pengobatan Spesifik
Pemeriksaan Penunjang
5 mg selama 2-3 minggu gejala serebral a. edema serebral deksametason 10 mg IV, dapat diulang tiap 4-6 jam b. kejang diazepam 10-20 mg IV atau klorpromazin 50-100 mg IV dapat diulang tiap 4 jam gangguan fungsi ginjal muntah-muntah, urin < 400 cc/hari amati tekanan darah, produksi urin, gejala kekurangan natrium, adanya edema paru, pengaturan keseimbangan cairan hipoglikemia suntik 50cc dextrose 40% IV, dilanjutkan infus D10%
1.
Kina : infus 500-1000 mg kina hidroklorid/dihidroklorid dalam 500 cc garam fisologis dan glukosa. Lama pemberian 1-2 jam. Dalam 24 jam dapat diulang hingga dosis maksimal 2000 mg. Pada anak 5-10 mg/kg dalam 20-300 cc garam fisiologis, diberikan 2-4 jam Catatan : pada pasien berat, metabolisme kina lambat karena gannguan hati. Untuk menghindari keracunan, kina mula-mula diberikan 10 mg/kg dengan interval optimum 12 jam, kemudian dinaikkan menjadi 20-30 mg/kg bila perlu
2.
klorokuin Dewasa 300-400 mg basa IM. Dapat diulang maksimal 900 mg basa/24 jam. Pada anak dosis pertama maksimal 5 mg/kg dengan dosis total tidak lebih dari 10 mg/kg/24 jam. Sebaiknya dosis suntikan dibagi dua dengan perbedaan 1-2 jam. Jangan diberikan pada bayi dan anak kecil
Parasit malaria, darah rutin, ureum kreatinin, SGPT, SGOT, urinalisa
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PEMBERIAN INSULIN (SLIDING SCALE)
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian GDS < 200 RI tidak diberikan 201 – 250 ........................................................ RI 5 U SC 251 – 300 ........................................................ RI 10 U SC 301 – 350 ........................................................ RI 15 U SC > 350 ........................................................ RI 20 U SC Pemberian RI setiap 6 jam, jadi pengambilan GDS tiap 6 jam. Setelah pemberian RI 4 kali (24 jam), maka seluruh RI dijumlahkan lalu dibagi 3 hasilnya diberikan setiap 8 jam dimulai dari pemberian RI yang terakhir.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
GLASGOW COMA SCALE
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
RESPON MATA
BUKA
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
a. b. c. d.
SPONTAN ATAS PERINTAH KARENA NYERI NEGATIF
4 3 2 1
RESPON BERBICARA
a. b. c. d. e.
ORIENTASI BAIK ORIENTASI TERGANGGU KURANG JELAS TAK DIMENGERTI NEGATIF
5 4 3 2 1
RESPON GERAK
a. MENURUT PERINTAH
6
b. MELOKALISIR NYERI
5
c. FLEKSI PADA TEMPAT YANG DIRANGSANG 4 d. FLEKSI ABNORMAL 3 e. EKSTENSI 2 f. NEGATIF 1
STANDAR PELAYANAN MEDIS
INFORMED CONSENT
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
I.
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
PENGERTIAN Informed Consent adalah penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan penjelasan mengenai segala akibat samping yang mungkin terjadi akibat tindakan yang akan dilakukan. II. TUJUAN Untuk perlindungan hukum dalam rangka memenuhi etik kedokteran. III. PROSEDUR 1. Setiap tindakan harus dijelaskan kepada pasien dan keluarga oleh perawat. 2. Setiap tindakan yang dapat membahayakan terhadap pasien wajib dijelaskan oleh dokter mengenai: Kepentingan tindakan yang akan dilakukan. Prosedur tindakan yang akan dilakukan. Kemungkinan akibat samping yang dapat terjadi. 3. Setelah pasien mendapatkan penjelasan dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dengan segala akibat samping yang mungkin terjadi, pasien harus menandatangani persetujuan tindakan pada lembar informed consent yang telah disediakan sebagai Pihak I. Sedangkan dokter/perawat juga harus tanda tangan sebagai Pihak II, diikuti tanda tangan salah satu keluarga pasien sebagai saksi. 4. Kriteria tindakan yang perlu dibuatkan lembar informed consent : Pemasangan NGT Pemasangan kateter
STANDAR PELAYANAN MEDIS
TUGAS PERAWAT
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
1. 2. a. b. 3.
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Memberikan pelayanan perawatan secara langsung sesuai dengan rencana perawatan dan rencana medik yang telah berdasarkan proses perawatan. Membantu Kepala Unit dalam ketatalaksanaan ruangan secara administratif antara lain : Menyiapkan data pasien baru / pulang meninggal serta mengisi catatan perawatan / formulir, dll. Mengadakan rujukan.
a. b.
Memberikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual dari pasien antara lain : Memelihara kebersihan pasien dan lingkungannya. Mengurangi penderitaan pasien dan memberikan rasa nyaman.
4. a. b.
Menciptakan dan memelihara hubunga baik antara lain : Perawat dengan pasien / keluarga / masyarakat. Perawat dengan perawat / dokter / anggota tim lainnya.
5.
Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan / diagnostik. Melatih pasien untuk dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengankemampuan/ kondisi pasien. Memberikan pertolongan segera kepada pasien gawat / sakratul maut ( meninggal ). Menilai hasil kegiatan pelaksana pelayanan perawatan dan pengobatan pasien sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan. Melaksanakan tugas dinas pagi / sore / malam / hari libur lainnya secara bergiliran sesuai dengan jadwal dinas. Melaksanakan serah terima tanggung jawab tentang ruangan, keadaan pasien, pesan – pesan khusus lisan / tertulis, peraturan serta kegiatan perawatan yang telah dilakukan kepada pelaksana perawatan berikutnya. Menghadiri pertemuan ilmiah, penelitian, pertemuan untuk peningkatan pengembangan karier. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya. Memelihara hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat lingkungan kerjanya.
6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
SISTEM RUJUKAN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Sistem rujukan adalah suatu rangkaian pelayanan pasien/ pemeriksaan penunjang dari tempat pelayannan yang kurang lengkap ke tempat pelayanan yang lebih lengkap untuk mendapatkan pelayanan yang memadai sesuai dengan kasusnya/penyakitnya. TUJUAN - Terselenggaranya pelayanan pasien/ pemeriksaan penunjang rujukan secara efektif dan efisien - Terselenggaranya pelayanan pasien/ penunjang rujukan oleh tenaga spesialis sesuai dengan bidang keahliannya. PROSEDUR - Pasien Oleh karena kondisi penyakitnya memerlukan pemeriksaan atau perawatan ke rumah sakit yang lebih memadai. - Petugas rumah sakit(paramedis, dokter) atau dokter spesialis yang merawat harus memberitahu atau memotivasi, pasien atau keluarga pasien tentang perlunya merujuk pasien. - Pasien diantar petugas medis/paramedis rumah sakit, dengan membawa surat rujukan ditujukan rumah sakit rujukan. - Pasien yang memerlukan alih perawatan harus dikoordinasikan antara keluarga pasien, petugas rumah sakit, dan petugas rumah sakit rujukan. - Pasien yang tidak perlu alih rawat, setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelesaian administrasi , pasien segera dibawa kembali ke ruang perawatan semula.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
REKAM MEDIK
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
I.
