14
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu gigi tiruan cekat merupakan cabang ilmu gigi tiruan yang mempelajari perawatan untuk merestorasi gigi yang telah kerusakan/kelainan dan menggantikan kehilangan gigi dengan suatu restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan. Gigi tiruan cekat terdiri dari mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan (GTJ). Kerusakan atau kelainan mahkota gigi yang diakibatkan oleh berbagai sebab dapat diperbaiki dengan mahkota tiruan. Sedangkan, kehilangan satu atau beberapa gigi dapat digantikan dengan GTJ.
Terdapat beberapa kondisi yang memerlukan perawatan dengan mahkota tiruan, antara lain kerusakan gigi yang meluas akibat karies, kegagalan restorasi, fraktur yang tidak dapat diperbaiki dengan restorasi biasa. Gigi yang mengalami perubahan warna, kelainan bentuk dan posisi serta kelainan enamel atau dentin juga dapat diperbaiki dengan mahkota tiruan. Demikian pula gigi non vital atau gigi yang telah dirawat saluran akarnya merupakan kondisi gigiyang membutuhkan mahkota tiruan pasak.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan perawatan yang baik perlu diagnosa yang tepat sesuai dengan prosedur diagnosis yaitu pemeriksaan subjektif dan objektif serta ramalan rencana perawatan.
Rumusan Masalah
Apa yang menyebabkan tambalan gigi anterior sering terlepas?
Apa rencana perawatan yang akan dilakukan pada ibu wati?
Apa tindakan yang dilakukan dokter gigi pada ibu wati sebelum pemasangan gigi tiruan ?
Apa rencana perawatan yang akan dilakukan untuk anak ibu wati?
Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada kasus diatas?
Apa bahan untuk gigi tiruan yang digunakan pada kasus ibu wati dan anaknya ?
Tujuan Penulisan
Mengetahui apa yang menyebabkan tambalan gigi anterior sering terlepas
Mengetahui rencana perawatan yang akan dilakukan pada ibu wati
Mengetahui tindakan yang dilakukan dokter gigi pada ibu wati sebelum pemasangan gigi tiruan
Mengetahui rencana perawatan yang akan dilakukan untuk anak ibu wati
Mengetahui saja indikasi dan kontraindikasi pada kasus
Mengetahui bahan untuk gigi tiruan yang digunakan pada kasus ibu wati dan anaknya
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mata kuliah Prosthodonti I. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan didalam menulis atau merangkum data berupa proposal, makalah, maupun skripsi dan semacamnya di bangku perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawatan Prostodontik
2.1.1 Pengertian
Prosthodontics atau Prosthetic Dentistry dan disebut juga dengan ilmu Prostodonsia adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi, yang berhubungan dengan diagnosis, rencana perawatan, rehabilitasi dan pemeliharaan kesehatan mulut, kenyamanan, penampilan dan kesehatan pasien dengan cara mengganti gigi dan jaringan maksilofasial yang hilang atau tidak sempurna terbentuk dengan alat tiruan biokompatibel untuk pemulihan sistem stomatognasi. Hal ini sesuai dengan filosofi perawatan prostodontik yaitu "restore what is missing but also preserve what is remains", sehingga perawatan prostodontik yang dilakukan oleh dokter gigi tidak hanya untuk menggantikan struktur yang hilang tetapi memelihara struktur rongga mulut yang masih ada.
2.1.2 Tujuan Perawatan Prostodontik
Perawatan prostodontik bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatan umum pasien, memperbaiki fungsi, meliputi fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, memperbaiki estetik sehingga menambah kepercayaan diri pasien dalam penampilan, merestorasi dan memelihara kesehatan gigi dan jaringan yang masih ada serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut dari struktur rongga mulut. Hasil penelitian Roessler (2003) menyebutkan terdapat dua alasan utama pasien melakukan perawatan prostodontik yaitu untuk memperbaiki estetik terutama pada kasus pembuatan gigitiruan sebagian lepasan maupun gigitiruan cekat dan untuk meningkatkan fungsi pengunyahan.
2.1.3 Jenis Perawatan Prostodontik
2.1.3.1 Devenisi Gigi Tiruan
Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008)) gigi tiruan adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi ,mukosa atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak dapat dipasang dan dilepas oleh pasien.
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge. Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti. Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasi.
Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
1. Gigi tiruan Lepasan
Gigitiruan lepasan merupakan jenis perawatan prostodontik yang menggantikan gigi serta jaringan pendukung pada kehilangan sebagian maupun seluruh gigi dengan gigitiruan yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien dari rongga mulut. Berdasarkan jumlah gigi yang digantikannya, gigitiruan lepasan terdiri atas gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) dan gigitiruan penuh (GTP).
