MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA MUAMALAH, ZAKAT DAN PAJAK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Jurusan Teknik Elektro Program Studi D4 Teknik Elektronika
Kelompok 2: 171354003
Ainun Samudera Arta
171354008
Dwi Intan Chairunnisa
171354014
Haura Fikriyah Hakimah
JURUSAN ELEKTRO PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRONIKA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG
Dalam mencapai kehidupan yang makmur dan sejahtera, islam sebagai sistem kehidupan mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (Ibadah) dan hubungan manusia dengan makhluk (Muamalah) dalam seluruh aspek ekonomi, politik, social budaya, pertahanan dan keamanan negara. Islam mengatur itu semua dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan jelas. Dan dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana islam mengatur hubungan manusia dengan makhluk (muamalah) dalam topik khusus yaitu zakat dan Pajak. Pembahasan mengenai muamalah sangatlah penting, mengingat manusia adalah mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing berhajat kepada orang lain, tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain, baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturahmi yang erat. Secara Bahasa kata muamalah adalah masdar dari kata ‘amala – yu’amili – mu’amalatan’ yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal. Zakat dan pajak adalah contoh dari muamalah. Pembahasan selanjutnya mengenai muamalah: zakat dan pajak akan dibahas dalam makalah ini.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan zakat dan pajak? 2. Apa dasar hukum yang melandasi wajib zakat dan pajak? 3. Apa syarat zakat? 4. Siapa saja Mustahik Zakat dan Amil Zakat? 5. Apa macam-macam zakat? 6. Apa syarat pemungutan pajak? 7. Apa macam-macam pajak? 8. Apa persamaan dan perbedaan antara zakat dan pajak? 9. Apa hikmah mengeluarkan zakat dan pajak?
1.3.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu: 1. Mengetahui pengertian zakat dan pajak. 2. Mengetahui dasar hukum yang melandasi wajib zakat dan pajak. 3. Mengetahui syarat zakat. 4. Mengetahui Mustahik Zakat dan Amil Zakat. 5. Mengetahui macam-macam zakat. 6. Mengetahui syarat pemungutan pajak. 7. Mengetahui macam-macam pajak. 8. Mengetahui persamaan dan perbedaan antara zakat dan pajak. 9. Mengetahui hikmah mengeluarkan zakat dan pajak.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN ZAKAT DAN PAJAK A. Zakat
Kata zakat berasal dari bahasa Arab, terdiri atas huruf za ( ), ka ( ), danwa ( ). Huruf terakhir, adalah huruf mu'tal dan karena ia sulit dilafazkan, maka cukup dibaca zakat (
), ia terganti dengan huruf Ta al-Marbuthah. Para ulama mengemukakan definisi zakat secara terminologis, dalam beragam
rumusan sebagai berikut:
Definisi zakat menurut Imam Taqy
Zakat adalah kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat.
Definisi zakat menurut Yusuf Zakat dari segi istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak, di samping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti.
Definisi zakat menurut Ali Al-Bassam Zakat menurut syariat adalah hak wajib dalam harta yang khusus, yaitu hewan ternah, hasil bumi, uang tunai, barang dagangan, yang diperuntukkan bagi delapan golongan yang disebutkan di dalam surat At-Taubah.
Definisi zakat menurut Didin Hafidhuddin Zakat yaitu bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan
kepada
pemiliknya
untuk
diserahkan
kepada
yang
berhak
menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
Definisi zakat menurut Nipan Abdul Halim Zakat ialah suatu syariat yang mengajarkan kepada segenap kaum kaya yang penghasilannya mencapai nishab (kadar minimal) tertentu agar mengeluarkan sebagian kecil dari penghasilannya itu diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Menurut Imam Maliki dalam mendefinisikan zakat bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab(batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai haul, bukan barang tambang dan bukan pertanian. Menurut madzhab Syafii zakat adalah sebuah ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus, sedangkanmadzhab Hambali mengatakan Zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Secara etimologis (bahasa), kata zakat berasal dari kata zakaa yang artinya “tumbuh, berkah, bersih dan baik”. Kata zakat memiliki berbagai macam arti. Menurut asalnya zakat berarti An-Namwu (Berkembang), Az-Ziyadah (Bertambah). Zakat juga mengandung arti Ath-Thaharah (Kesucian). Juga mengandung arti Al-Madh (Pujian), dan juga mengandung arti Ash-Shalah (Kebaikan). Menurut istilah agama islam, zakat ialah kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Menurut istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. Definisi lain tentang zakat ialah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu pula yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Ada keterkaitan erat antara makna zakat secara bahasa dan istilah, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam konteks penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci itu disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Artinya, zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya. Kata suci itu jika dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, h arta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Secara filosofis, fungsi zakat bagi manusia adalah membersihkan dari kesala han dan kecurangan dalam meraih keinginan selama ini.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut istilah zakat adalah sebagian harta yang telah diwajibkan oleh Allah swt untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sebagaiman yang telah dinyatakan dalam Al Qur’an atau juga boleh diartikan dengan kadar tertentu atas harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu dengan lafadz zakat yang juga digunakan terhadap bagian tertentu yang dikeluarkan dari orang yang telah dikenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat. B. Pajak
Pajak menurut para ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpat dapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi. Secara bahasa pajak dalam bahasa arab disebut dengan Dharibah, yang berarti mewajibkan, menetapkan, menentukan. Para ulama memakai ungkapan dharibah untuk menyebutk harta yang dipungut sebagai kewajiban. Definisi pajak menurut para ulama yaitu:
Yusuf Qardhawi berpendapat: Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disatu pihak dan untuk merealisasi sebagai tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara.