PENGERTIAN Rekam Medik adalah suatu kegiatan yang berurutan mengenahi dokumen suatu pasien yang menyangkut antara lain identitas pasien, riwayat penyakit, perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, terapi dan sebagainya.
II.
TUJUAN - Tersedianya catatan medis pasien secara lengkap - Tersimpan rekam medis secara baik.
III.
PETUGAS YANG TERKAIT 1. Kepala instalasi terkait (IGD, IRJ, Instalasi rawat inap) 2. Bagian Rekam Medik 3. Perawatan 4. SMF terkait 5. Dokter dan Perawat yang bertugas
IV.
KEBIJAKAN - Rekam medik sebagai dokumen penting pasien, harus terisi lengkap dan benar. - Rekam medik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan medis, oleh karenanya setiap pasien wajib memiliki Rekam Medik. - Rekam medik berisi data keadaan pasien yang harus dijaga kerahasiaannya.
V.
PROSEDUR - Pasien yang akan mendapatkan pemeriksaan dan tindakan medis harus dibuatkan rekam mediknya dan setiap pasien mendapatkan kartu nomor CM. - Rekam medik dibuat di loket pendaftaran kemudian dibawa ketempat pelayanan pasien. - Data umum seperti Identitas, status keluarga dan lainnya diisi oleh petugas loket pendaftaran secara tegas, jelas dan benar. - Data tentang penyakit diisi oleh dokter yang memeriksa atau merawat pasien, secara lengkap, benar dan berkesinambungan. - Data keperawatan, lab, Ro diisi oleh perawat yang menangani pasien, secara lengkap, benar dan berkesinambungan. - Resume penyakit diisi oleh dokter yang menangani/merawat pasien paling lambat 2 X 24 jam setelah pasien pulang - Rekam medik disimpan secara baik dan aman oleh petugas rekam medik.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PENGHENTIAN PELAYANAN PASIEN (ATAS PERMINTAAN SENDIRI)
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
I.
PENGERTIAN Penghentian pelayanan medis (kehendak pasien & keluarga) adalah tindakan untuk tidak melanjutkan pengobatan dan bantuan hidup lainnya kepada pasien yang secara medis tidak mungkin lagi untuk dapat hidup normal seperti sedia kala.
II.
TUJUAN - Tersedianya acuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang menginginkan penghentian pelayanan medis oleh karena kehendak sendiri dan keluarganya.
III.
PETUGAS YANG TERKAIT - Kepala Instalasi Rawat Terkait - Kepala keperawatan - Dokter dan perawat yang bertugas.
IV.
KEBIJAKAN - Eutanasia tidak dianut di RS Trijata Denpasar. - Pasien mempunyai hak untuk menentukan cara pengobatan yang terbaik bagi dirinya.
V.
PROSEDUR - Pasien & keluarga yang ingin menghentikan pelayanan medis disampaikan kepada dokter yang merawat pasien tersebut. - Dokter yang merawat berkewajiban menjelaskan kepada pasien dan atau keluarganya tentang kondisi pasien berdasarkan ilmu kedokteran modern, yang pada akhirnya keputusan diserahkan kepada pasien dan keluarganya. - Pasien yang menghentikan pelayanan medisnya berkewajiban menandatangani surat penolakan perawatan lanjutan di RS Trijata. Setiap pasien yang menghentikan pelayanan medis untuk pulang kerumah, segala peralatan medis yang memerlukan penanganan khusus harus dilepas (seperti : Endotrakeal tube, kateter, infus, peralatan central venous pressure(CVP) dll).
STANDAR PELAYANAN MEDIS
BRADIKARDI
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
DEFINISI Denyut jantung kurang dari 60 x / menit dengan tanda klinis perfusi yang buruk (unstable) : 1. Perubahan status mental akut. 2. Ongoing chest pain 3. Hipotensi 4. Acut Coronary Syndrome 5. Tanda syok lain
PENATALAKSAAN 1. Airway 2. Breathing 3. Oksigen 4. Monitor EKG 5. IV Line, ambil contoh darah. 6. Atropin 0,5 mg IV dapat diulang sampai 3 mg. 7. Pertimbangkan epinefrin ( 2 – 10 μg/menit) atau dopamine 2 – 10 μg/kg/menit. 8. Cari penyebab (6 H, 5 T).
STANDAR PELAYANAN MEDIS
ODEM PARU AKUT
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Gejala Klinis : Syok, hipoperfusi, Gagal jantung kongestif, Acut Pulmonary Oedem (Rh +/+), sesak berat mendadak, gelisah, keringat dingin, penurunan kesadaran, sianosis, gallop, murmur (+)
ABC, IV line, cek lab, EKG
Curiga hipovolemi : Pasang IV line grojok 300 cc dalam 10 menit jika ronki bertambah stop grojok.
Udem Paru
Pump problem
Oksigen dan intubasi jika perlu
Posisi setengah duduk.
Jika tensi ≥ 90 mmHg :
ISDN 1 tab SL
Volume problem
Grojok RL
Rate problem
Takikardi
Bradikardi
Ukur Tekanan Darah
TD < 70 mmHg Nor epinefrin 0,5 – 30
TD 70-100 mmHg dengan gejala syok
TD 70 - 100 mmHg tanpa gejala syok
STANDAR PELAYANAN MEDIS
ACUTE CORONARY SYNDROME
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Nyeri dada yang diduga iskemia
ABC, IV line, EKG 12 lead, cek lab
Cek saturasi oksigen, berikan oksigen 4 liter/menit
As irin 80 m 4 tablet
ST-Elevation Miocard Infark (STEMI)
ST-Elevation Miocard Infark (STEMI)
Normal
Observasi RUJUK RS
STANDAR PELAYANAN MEDIS
KRISIS HIPERTENSI
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
DEFINISI Krisis Hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua: 1. Hipertensi emergency: situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif. 2. Hipertensi urgency : situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
DIAGNOSIS Anamnesis: Riwayat hipertensi dan terapinya, kepatuhan minum obat pasien, tekanan darah rata-rata, riwayat pemakaian obat simpatomimetik dan steroid, kelainan hormonal, riwayat penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral, jantung, dan gangguan penglihatan. Pemeriksaan Fisis: Tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut nadi perifer, bunyi jantung, bruit pada abdomen, adanya edema atau tanda penumpukan cairan, funduskopi, dan status neurologis. Laboratorium: sesuai dengan penyakit dasar, penyakit penyerta, dan kerusakan organ target.