2. Gigi tiruan Penuh
Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigigeligi yang hilang dan jaringan pendukungnya baik di rahang atas dan rahang bawah.Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik, fonetik, dukungan oklusal, pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan jaringan pendukung.
3. Gigitiruan Sebagian Lepasan
Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan jaringan pendukungnya pada rahang atas atau rahang bawah serta dapat dibuka pasang oleh pasien, terdiri atas GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. Indikasi pemakaian GTSL, yaitu:
1. Panjang daerah tidak bergigi tidak memungkinkan pembuatan GTC
2. Tidak terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi 3. Resorpsi tulang alveolar berlebih
4. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat atau belum erupsi sempurna.
4. Gigitiruan Cekat
Gigitiruan cekat (GTC) didefinisikan sebagai gigitiruan yang memperbaiki mahkota gigi yang rusak atau menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan bahan tiruan dan dipasangkan ke pasien secara permanen serta tidak dapat dibuka-buka oleh pasien, terdiri dari gigitiruan cekat mahkota (crown) dan jembatan (bridge).Perawatan gigitiruan cekat berfokus untuk mengembalikan fungsi, estetik dan kenyamanan. Indikasi pemakaian GTC yaitu:
1. Menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
2. Daerah tidak bergigi masih dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisinya
3. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan periodontal baik
4. Pasien berumur 20-55 tahun.
Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi yang telah dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami kerusakan/ kelainan dan untuk menggantikan kehilangan gigi.Gigi tiruan cekat meliputi restorasi mahkota tiruan (MT) dan GTJ
Kehilangan gigi dapat digantikan oleh salah satu dari tiga tipe gigi tiruan berikut, yaitu gigi tiruan sebagian lepas, gigi tiruan sebagian cekat yang didukung gigi, atau gigi tiruan sebagian cekat yang didukung implant.Gigi tiruan sebagian cekat diimplikasikan sebagai GTJ dan didefinisikan sebagai protesa sebagian yang secara permanen direkatkan dengan semen pada satu atau beberapa gigi yang telah dipersiapkan dan menggantikan kehilangan satu atau beberapa gigi.GTJ dapat meningkatkan kenyamanan pasien, kemampuan mastikasi, menjaga kesehatan dan integritas lengkung gigi, serta meningkatkan penampilan pasien. GTJ lebih disukai daripada bentuk penggantian gigi lainnya karena stabilitasnya yang sangat baik dan gaya oklusi yang diaplikasikan ke jaringan periodonsium dan tulang alveolar mendekati normal sehingga memberikan kenyamanan pada pasien.
Kebutuhan penggantian gigi yang hilang pada regio anterior atau posterior adalah sama pentingnya karena lengkung gigi berada pada keseimbangan yang dinamis, dan gigi saling mendukung antara satu gigi dengan yang lain. Apabila gigi hilang dan tidak segera digantikan, maka gigi tetangga atau gigi antagonisnya akan bergeser ke ruang kosong tersebut sehingga akan terjadi susunan baru yang disebabkan oleh diterimanya kedudukan keseimbangan baru,kondisi tersebut tentu saja dapat mengganggu sistem mastikasi. Untuk menghindari gangguan maka harus dilakukan pembuatan gigi tiruan sedini mungkin, misalnya dengan GTJ.
Gigi Tiruan Jembatan
Gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah gigi tiruan sebagian yang direkatkan dengan semen secara permanen pada satu atau beberapa gigi penyangga telah dipersiapkan untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang.
5. Gigitiruan Implan
Merupakan gigitiruan yang mempunyai dukungan dari bahan yang ditanamkan ke dalam tulang alveolar untuk mendapatkan retensi dan dukungan yang cukup terhadap gigitiruan cekat maupun gigitiruan lepasan.
6. Protesa Maksilofasial
Protesa maksilofasial merupakan jenis perawatan protodontik yang berhubungan dengan restorasi dan atau penggantian sistem stomatognatik dan struktur wajah yang disebabkan oleh adanya penyakit, tindakan bedah dan kelainan bawaan dengan alat tiruan yang dapat atau tidak dapat dilepas oleh pasien. Jenis protesa maksilofasial terdiri atas protesa ekstra oral dan intra oral. Protesa ekstra oral adalah protesa yang merestorasi dan atau menggantikan bagian dari wajah atau struktur kepala yang hilang seperti protesa mata, protesa hidung dan protesa telinga. Protesa intra oral adalah protesa yang merestorasi dan atau menggantikan kelainan struktur di dalam rongga mulut seperti obturator pada celah palatum, speech aids, palatal lifts dan feeding plate pada bayi.