Gaji Inayah berpendapat: Pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adalanya imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah ini tanpa adanya imbalan tertentu, ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si pemilik harta dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah.
Abdul Qadim Zallum berpendapat: Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah SWT, kepada kaum muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang atau harta.
Dari definisi di atas, disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan yang dibayar oleh wajib pajak dan cara pembayarannya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalam kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.
2.2.DASAR HUKUM YANG MELANDASI ZAKAT DAN PAJAK A. Zakat
Zakat merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam dan zakat juga termasuk salah satu panji-panji Islam yang penegakkannya tidak boleh diabaikan oleh siapaun juga. Zakat telah difardzukan diMadinah pada bulan Syawwal tahun kedua hijrah setelah kepada ummat islam diwajibkan berpuasa ramadhan. Dasar-dasar at au landasan kewajiban mengeluarkan zakat disebutkan dalam:
Qs. Al Baqarah; 43
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
Surat At Taubah; 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat i tu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”
Surat Al An’am; 141
“Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihlebihan”.
Surat At Taubah; 5
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu Maka Bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan[. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar Rosulullah bersabda
“Islam itu ditegakkan atas lima pilar: syahadat yang menegaskan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan berpuasa pada bulan ramadhan” (HR Bukahari Muslim)
Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah
“Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya akan dibakar dalam neraka jahnnam baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya-Al Hadits (HR Ahmad dan Muslim)
Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dal buku Al Ausath dan As Saghir dari Ali
“Allah ta’ala mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin diantara merela fakir miskin itu tiadalah akan menderita menghadapi kelaparan dan kesulitan sandang kecuali karena perbuatan golongan dan kaya, ingatlah Allah akan mengadili mereka nanti nanti secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih”. B. Pajak
Qs. An-Nisa : 29
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil”.
2.3.SYARAT ZAKAT A. Syarat-Syarat Wajib Zakat
1. Islam. Zakat hanya diwajibkan bagi orang islam saja. 2. Merdeka . Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada. 3. Baligh dan Berakal . Baligh berarti mampu membedakan mana yang benar dan salah, sedangkan berakal berarti mampu membedakan mana yang baik dan buruk. 4. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati . 5. Milik sepenuhnya. Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seseorang yang beragama islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang islam dengan orang non-Islam, maka hanya harta orang islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
6. Cukup haul. Maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan masehi. 7. Cukup nisab. Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar zakar harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun. 8. Harta berlebih. Maksudnya harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok. B. Syarat Sah Pelaksanaan Zakat
1. Niat. Niat yang tulus dan ikhlas lillahi taala. 2. Tamli. Artinya memindahkan kepemilikan kepada penerimanya. C. Kriteria Harta yang Wajib Dizakati
1. Uang, emas, perak. Baik berbentuk uang logam maupun uang kertas. 2. Barang tambang dan barang temuan. 3. Barang dagangan. 4. Hasil tanaman dan buah-buahan. 5. Binatang ternak
2.4.MUSTAHIK DAN AMIL ZAKAT A. Mustahik Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat disebut mustahik zakat, diantaranya: 1. Fakir – Orang yang hamper tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. 2. Miskin – Orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. 3. Amil – Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat/petugas zakat. 4.