DIAGNOSIS BANDING Penyebab hipertensi emergency: Kondisi serebrovaskular: ensefalopati hipertensi, infark otak aterotrombotik dengan hipertensi berat, perdarahan intraserebral, perdarahan subarahnoid, dan trauma kepala. Kondisi jantung: diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut, infark miokard akut, pasca operasi bypass koroner. Kondisi ginjal: GN akut, hipertensi renovaskular, krisis renal Karena penyakit kolagen-vaskular, hipertensi berat pasca transplantasi ginjal. Akibat katekolamin di sirkulasi: krisis feokromositoma, interaksi makanan atau obat dengan MAOI , penggunaan obat simpatomimetik, mekanisme rebound akibat penghentian mendadak obat antihipertensi, hiperrefleksi otomatis pasca cedera korda spinalis. Eklamsia Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca operasi dari garis jahitan vascular. Luka bakar berat Epistaksis berat Thrombotic thrombocytopenic purpura.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis, ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, EKG. Pemeriksaan khusus sesuai indikasi: foto thoraks, ekokardiografi, USG abdomen, dan CT Scan.
TERAPI
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic kurang lebih 110 mmHg atau berkurang mean arterial blood pressure 25 % (pada stroke penurunan hanya boleh 20 % dan khusus pada stroke iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi > 220/130 mmHg) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12-16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
KOMPLIKASI
Kerusakan organ target Hipertensi urgency: B. Obat
C. Dosis
D. Awitan
E. Lama Kerja
Kaptopril
6,25-50 PO/SL
mg
15 menit
4-6 jam
Klonidin (Catapres)
Dosis awal 0,15 PO, selanjutnya 0,15 mg tiap jam dapat diberikan sampai dengan dosis total 0,9 mg
0,5-2 jam
6-8 jam
Furosemid
20-40 mg PO
0,5-1 jam
6-8 jam
G. Dosis
H. Awitan
Hipertensi urgency: F. Obat
I.
Lama Kerja
Furosemid
20-40 mg, dapat diulang. Hanya diberikan bila terdapat retensi cairan.
Klonidin
6 ampul dalam 250 ml cairan infus, dosis diberikan dengan titrasi
5-15 menit
2-3 jam
STANDAR PELAYANAN MEDIS
SEPSIS DAN SYOK SEPTIK
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
A. DEFINISI
Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh infeksi. Renjatan (syok) septic: sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS < 90 mmHg atau penurunan > 40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan darah. Sepsis berat: gangguan fungsi organ atau kegagalan fungsi organ termasuk penurunan kesadaran, gangguan fungsi hati, ginjal, paru-paru, dan asidosis metabolik. B. DIAGNOSIS SEPSIS
1. SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih berikut: 0 0 Suhu badan > 38 C atau < 36 C Frekuensi denyut jantung > 90x/menit Frekuensi pernafasan >24x/menit atau PaCO 2 < 32 3 3 Hitung leukosit > 12.000/mm atau < 4.000 /mm , atau adanya >10 % sel batang 2. Ada fokus infeksi yang bermakna C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
SGPT/SGOT, ureum, kreatinin, gula darah, analisis gas darah, elektrolit, kultur darah dan infeksi fokal (urin, pus, sputum, dll) disertai uji kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotik, foto thoraks. D. TERAPI
Eradikasi fokus infeksi Antimikroba empirik : Ceftriakson 2x1 gram dikombinasi dengan gentamisin 2x1 ampul dan metronidazol 3x500 mg. Suportif: Resusitasi cairan dengan grojok RL sampai terdapat respons (peningkatan TD, penurunan HR, kecukupan isi nadi, perabaan kulit ekstremitas, produksi urin dan perbaikan kesadaran), dengan memperhatikan tanda kelebihan cairan (peningkatan JVP, ronki, gallop S 3 dan penurunan saturasi oksigen), dengan mempertimbangkan kebutuhan kalori perhari. O2 1-2 liter/menit Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetap hipotensi, diberikan vasoaktif untuk
mencapai tekanan darah sistolik > 90 mmHg dan urin dipertahankan > 30 ml/jam. Vasoaktif yang digunakan dopamine atau efinefrin 0,1-0,5 g/kgBB/menit. Transfusi komponen darah sesuai indikasi. Koreksi gangguan metabolik: elektrolit, gula darah, dan asidosis metabolic (secara empiris dapat diberikan bila pH<7,2 atau bikarbonat serum < 9 mEq/l, dengan disertai upaya perbaikan hemodinamik). Nutrisi yang adekuat Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal. Kortikosteroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal. Bila terdapat KID dan didapatkan bukti terjadi tromboemboli , dapat diberikan heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolus, dilanjutkan 15-25 IU/kgBB/jam dengan infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan untuk mencapai target apt 1,5-2 kali kontrol atau antikoagulan lainnya.
KOMPLIKASI
Gagal nafas, gagal ginjal, gagal hati, KID, syok septic ireversibel.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
HEMOPTISIS
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
DEFINISI
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah dari saluran nafas. Darah bervariasi dari dahak disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah saja. Batuk darah massif adalah batuk darah lebih dari 100 mL hingga lebih dari 600 mL dalam 24 jam. E. DIAGNOSIS
F.