2.2 Keberhasilan Perawatan Prostodontik
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Prostodontik
Keberhasilan dalam perawatan prostodontik tergantung pada upaya tiga pihak, yaitu dokter gigi yang membuat diagnosa, persiapan rencana perawatan dan melaksanakan prosedur klinis, tekniker gigi yang melakukan prosedur laboratorium dan pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan menerima keterbatasan gigitiruan.
Prosedur klinis dan prosedur laboratoris merupakan faktor yang paling menentukan untuk keberhasilan perawatan prostodontik, hal ini disebabkan perawatan prostodontik bagi pasien melibatkan banyak prosedur terpisah yang saling berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya sehingga harus ada komunikasi, kerjasama yang baik serta saling menghargai antara dokter gigi dan tekniker gigi selama melakukan pembuatan gigitiruan.
2.2.1 Syarat Keberhasilan Perawatan Prostodontik
Suatu perawatan prostodontik dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain retensi dan stabilisasi gigitiruan yang baik, dukungan yang cukup, oklusi harmonis, estetik serta nyaman dan tidak menimbulkan rasa sakit pada jaringan rongga mulut. Retensi merupakan daya tahan terhadap gaya yang melepaskan gigitiruan dalam arah yang berlawanan dengan arah pemasangan. Retensi disebut juga sebagai usaha mempertahankan posisi gigitiruan didalam rongga mulut yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adhesi, kohesi, tegangan permukaan antar fasial, daya tarik-menarik kapiler, tekanan atmosfer dan otot-otot rongga mulut dan wajah. Stabilitas merupakan kemampuan gigitiruan untuk dapat bergerak secara horizontal dengan baik dan konstan posisinya bila tekanan jatuh padanya. Kestabilan gigitiruan didapat dari kontak rapat antara basis gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk daerah pendukung, kualitas cetakan fisiologis, bentuk permukaan yang dipoles serta lokasi dan susunan anasir gigitiruan.
Sedangkan dukungan merupakan daya tahan gigitiruan terhadap komponen vertikal dari pengunyahan atau tekanan-tekanan lain yang dijatuhkan ke arah daerah pendukung. Dukungan terhadap gigitiruan didapat dari tulang rahang atas dan rahang bawah serta jaringan mukosa yang menutupinya. Dukungan akan bertambah dengan pemberian tekanan selektif yang serasi dengan kekenyalan jaringan yang tersedia untuk dukungan.
BAB III
PEMBAHASAN
Ibu Wati usia 45 tahun datang bersama anaknya usia 14 tahun ke praktek dokter gigi untuk dibuatkan gigi palsu. Dari anamnesis ibu Wati,gigi depan atas sudah ditambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi pengunyahan pada gigi belakang yang ompong,sedangkan pada anaknya mengalami kecelakaan sejak 1 bulan yang lalu sehingga gigi depan atas patah dan ompong dibuatkan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas dengan bahan yang bagus . Pemeriksaan intra oral anaknya, gigi 11 fraktur 2/3 mahkota,gigi 21 missing, pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar normal . Pemeriksaan ekstra oral pada ibu Wati , dokter gigi melakukan pemeriksan pada TMJ dan kelenjar submandibularis . Pemeriksaan intra oral ibu Wati , gigi 11 karies bagian mesial dan distal , tes vitalitas (-),perkusi (+), gigi 14,15,38,48 missing,sisa akar gigi 47, kalkulus pada gigi sisa. Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada periapikal.
Pertanyaan :
Bagaimana cara dokter gigi menjelaskan ke pasien rencana perawatan pada kasus
Terminologi:
Pemeriksaan intra oral : pemeriksaan yang dilakukan dirongga mulut meliputi palatum,lidah struktur gigi dan jaringan yang lainnya yang ada di rongga mulut.
Foramen apical : lubang kecil pada apeks akar gigi yg merupakan tempat lewatnya saraf dan pembuluh darah
Test vitalitas : suatu pengaplikasian test thermal pada gigi untuk menentukan gigi tersebut vital atau non vital.
Caranya bisa dengan meletakkan kain kassa di gigi tersebut.
Test perkusi : test yang dilakukan pada gig dengan mengetukkan secara lembut mahkota dengan instrumen ringan.
Uji ini digunakan untuk mengevaluasi status periodontium sekitar gigi dan apikal gigi.terdapat dua metode perkusi yaitu test vertikal dan horizontal.