Mu’allaf –
Orang yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. 5. Riqob – Budak yang ingin memerdekakan dirinya. 6. Gharimin – Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya. 7. Fisabilillah – Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang, dsb). 8. Ibnus Sabil – Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Adapun yang tidak berhak menerima zakat adalah: 1. Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga. 2. Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. 3. Keturunan Rasulullah (ahlul bait). 4. Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya anak dan istri. B. Amil Zakat
Saat ini terdapat 22 lembaga amil zakat nasional yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk memudahkan pembayaran pajak. 1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). 2. Baitu Maal Hidayatullah. 3. Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (BAMUIS BNI). 4. Baituzzakah Pertamina. 5. Baitulmaal Muamalat (BMW). 6. Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat). 7. Dompet Dhuafa Republika. 8. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT). 9. LAZ Yayasan Amanah Takaful. 10. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia. 11. LAZIS Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. 12. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI). 13. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU). 14. LAZ Dana Sosial Islam (DSI). 15. Lembaga Amil Zakat Nasional Bitul Maal wat Tamqil ( LAZNAS BMT). 16. Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU). 17. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU). 18. Pusat Zakat Umat (LAZ Persatuan Islam). 19. Rumah Zakat Indonesia/Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). 20. Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)
2.5.MACAM – MACAM ZAKAT
a. Zakat an’am (binatang). b. Zakat emas dan perak. c. Zakat bahan makanan yang mengenyahgkan (zakat zuru).
d. Zakat buah-buahan. e. Zakat harta perniagaan. f. Zakat hasil tambang (zakat madin). g. Zakat harta terpendam (zakat rikaz). h.
Zakat fitrah.
2.6.SYARAT PEMUNGUTAN ZAKAT
Tidaklah mudah membebankan pajak pada masyarakat, bila terlalu tinggi maka masyarakat enggan membayarnya, sedangkan jika terlalu rendah maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Oleh sebab itu agar tidak terjadi masalah maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu: 1. Pemungutan pajak harus adil. Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. 2. Pemungutan pajak harus berlandaskan UU Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi, “Pajak dan pungutan yang bersifat umum keperluan negara diatur dengan Undang-Und ang”. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu: a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya. b. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum. c. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak. 3. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian. Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan maupun jasa. Pemungutan pajak juga jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah. 4. Pemungutan pajak harus efisien Dalam pemungutan pajak harus memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan agar jangan sampai terjadi pajak yang diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak tersebut.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran adlam pembayaran pajak. 2.7.MACAM – MACAM PAJAK
Diantara macam pajak yang sering kita jumpai adalah: 1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pajak yang dikenakan terhadap ta nah dan lahan dan bangunan yang dimiliki seseorang. 2. Pajak Penghasilan (PPh), yaitu pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan seseorang. 3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 4. Pajak Barang dan Jasa. 5. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). 6. Pajak Perseroan, yaitu pajak yang dikenakan terhadap setiap perseroan (kongsi) atau badan lain semisalnya. 7. Pajak Transit/Peron dan sebagainya.
2.8.PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ZAKAT DENGAN PAJAK A. Persamaan Zakat dan Pajak
1. Sama – sama mempunyai unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk menghasilkan pajak, juga terdapat dalam zakat. 2. Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat (negara) pusat maupun daerah, maka zakat pun demikian, karena pada dasar nya zakat itu harus diserahkan pada pemerintah sebagai badan yang disebut dalam Al-Qur’an : amil zakat. 3. Dalam ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan tertentu, demikian halnya dalam zakat. Seseoarang membayar zakat adalah selaku masyarakat islam. 4. Pajak pada zaman modern mempunyai tujuan kemasyarakatan, ekonomi dan politik disamping tujuan keuangan, maka zakat pun mempunyai tujuan yang lebih jauh dan jangkauan yang lebih luas pada aspek – aspek yang disebutkan tadi dan aspek – aspek lain, semua itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. B. Perbedaan Zakat dan Pajak