Anamnesis Batuk, darah berwarna merah segar, bercampur busa, Batuk sebelumnya, dahak (jumlah, bau, penampilan), demam, sesak, nyeri dada, riwayat penyakit paru, penurunan berat badan, anoreksia. Penyakit komorbid, riwayat penyakit sebelumnya Kelainan perdarahan, penggunaan obat antikoagulan/obat yang dapat menginduksi trombositopenia. Kebiasaan : merokok Pemeriksaan fisik Orofaring, nasofaring: ada tidak sumber perdarahan. Paru: ronki basah atau kering, pleural friction rub, Jantung: tanda-tanda hipertensi pulmonal, mitral stenosis, gagal jantung Foto toraks: menentukan lesi paru (local/difus), kardiak Laboratorium LED, ureum kreatinin, urin lengkap Hemostasis (apt): bila perlu Sputum: pemeriksaan BTA langsung, kultur, pewarnaan Gram, kultur MOR Bronkoskopi: Menentukan lokasi sumber perdarahan dan diagnosis CT Scan toraks: menemukan bronkiektasis, malformasi AV DIAGNOSIS BANDING
Sumber trakeobronkial: Neoplasma (karsinoma bronkogenik, tumor metastasis endobronkial, dll) Bronkitis (akut dan kronik) Bronkiektasis Bronkiolitiasis Trauma Benda asing
Sumber parenkim paru: Tuberkulosis paru Pneumonia Abses paru Mycetoma (fungus ball) Sindroma Goodpasture). Granulomatosis Wegener Pneumonitis lupus Sumber vascular Peningkatan tekanan vena pulmonal (stenosis mitral) Emboli paru Malformasi AV Hematemesis Perdarahan nasofaring Koagulopati, pengobatan trombolitik/antikoagulan
TERAPI Hemoptisis massif: Tujuan terapi adalah mempertahankan jalan nafas, proteksi paru yang sehat, menghentikan perdarahan. Istirahat baring, kepala direndahkan tubuh miring ke sisi sakit Oksigen Infus, bila perlu transfusi darah Medikamentosa: Antibiotika Kodein tablet untuk supresi batuk Koreksi koagulopati: vitamin K intravena Bronkoskopi Intubasi selektif pada bronkus yang tidak berdarah (bila perlu)
Indikasi operasi pada pasien batuk darah masif: Batuk darah ≥ 600 cc/24 jam, dan pada observasi tidak berhenti. Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb < 10 g/dl, dan pada observasi tidak berhenti. Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb > 10 g/dl, dan pada observasi tidak berhenti. Hemoptisis non-masif: Tujuan terapi adalah mengendalikan penyakit dasar. Terapi konservatif sesuai dengan penyakit dasar.
KOMPLIKASI Asfiksia, atelektasis, anemia.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
HEMATEMESIS MELENA
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
DEFINISI Hematemesis adalah muntah darah berwarna hitam ter yang berasal dari slauran cerna bagian atas. Melena adalah buang air besar (BAB) berwarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di proksimal ligamentum Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster, dan esophagus. DIAGNOSIS Muntah dan BAB darah warna hitam dengan sindrom dyspepsia, bila ada riwayat makan obat OAINS, jamu pegal linu, alkohol yang menimbulkan erosi/ulkus peptikum, riwayat skait kuning/hepatitis. Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dapat disertai gangguan kesadaran (prekoma/koma hepatikum), dapat terjadi syok hipovolemik. DIAGNOSIS BANDING Hemoptisis, hematokezia PEMERIKSAAN PENUNJANG Hemostasis lengkap atau masa perdarahan, masa pembekuan, masa protrombin, elektrolit (Na, K, Cl), pemeriksaan fungsi hati (kolinesterase, albumin/globulin, SGPT, SGOT, petanda hepatitis), foto rontgen OMD, USG hati. TERAPI Nonfarmakologis: tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang NGT untuk dekompresi, pantau perdarahan.
Farmakologis: Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10 gr%, pada kasus non varises tranfusi sampai dengan Hb 12 gr%. Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misalnya dekstran/hemacel) atau NaCl 0,9 % atau RL. Untuk penyebab non varises: 1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. 2. Sitoprotektor: sukralfat 3-4x1 gram atau Teprenon 3 x 1 tablet 3. Antasida 4. Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis atau sirosis hati. Untuk penyebab varises: Metoklopramid 3 x 10 mg/hari.
Bila ada gangguan hemostatis obati sesuai kelainan Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati diberikanLaktulosa (duphalag) 4 x 1 sendok makan dan Neomisin 4 x 500 mg sampai tinja normal.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
OBAT LIFESAVING
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
I.
PENGERTIAN SOP Obat Life Saving adalah Standar Operating Procedure untuk penggunaan obat-obat yang diperlukan pada kasus-kasus gawat darurat yang mengancam jiwa.
II.
TUJUAN Terselenggaranya pelayanan kesehatan RS Bhayangkara Banjarmasin secara efektif dan efisien sesuai standar pelayanan medis.
III. PETUGAS YANG TERKAIT 1. Dokter 2. Kepala Ruangan 3. Seluruh Perawat IV. KEBIJAKAN Diharapkan perawatan tersebut dapat memberikan pelayanan yang sebaiknya. V. No.
PROSEDUR
Nama Obat
1.
Efedrin
2.
Dopamin
3.
Dobutamin
3.
Aminofilin
4.
Dexamethason
Sediaan
1 Ampul /ml = 50 mg Diencerkan sampai 10 ml 1 cc = 5 mg 1 Ampul = 200 mg diencerkan dalam D5% 500 cc Per Infus 250 mg dalam NaCl 0,9 % atau D5% Per Infus 1 Ampul 10 ml (24 mg/ml) 1 Ampul 1 ml = 5 mg
Dosis Dewasa
Dosis Anak
Indikasi
2 cc = 10 mg
0,2 mg / kg BB
Jika TD turun > 20 % dari TD awal
5 μg/kgBB/menit Kecepatan tetesan = 0,25 x BB (tetes/menit) 2-20 μg/kgBB/menit.
5 μg/kgBB/menit Kecepatan tetesan = 0,25 x BB (tetes/menit) 2-20 μg/kgBB/menit.
Syok kardiogenik
1 Ampul
5 mg/ kgBB
1 Ampul
1 mg/ kgBB
Jika terjadi bronkokonstriksi Jika terjadi reaksi anafilaksis
Syok kardiogenik
5.
Adrenalin
7.
Sulfas Atropin
8.
Natrium Bikarbonat
9.
Mg SO4 40 %
10.
FIMA HES
1 Ampul dilanjutkan flush 20 ml kemudian Infus kontinu 30 mg (30 ml larutan 1 : 1000) ke dalam 250 ml NaCl 0,9 % atau D5% dengan kecepatan 100 mg/jam dititrasi sesuai respon 1 Ampul 1 ml = 1 mg Infus 2 – 10 μg/menit (1 mg lar 1 : 1000 dimasukkan ke dalam 500 ml NaCl 0,9 % dengan kecepatan 1 – 5 ml/menit 1 Ampul 1ml Bolus IV 1 mg = 0,25 mg ulangi setiap 3 – 5 menit (bila asistol menetap sampai dosis max 0,03 – 0,04 mg/kgBB 1 Ampul 1 ml 0,5-1 mg IV setiap = 0,25 mg 3 – 5 menit dosis max 0,04 mg/kgBB. Dapat digunakan interval dosis yang lebih singkat (setiap 3 menit dengan dosis maksimal 0,04 mg/kgBB. 8,4 % : 1 mEq/ml 1/3 x BE x BB dalam 10 ml ½ dosis bolus 4,2 % : 0,5 mEq/ml perlahan, 1-2 jam dalam 10 ml jika masih asidosis ½ dosis lagi per infus. 1 flash 10 cc = 40 % 10 cc Bo-Ka Bo-Ki 1 flash = 500 cc 20 tetes/menit
11. 12. 13.