Pemeriksaan ektra oral
Contohnya yaitu pemeriksaan TMJ dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala,sehingga di ditemukan bunyi kliking yang menandakan adanya masalah pada TMJ.
Missing : hilangnya satu atau beberapa gigi pada lengkung rahang.
Pemeriksaan radiografi : pemeriksaan yang dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosa.
Intra oral:periapikal
Ekstra oral : panoramik
Fraktur gigi : hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.
Pemeriksaan fraktur gig ini bisa digunakan untuk menentukan apakah gigi tiruan yang akan digunakan,apakah crown atau bridge.
Dari kasus didapatkan bahwa pasien mengalami fraktur kelas II karena dari hasil radiografi foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar masih normal.
3.1 Identifikasi pasien
Umur :
- Ibu Wati : 45 tahun
-anak ibu Wati : 14 tahun
Jenis kelamin : perempuan
3.2 Diagnosa
3.2.1 Pemeriksaan subjektif
Anamnesa:
Keluhan utama pasien :
Pasien ingin dibuatkan gigi palsu
Keluhan tambahan :
gigi depan atas sudah ditambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi pengunyahan pada gigi belakang yang ompong,sedangkan pada anaknya mengalami kecelakaan sejak 1 bulan yang lalu sehingga gigi depan atas patah dan ompong dibuatkan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas dengan bahan yang bagus.
3.2.2 Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan Intra Oral
Diagnosa Gigi Anak
Kasus
Gigi 11
Fraktur 2/3 mahkota
Gigi 21
Missing
Diagnosa Gigi Ibu
Kasus
Gigi 11
Karies (mesial dan distal) dan non vital
Gigi 14
Missing
Gigi 15
Missing
Gigi 38
Missing
Gigi 48
Missing
Gigi 47
Sisa Akar
Gigi sisa
Terdapat kalkulus
Ektra Oral
ibu Wati : dokter gigi melakukan pemeriksan pada TMJ dan kelenjar submandibularis
3.2.3 pemeriksaan penunjang
Anak ibu wati : pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar normal.
Ibu wati : Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada periapikal .
3.3 Rencana Perawatan
3.3.1 Rencana perawatan Ibu Wati
Tahap 1
I.Rencana awal
kunjungan 1 : melakukan scalling dan premedikasi / pemberian obat
pada kunjungan pertama dapat dilakukan pencabutan gigi 47
kunjungan 2: melakukan perawatan endodontik untuk gigi 11 kemudian dibuatkan mahkota dengan pasak
kunjungan 3: rencana pemasangan gigi tiruan
Tambalan anterior sering lepas disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Bahan tambalan yg kurang baik
Karena bahan tambalan yg baik akan menentukan kekuatan dari tambalan.
Kurangnya kunjungan pasien terhadap dokter gigi.
Melihat bagaimana perkembangan dari tambalan.
II.Rencana Akhir
Untuk gigi anterior 11 jenis gigi tiruannya adalah Deattached Dowel Crown (mahkota tiruan dengan pasak) karena giginya non vital.
Untuk Gigi Posterior
Gigi 14, gigi 15 dan gigi 47
Rencana perawatannya adalah pembuatan gigi tiruan dengan removable partial denture.
Gigi 38 dan 48 : dibiarkan saja
Tahap
Untuk gigi 11
dapat dibuat dengan berbagai macam bahan, yaitu : porselen
1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu preparasi sisa mahkota.
2. Lalu kemudian yaitu membuang bahan pengisi saluran akar dengan
instrumen kondensor yang dipanaskan atau juga dapat digunakan bor non-
end-cut sehingga tidak mengurangi dentin yang tersisa.
3. Preparasi saluran akar
a. Diameter saluran akar dibuat kurang lebih ½ dari ukuran
penampang akar
b. Dalamnya saluran adalah 2/3 dari panjang akar atau sedikitnya
sama dengan panjang mahkota asli yang diganti, diukur dari
proksimal ke incisal.
c. Tidak ada undercut
4. Mengecek kembali panjang preparasi saluran akar melalui gambaran
radiografis.
5. Pasak buatan pabrik yang sesuai ukuran dimasukkan ke dalam kavitas
saluran akar. Pasak ini terbuat dari bahan alloy atau carbon-fiber.
6. Membuat inti dari bahan resin. Pola inti ini dibuat sesuai dengan bentuk
preparasi mahkota jaket, hanya dalam ukuran yang sedikit lebih kecil.