ISDN Ascardia Nifedipin
Tablet 5 mg Tablet 80 mg Tablet 10 mg
Adrenalin
Sulfas Atropin
1 Ampul 1ml = 1 mg
1 tablet SL/ P.O 4 Tablet SL / P.O 1 Tablet SL
0,25 - 0, 3 mg/ kgBB
Jika terjadi Cardiac Arrest
0,25 - 0, 3 mg/ kgBB
Jika terjadi Bradikardi atau hipotensi berat.
0,005 mg/ kgBB
Jika terjadi PEA (Pulseless Electrical Activity)
0,005 mg/ kgBB
Jika terjadi Bradikardi
1 mEq / kgBB/kali
Asidosis Metabolik
Sesuai Darrow -
PreEklamsi – Eklamsi Plasma Ekspander Infark Miokard Infark Miokard Krisis Hipertensi
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PEMASANGAN OKSIGEN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
I.
PENGERTIAN SOP Alat Life Saving adalah Standar Operating Procedure untuk penggunaan alat-alat yang diperlukan pada kasus-kasus gawat darurat yang mengancam jiwa.
II.
TUJUAN Terselenggaranya pelayanan kesehatan RS Bhayangkara Banjarmasin secara efektif dan efisien sesuai standar pelayanan medis.
III. PETUGAS YANG TERKAIT Dokter Kepala Ruangan Seluruh Perawat IV. KEBIJAKAN Diharapkan perawatan tersebut dapat memberikan pelayanan yang sebaiknya. V.
PROSEDUR 1. Periksa dulu kelengkapan alat, apakah regulator sudah terpasang pada tabung oksigen, ada tidaknya selang O 2 atau masker O2 jika diperlukan. 2. Perhatikan ketinggian air pada regulator, jika kurang sebaiknya ditambahkan lagi sampai setinggi pertengahan antara batas maksimum dan minimum. 3. Perhatikan jumlah oksigen yang tertera pada regulator, jika habis ganti dengan tabung oksigen yang baru. 4. Hubungkan selang oksigen pada regulator. Putar ke kanan shut open pada regulator, pastikan bola pada regulator naik sampai besar tekanan oksigen (liter/menit) yang dikehendaki. 5. Pastikan oksigen keluar dari bagian nasal selang / masker oksigen. 6. Pasang selang / masker oksigen pada pasien.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PEMASANGAN GOEDEL
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
I.
PENGERTIAN SOP Alat Life Saving adalah Standar Operating Procedure untuk penggunaan alat-alat yang diperlukan pada kasus-kasus gawat darurat yang mengancam jiwa.
II.
TUJUAN Terselenggaranya pelayanan kesehatan RS Bhayangkara Banjarmasin secara efektif dan efisien sesuai standar pelayanan medis.
III. PETUGAS YANG TERKAIT Dokter Kepala Ruangan Seluruh Perawat IV. KEBIJAKAN Diharapkan perawatan tersebut dapat memberikan pelayanan yang sebaiknya. V.
PROSEDUR
1. Pilih ukuran guedel yang sesuai dengan cara mengukur dari pertengahan mulut sampai angulus mandibula atau dari dagu (mentum) sampai tragus telinga. 2. Masukkan guedel dengan posisi bagian lengkung mengarah ke atas sampai setengah bagian, kemudian putar 180 derajat sambil didorong masuk. 3. Jika sudah terpasang guedel, selang suction dapat dimasukkan melalui lubang guedel.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
PEMASANGAN NGT
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
I.
PENGERTIAN SOP Alat Life Saving adalah Standar Operating Procedure untuk penggunaan alat-alat yang diperlukan pada kasus-kasus gawat darurat yang mengancam jiwa.
II.
TUJUAN Terselenggaranya pelayanan kesehatan RS Bhayangkara Banjarmasin secara efektif dan efisien sesuai standar pelayanan medis.
III. PETUGAS YANG TERKAIT Dokter Kepala Ruangan Seluruh Perawat
IV. PROSEDUR 1. Siapkan NGT sesuai dengan ukuran pasien. 2. Siapkan stetoskop, spuit 10 cc, jelly. 3. Operator memasang hand scoon. 4. Siapkan pinset dan ginjal steril yang berisi air. 5. Asisten membukakan bungkus NGT tanpa menyentuh NGT . 6. Operator mengambil NGT dan mengukur kira-kira kedalaman NGT yang akan dimasukkan dengan cara mengukur dari telinga melalui mulut sampai daerah lambung pasien pada batas-batas yang tertera pada selang NGT. 7. Asisten memberikan jelly pada operator. Operator mengoleskan jelly pada NGT. 8. Asisten mengekstensikan kepala pasien. 9. Operator memasukkan NGT melalui hidung pasien dengan menggunakan pinset. 10. Jika pasien sadar, pasien disuruh menelan. 11. Jika selang NGT sudah masuk pada batas yang telah ditentukan, dipastikan NGT sudah masuk lambung dengan cara stetoskop diletakkan di perut kiri atas, spuit 10 cc dibuang jarumnya, ditarik agar udara masuk ke dalamnya, kemudian dipompakan ke dalam selang NGT. NGT dinyakan masuk lambung jika terdengar suara udara masuk pada stetoskop. 12. Jika tidak terdengar udara yang masuk pada stetoskop, maka ujung luar selang NGT dimasukkan ke dalam ginjal yang berisi air, jika terjadi gelembunggelembung udara, maka dinyatakan NGT salah masuk ke dalam paru-paru.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
INJEKSI INTRAVENA
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Memberi obat melalui suntikan ke dalam pembuluh darah vena yang dilakukan pada vena anggota gerak 1. Memberi obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat dilakukan dengan cara suntikan intravena. 2. Membantu mempercepat proses penyembuhan. -
Prosedur
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
Prosedur Perawatan Dasar Direk. RSU & Pendidikan Direk. Jendr. Pel. Medik DepKes. Jakarta. 1991 Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN.
A. Persiapan Alat : - Spuit dan jarum steril dari bermacam-macam ukuran sesuai kebutuhan - Obat-obat yang diperlukan - Korentang steril dalam tempatnya - Kapas alkohol dalam tempatnya - Gergaji ampul - Cairan pelarut (misal : NaCl, Aquades, dan lain-lain) - Bak spuit steril yang bertutup, dan di dalamnya telah diberi alas kain kasa steril - Tempat untuk menampung kotoran - Perlak dan alasnya. B. Persiapan Pasien Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan. C. Pelaksanaan : 1. Tentukan daerah mana yang akan disuntik, kemudian lakukan pembendungan di bagian atasnya, selanjutnya pembukaan kulit di daerah bersangkutan didesinfeksi dengan kapas alkohol dan ditegangkan. 2. Pasang pengalas di bagian yang akan disuntik dan di dekatkan bengkok pada bagian tubuh yang akan disuntik. 3. Jarum ditusukkan ke dalam pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap ke atas. 4. Penghisap spuit ditarik sedikit bila jarum berhasil masuk dalam
vena darah akan masuk ke dalam spuit. Tapi bila tidak ada darah yang keluar berarti jarum tidak berhasil masuk ke dalam vena dan penyuntikan harus dipindahkan ke bagian lain. Setelah berhasil bukalah segera karet pembendung. 5. Obat di masukkan perlahan-lahan sampai habis 6. Setelah obat masuk semua, jarum di cabut agak cepat, bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol. 7. Bila pemberian cairan atau obat melalui vena dilakukan dalam jumlah besar dan waktu ynag lama maka pemberian dilakukan dengan cara infus sesuai dengan program pengobatan. Perhatikan pada waktu menyuntik : 1. Obat-obat suntikan yang diberikan harus berdasarkan program pengobatan. 2. Sebelum menyiapkan obat suntikan, bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan yang ada dalam catatan medik atau status pasien, yaitu nama obat, dosis, waktu dan pemberiannya (misalnya intavena, subcutan , dan lain-lain) 3. Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label/etiket dari tiap-tiap obat. Obat-obat yang kurang jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada pasien. 4. Perhatikan tehnik septik dan aseptik. 5. Spuit dan jarum suntik tidak boleh dipergunakan untuk menyuntik pasien lain sebelum disterilkan. 6. Spuit yang retak atau bocor, dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat atau ujungnya bengkok, tidak boleh dipakai lagi. 7. Memotong ampul dengan gergaji ampul harus dilakukan secara hatihati, agar tidak melukai tangan dan pecahannya tidak masuk ke dalam obat. 8. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu , sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi dan lain-lain. 9. Bagi pasien yang berpenyakit menular melalui peredaran darah (misalnya pasien hepatitis) harus digunakan jarum dan spuit khusus. 10. Setiap selesai penyuntikan, peralatan harus dimasukkan ke dalam larutan desifektan, lalu disterilkan dan disimpan di dalam tempat khusus.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
INJEKSI INTRAMUSKULAR
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan otot dilakukan pada otot pangkal lengan, otot paha bagian luar (1/3 tengah paha sebelah luar), atau pada otot bokong (1/3 bagian dari spina iliaca anterior superior atau s. i. a. s)
Tujuan
1. Melaksanakan uji coba obat tertentu misalnya skin test, penicilin test dan lain-lain. 2. Mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan 3. Melaksanakan tindakan diagnostik (misalnya penyuntikan zat kontras dan lain-lain)
Kebijakan
-
Prosedur
Prosedur Perawatan Dasar Direk. RSU & Pendidikan Direk. Jendr. Pel Medik DepKes. Jakarta. 1991. Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN.
A. Persiapan Alat : - Spuit dan jarum steril dari bermacam-macam ukuran sesuai kebutuhan - Obat-obat yang diperlukan - Korentang steril dalam tempatnya - Kapas alkohol dalam tempatnya - Gergaji ampul - Cairan pelarut (misal : NaCl, Aquades, dan lain-lain). - Bak spuit steril yang tertutup, dan didalamnya telah diberi alas kain kasa steril - Tempat untuk menampung kotoran - Perlak dan alasnya B. Persiapan Pasien Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan. C. Pelaksanaan : - Bacalah daftar obat pasien yang menunjukkan jenis obat dengan cara pemberiannya. - Ambil spuit dan jarum steril dari tempatnya. - Larutkan lebih dulu obat-obat yang perlu dilarutkan.
-
-
-
-
-
-
Baca kemKALSEL daftar obat tersebut, ambil obat yang dimaksud, kemudian lakukan desinfeksi dengn kapas alkohol pada : a. Leher botol atau ampul sebelum digergaji b. Karet penutup flakon (botol obat) Spuit diisi dengan obat sesuai dengan dosisi yang ditentukan. Udara dalam spuit dikeluarkan lalu spuit serta kapas alkohol dimasukkan ke dalam bak spuit yang tersedia dan langsung dibawa ke dekat pasien. Baca kemKALSEL daftar pemberian obat dan cocokkan dengan papan nama atau langsung tanyakan kepada pasien yang bersangkutan. Posisi pasien diatur sesuai dengan cara pemberian suntikan (misalnya subcutan, intra musculer atau intravena). Selanjutnya permukaan kulit di daerah yang akan disuntik didesifeksi dengan kapas alkohol, kemudian obat disuntikkan. Setelah selesai, jarum dicabut, bekas suntikan didesinfeksi dengan kapas alkohol dan ditahan sebentar agar darah tidak keluar. Posisi pasien diatur kemKALSEL dan dirapikan Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikemKALSELkan ke tempat semula.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
RESUSITASI JANTUNG PARU
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
1. Mencegah berhentinya sirkulasi/respirasi. 2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang mengalami sakit jantung/henti napas. -
Diktat Keperawatan DIII tentang resutitasi jantung paru 1998 Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN
A. Persiapan Alat : 1. Troli Emergency : - Laringoskop lurus dan bengkok (anak dan dewasa) - Magil forseps. - ETT berbagai ukuran - NTT berbagai ukuran - Guedel berbagai ukuran - CVP set - Infus/blood set - Papan resusitasi - Gunting verban - Ambubag lengkap - Spuit 10 cc- jarum No. 18 2. Set Therapi O 2 lengkap dan siap pakai. 3. Set penghisap lendir lengkap dan siap dipakai 4. EKG record Persiapan pasien dan keluarga : - Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan. - Posisi pasien diatur terlentang datar. - Baju bagian atas pasien di buka. B. Pelaksanaan : 1. Mencegah henti nafas dan jantung dengan cara : a. Melihat pergerakan dada dan perut b. Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung. c. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung dengan pipi atau punggung tangan. 2. Menilai denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri carotis. 3. Mengecek kesadaran pasien dengan cara : a. Memanggil nama b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu pasien 4. Memasang papan resusitasi di bawah punggung pasien 5. Membebaskan jalan nafas dengan cara : a. Membersihkan sumbatan jalan nafas dengan jalan mengisaap sekresi. b. Triple manuver : 1) Ekstensi kepala. 