7. Preparasi inti dengan menggunakan diamond bur untuk preparasi crown
8. Pasak dan inti dikeluarkan dari kavitas dan dikirim ke lab untuk proses
casting
9. Proses try-in dilakukan dengan memasukkan casting dengan tekanan yang
ringan. Memeriksa kembali ada tidaknya undercut.
10. Setelah melakukan try-in, pasak inti di adaptasikan dengan margin struktur
gigi dengan bor diamond.
11. Setelah adaptasi yang baik, dilakukan penyemenan dengan Zinc PO4
pemasangan GTSL( Gigi Tiruan sebagian Lepasan) untuk gigi 47
Bahan yang digunakan adalah Porcelain Fused To Metal
1. Tahap Persiapan
Hal – hal yang harus diperhatikan pada tahap pemasangan GTSL adalah :
A. Arah pasang gigitiruan Yang telah diketahui sewaktu melakukan survei
B. Pengamatan terhadap gigitiruan
B. Pengamatan terhadap gigitiruan
Permukaan poles / Mekanis Retensi ( Otot menahan gigitiruan )
- Pemakaian terasa nyaman
- Menghindari penumpukan plak
- Otot – otot terhindar dari iritasi
Permukaan yang menghadap jaringan
mulut / Anatomis
( Permukaan yang kasar / tonjolan
akrilik rasa sakit )
C.Ujung cangkolan
Ujung yang tajam melukai
jaringan mulut, maka harus dipoles.
2. Tahap Pemasangan
Hambatan pada permukaan gigi dan jaringan pada saat pemasangan dihilangkan dengan mengasah gigitiruan tetapi " Kontak antara permukaan gigi/jaringan dengan gigitiruan jangan sampai hilang " Food impaksi Gingivitis & berkurangnya stabilitas.
Setelah GTSL dipasangkan dilakukan pemeriksaan :
1.Retensi
- Adaptasi basis terhadap mukosa
- Lengan retention telah berada dibawah garis
survei
- Verkeilung telah masuk ke interdental
2.Oklusi & Artikulasi
Oklusi pada posisi sentrik, lateral, antero posterior
3. Stabilisasi
caranya dengan menekan gigitiruan pada bagian depan dan belakang serta kanan dan kiri secara bergantian, jika gigitiruan tidak bergerak stabilitas baik.
3.3.2 Rencana perawatan Anak Ibu Wati
Tahap 1
I.Rencana awal
Kunjungan 1: preparasi gigi 11
kunjungan 2: melakukan rencana pemasangan gigi tiruan
Bahan yang paling baik digunakan untuk anak adalah akrilik karena, indikasinya memberbaiki fraktur pada gigi anterior pada pasien usia muda.
II.Rencana Akhir
Untuk gigi 21 yang missing dilakukan pemasangan gigi tiruan lepasan
untuk gigi 11 dipakaikan crown
tahap 2
Bahan yang digunakan untuk jembatan antara lain, emas, porselen fused to metal, atau pada keadaan tertentu porselen saja. Jumlah dan tipe pengurangan yang dilakukan pada gigi penyangga sedikit bervariasi pada tiap bahan yang digunakan. Pasien yang menggunakan gigi tiruan ini harus dapat membersihkan giginya dengan baik.
Rencana perawatan untuk anak adalah
gigi 11 dan gigi 22 di preparasi terlebih dahulu
setelah di preparasi, dilanjutkan dengan pemasangan gigi tiruan cekat jembatan (bridge)
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah :
rencana perawatan untuk ibu wati
Untuk gigi 11 jenis gigi tiruannya adalah dowel crown
Untuk gigi 47 jenis gigi tiruannya adalah GTSL
Untuk gigi 14,15 dibuatkan Rigid Fixed Bridge
Untuk gigi 38,48 di biarkan saja
rencana perawatan untuk ibu wati
Untuk gigi 21 yang missing dilakukan pemasangan gigi tiruan jenis bridge
Untuk gigi 11 yang fraktur di preparasi sebagai pegangan .
4.2 Saran
Untuk mendapatkan rencana perawatan yang baik maka dibutuhkan pemeriksaan subjektif dan objektif yang tepat, dignosa yang tepat, bahan yang tepat sesuai dengan indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Shillingburg, Herbert T. Shillingburg. Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 3rd
Edition.Quintessence,1997.7.5
WorkNC Dental machining video, "Dental Bridge implant CNC Machining 5
axis"
Wikipedia, the free encyclopedia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47996/4/Chapter%20II.pdf.
Puspita, widiya dan Okmes fadriyati. bahan ajar Kuliah Kedokteran gigi