2) Mengangkat rahang bawah. 3) Mempertahankan posisi rahang bawah 6. Melakukan pernafasan buatan (bagging 2 kali) 7. Bila teraba melakukan pernafasan buatan (bagging 12) 8. Melakukan RJP, ABC, kombinasi, denyut jantung tidak teraba dengan cara : 1. Pernafasan buatan (bagging 2 kali) 2. Bila arteri karotis tidak teraba lakukan bagging 1 kali. 3. Kompresi jantung luar bergantian bagging perbandingan 5 : 2 bila RJP dilakukan oleh satu orang. 4. Kompresi jantung luar bergantian dengan bagging, perbandingan 5 : 1 bila RJP dilakukan oleh orang 9. Bila RJP + KJL berhasil : Nilai karotis berdenyut atau teraba, teruskan nafas buatan sampai nafas pasien spontan. 10. RJP + KJL gagal, bila RJP + KJL sudah dilaksanakan lebih kurang 30 menit a. Pupil mendriasis (melebar) b. Warna kulit masih tetap pucat kebiru-biruan c. Nadi karotis tetap tidak teraba.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MENGUKUR TEKANAN DARAH
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
Pengertian
Tujuan Kebijakan
Prosedur
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Mengukur tekanan darah melalui permukaan dinding arteri Mengetahui tekanan darah pasien -
Tim Departemen Kesehatan RI Prosedur Per Dasar Direktur RSU dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Jakarta 1991. - Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN. A. Persiapan Alat : Alat : 1. Tensimeter 2. Stetoskop 3. Buku catatan Pasien : 1. Pasien diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan. 2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan. Pelaksanaan : 1. Lengan baju dinaikkan atau digulung 2. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di sisi luar lengan. 3. Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar. 4. Pompa Tensimeter dipasang 5. Raba denyut arteri branchialis, lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut. 6. Skrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka, selanjudnya balon dipompa sampai denyut nadi arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik. 7. Skrup balon dibuka perlahan sehingga air raksa turun perlahan sambil memperhatikan turunnya raksa dengarkan juga bunyi denyut nadi pertama 8. Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyut pertama disebut tekanan systole. 9. Dengarkan terus sampai denyut yang terakhir disebut tekanan dyastole. 10. Pencatatan hasil dilakukan dengan cara berikut : Systole di atas dan Dyastole di bawah, misal : 120/80 dengan
satuan mmHg. Perhatikan : 1. Memasang manset harus tepat dt atas permukaan dinding arteria brahialis. 2. Menempelkan stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya harus betul-betul tepat. 3. Sebelum menutup tensimeter, masukkan dulu air raksa ke dalam reservoarnya, menset dan balon disusun pada tempatnya untuk mencegah tabung air raksa. 4. Pada anak – anak digunakan manset khusus. 5. Bilamana menggunakan tensimeter elektronik (battery) penggunaanya sesuaikan dengan petunjuk yang ada secara tepat dan benar.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MENCUCI TANGAN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan 1. Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan 2. Menjaga kebersihan perseorangan -
Prosedur
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
Tim Departemen Kesehatan RI Prosedur Per Dasar Direktur RSU dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Jakarta 1991 Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN
Macam – macam cara mencuci tangan : 1. Mencuci tangan dengan cara biasa Pengertian : Membersihkan tangan dengan sabun, air bersih yang mengalir atau yang disiramkan. Tujuan : 1). Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan. 2). Menjaga kebersihan perseorangan Persiapan : (1) Air bersih yang mengalir atau air di dalam waskom. (2) Sabun (3) Sikat lunak (4) Handuk Pelaksanaan : 1. Arloji harus dilepas 2. Tangan sampai siku dibasahi kemudian disabuni, digosok bila perlu disikat. 3. Tangan selanjutnya dibilas dengan air bersih dan dilap sampai kering. 2. Mencuci tangan dengan cara Desinfeksi : Pengertian : Mencuci tangan dengan larutan desinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien berpenyakit menular. Tujuan :
1). Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan. 2). Menjaga kebersihan perseorangan Persiapan : 1. Air bersih yang mengalir atau air di dalm waskom 2. Larutan desinfektan antara lain Lysol, Savlon. 3. Handuk atau lap kering. Pelaksanaan : Cuci tangan mulai dari ujung jari sampai siku dibasahi dengan air mengalir, setelah itu direndam sekurang-kurangnya dua menit di dalam larutan desinfektan, kemudian dibilas dengan air bersih dan dikeringkan dengan lap kering. 3. Mencuci tangan dengan cara steril : Pengertian : Mencuci tangan dengan cara steril (Suci hama) khususnya bila membantu tindakan pembedahan. Tujuan : 1). Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan. 2). Menjaga kebersihan perseorangan Persiapan : 1) Kran air yang mempunyai tangkai panjang. 2) Sikat steril dalam tempatnya. 3) Alkohol 70% 4) Sabun
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MENGHITUNG PERNAFASAN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti Ekspirasi satu menit)
Tujuan
Menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit guna mengetahui keadaan umum pasien.
Kebijakan
-
-
Prosedur
Unit Terkait
Tim Departemen Kesehatan RI Prosedur Per Dasar direktur RSU dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Jakarta 1991. Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN.
Persiapan : Alat : - Arloji tangan dengan penunjuk detik. - Buku catatan Pelaksanaan : 1. Penghitungan pernafasan dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu dan denyut nadi. 2. Penghitungan dilakukan dalam satu menit dan hasilnya dicatat. 3. Bila ada kelainan segera lapor kepada penanggung jawab ruangan atau yang bersangkutan.. Perawat, Bidang, Dokter di UGD,OK,PERAWATAN
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MENGHITUNG DENYUT NADI
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Pengertian
Tujuan
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Menghitung denyut nadi dengan meraba : 1. Arteri radialis pada pergelangan tangan. 2. Arteri branchialis pada siku bagian dalam. 3. Arteri carotis pada leher. 4. Arteri temporalis pada pelipis. 5. Arteri femoralis pada lipatan paha 6. Arteri dorsalis pedis pada kaki. 7. Arteri frontalis pada ubun-ubun. Mengetahui jumlah denyut nadi pada satu menit.
Kebijakan
- Tim Departemen Kesehatan RI Prosedur Per Dasar Direktur RSU dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, Jakarta 1991. - Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN.
Prosedur
Persiapan : Alat : 1. Arloji tangan penunjuk. 2. Catatan suhu dan nadi. Pasien : 1. Pasien diberi penjelasan supaya tenang 2. Pada waktu pengukuran nadi pasien dalam posisi berbaring atau duduk. Pelaksanaan : 1. Menghitung denyut nadi dilakukan dengan pengukuran suhu. 2. Pada waktu menghitung denyut nadi pasien harus benar-benar istirahat dalam posisi berbaring atau duduk. 3. Penghitungan dilakukan dengan cara menempelkan jari tengah dan jari manis di atas arteri selama setengah menit hasilnya dikalikan dua. 4. Khususnya pada anak penghitungan dilakukan satu menit. 5. Hasil penghitungan dicatat pada buku catatan suhu nadi. Perhatian : a. Perhatikan isi denyut nadi, iramanya teratur/tidak dan
tekanannya keras atau lemah. b. Menghitung denyut nadi tidak boleh dilakukan jika petugas memegang es. c. Bila keadaan pasien payah atau bila diperlukan waktu tertentu harus dilakukan sering dan dicatat pada daftar khusus. d. Bila terjadi perubahan pada denyut nadi pasien laporkan kepada penanggung jawab ruangan atau yang bersangkutan.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MENGUKUR SUHU BADAN
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
1 Maret 2012 No:
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Pengertian
Mengukur suhu badan pasien dengan termometer, dilakukan pada ketiak, mulut, atau pelepasan (anus).
Tujuan
Mengetahui satu badan pasien untuk menentukan tindakan perawatan berikutnya.
Kebijakan
-
Prosedur
Tim Departemen Kesehatan RI Prosedur Per Dasar Direktur RSU dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, Jakarta 1991. Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN.
Persiapan : Persiapan Alat : 1. Termometer bersih dalam tempatnya. 2. Tiga buah botol, masing-masing berisi larutan sabun, larutan desinfektan, dan air bersih. 3. Bengkok (neirbekken). 4. Potongan kertas atau tisue. 5. Vaselin pada tempatnya. 6. Buku catatan suhu dan nadi. 7. Troly Persiapan Pasien : Pasien diberi penejelasan tentang apa yang akan dilakukan Pelaksanaan : 1. Pengukuran suhu pada ketiak : a. Bila perlu dengan baju pasien dibuka, dan ketiaknya harus dikeringkan lebih dulu. b. Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol, lalu dijepitkan dengan reservoirnya tepat ditengah ketiak dan lengan pasien dilipatkan ke dada. c. Setelah 5-10 menit termometer diangkat lalu dilihat dengan teliti kemudian hasilnya dicari dalam buku. d. Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun dan dilap dengna potongan kertas atau tissue kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan selanjutnya dibersihkan dengan air bersih
dan dikeringakan. e. Air raksa diturunkan kemKALSEL pada angka nol dan termometer diletakkaan pada tempatnya serta siap diapakai untuk pasien yang lain. 2. Pengukuran suhu pada mulut : a. Untuk setiap pasien harus digunakan satu termometer. b. Periksa ketepatan air raksa pad posisi angka nol, kemudian ujungnya sampai batas resevoir diletakkan di bawah lidah pasien. c. Mulut dikatupkan selama tiga sampai lima menit, kemudian termometer diangkat, dilap dengan kertas langsung dibaca dengan teliti dan hasilnya dicatat. d. Peralatan dibersihkan, dibereskan, dan dikemKALSELkan pada tempatnya. Perhatian : a. Sebelum pengukuran suhu, pasien tidak boleh minum-minuman panas dan dingin. b. Selama pengambilan suhu, pasien tak boleh bicara. c. Dilarang melakukan pengukuran suhu melalui mulut anakanak/bayi. 3. Pengukuran suhu melalui anus a. Setelah diberi tahu pasien dimiringkan (posisi Sim) b. Pakaian pasien diturunkan sampai dibawah bokong. c. Termometer diperiksa apakah air raksanya tepat pada angka nol, lalu resevoirnya diolesi vaselin selanjutnya dimasukkan melalui anus sampai batas reservoir raksa. d. Posisi termometer dijaga jangan sampai berubah dengan meletakkan telapak tangan pada posisi bokong bagian atas. e. Setelah 3-5 menit termometer dilap dengan tissue dan hasilnya dibaca dan dicatat. Perhatian : 1. Sebelum dan sesudah melaksanakan prosedur perawatan ini petugas harus mencuci tangan. 2. Sebelum dipakai termometer diperiksa apakah dalam keadaan baik dan air raksanya diturunkan sampai angka 34-35 derajat Celcius. 3. Waktu menurunkan air raksa termometer harus dalam keadaan kering dan jangan sampai menyentuh sesuatu agar tidak pecah. 4. Dilarang membersihkan termometer dengan air hangat.
STANDAR PELAYANAN MEDIS
MENYIAPKAN DAN MEMBERIKAN INFUS
Tanggal Terbit : PROSEDUR TETAP
1 Maret 2012 No:
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
dr. Fauzan Muttaqien NIP. 19841202 201012 1005
Memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. 1. Sebagai tindakan pengobatan 2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit. -
Prosedur
Disahkan oleh Direktur Medical Homecare Madani
Prosedur Perawatan Dasar Direktur RSU dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, Jakarta 1991. Kebijakan Karumkit BHY BANJARMASIN.
A. Persiapan Alat : - Seperangkat infus set steril - Cairan yang diperlukan - Spuit jarum dan kain kasa steril dalam tempatnya - Kapas alkohol dalam tempatnya - Plester - Gunting verband - Pembalut atau Verband - Bengkok (nierbekken) - Standar infus lengkap dengan gantungan botol (kolf) - Perlak kecil dan alasnya - Spalk dalam keadaan siap pakai bila perlu. B. Persiapan pasien : 1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan, jika keadaan memungkinkan. 2. Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infus harus dibuka. C. Pelaksanaan : 1. Perlak dan alasnya dipasang dibawah anggota tubuh yang akan dipasang infus. 2. botol cairan digantung pada standar infus 3. Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas alkohol, lalu ditusukkan (slang) saluran udara ke dalam (slang) saluran infus.
4.
Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar sehingga udara tidak ada dalam slang saluran infus, selanjutnya dijepit (diklem) dan jarum ditutup kemKALSEL. Tabung tetesan jangan sampai penuh. 5. Lengan pasien bagian atas dibendung dengan karet pembendung. Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi, lalu jarum ditusukkan ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas. 6. Bila berhasil, darah akan keluar (dapat dilihat pada slang) maka pembendung dilepaskan, penjepit (klem) dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan atau tetesan. 7. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester, kemudian tetesan diatur sesuai dengan yang ditentukan. 8. Jarum dan tempat tusukan ditutup dengan kain kasa seteril dan diplester. 9. Anggota tubuh yang dipasang infus, posisinya diatur agar jarum infus tidak bergerak atau berubah letaknya. Bila perlu gunakan spalk. 10. Setelah pemasangan infus selesai, pasien dirapikan dan posisinya diatur senyaman mungkin. 11. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikemKALSELkan ke tempat semula. 12. Bila pemberian infus selesai, infus distop, pelster dilepas dan jarum dicabut. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol, kemudian ditutup dengan kain kasa seteril dan diplester.