1. Dari Segi Nama dan Etikanya Kata zakat menurut bahasa, berarti suci, tumbuh dan berkembang. Dalam syari’at islam zakat untuk mengungkapkan arti dari bagian harta yang wajib dikeluarkan untuk fakir miskin dan para mustahik lainya. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat: 276 yang artinya:’’Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah“ Sedangakan pajak diambil dari kata dharaba, yang artinya utang, pajak, tanah atau upeti. Yaitu sesuatu yang mesti dibayar, sesuatu yang menjadi beban. Seperti yang dikatakan dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat: 61 yang artinya: “ Dan timpakan atas mereka kehinaan dan kemiskinan” 2. Mengenai Hakikat dan Tujuannya Zakat adalah ibadah yang diwajibkan kepada orang islam, sebagai tanda syukur kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepadanya. Adapun pajak adalah kewajiban dari negara semata – mata yang tidak ada hubungannya dengan makna ibadat dan pendekatan diri. 3. Mengenai Batas Nisab dan Ketentuanya Zakat adalah hak yang ditentukan oleh Allah, seb agai pembuat syariat. Dialah yang menentukan batas nisab bagi setiap macam benda juga Allah memberikan ketentuan atas kewajibab zakat itu seperlima, sepersepuluh, separuh, sampai seperempat puluh. Berbeda dengan pajak yang tergantung pada kebijaksanaan dan kekuatan penguasa baik mengenai objek, presentase, harga dan ketentuannya, bahkan ditetapkan dan dihapuskan pajak tergantung pada penguasa sesuai dengan kebutuhan. 4. Mengenai Kelestarian dan Kelangsungan Zakat adalah kewajiban yang bersifat tetap dan terus – menerus, adapun pajak tidak memiliki sifat yang tetap dan terus – menerus, baik mengenai macam, presentase, dan kadarnya. 5. Mengenai Pengeluaranya Zakat mempunyai sasaran khusus yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam Qur’an dan dijelaskan oleh Rosulullah SAW dengan perkataan dan perbuatantya, sasaran itu kemanusiaan dan keislaman, sedangkan pajak dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum negara, sebagai mana ditetapkan pengaturan oleh penguasa. 6. Hubungannya dengan Penguasa
Pajak selalu berhubungan antara wajib pajak dengan pemerintah yang berkuasa. Karena pemerintah yang mengadakan, pemerintah yang memungutnya dan juga membuat ketentuan wajib pajak, adapun zakat adalah hubungan pezakat dengan Tuhannya, Allah lah yang memberinya harta dan mewajibkan membayar zakat. 7. Maksud dan Tujuan Zakat mempunyai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi dari pajak. Tujuanya cukup jelas dan tegas dalam firman Allah mengenai keadaan pemilik harta yang berkewajiban mengeluarkan zakat, Firmannya adalah : ’’ Am billah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan dan berdoalah buat mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentuan jiwa bagi mereka. Sedangkan pajak tidak mempunyai tujuan yang luhur, selain untuk menghasilkan pembiayaan (uang) untuk mengisi kas negara (mazhab netro pajak).
2.9.HIKMAH MENGELUARKAN ZAKAT DAN PAJAK A. Dari sisi orang yang mengeluarkan zakat hikmahnya sebagai berikut :
1. Menyucikan diri dari sifat kikir dan cinta harta yang berlebih-lebihan yang menjadi penghalang bagi ketenteraman serta membiasakan diri bersikap sederhana yang akan membawa ketenangan. 2. Menyuburkan sifat-sifat baik. 3. Mendekatkan diri kepada Allah dan menimbulkan perasaan bahwa kebahagiaan itu juga terletal dalam kesediaan mengeluarkan harta di jalan Allah. 4. Menyuburkan harta (selanjutnya lihat QS At Taubah: 103 dan A1 Baqarah: 261) 5. Membuktikan kebenaran tauhid dan syahadat sebagai seorang muslim. 6. Membuktikan rasa syukur atas nikmat Allah. Firman Allah menyatakan bahwa, “Barang siapa mengeluarkan zakat karena syukur atas nikmat yang telah diperolehnya, niscaya ia akan mendapa: tambahan dari Allah swt.” ( QS Ibrahim: 7) 7. Membiasakan diri dengan sifat Allah, yaitu melimpahkan kebajikan dan rahmat kepada sesama manusia, bermurah hati, dan mempunyai rasa perikemanusiaan. 8. Memelihara harta. Harta yang diberikan di jalan Allah itulah yang akan tinggal sepanjang masa. Di dunia orang yang menafkahkan hartanya akan mendapat berkah, sedangkan di akhirat mendapat kenikmatan. 9. Kebiasaan
berzakat
dapat
menghilangkan
kejahatan.
“Jabir r.a. menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah
saw, bagaimana pendapat tuan jika seorang menunaikan zakatnya?” Sabdanya, “Barang siapa mengeluarkan zakat hartanya, maka hilanglah kejahatan pada dirinya.” (HR Tabrani dalam Kitab Al Ausat). 10. Melatih diri berkorban di jalan Allah karena menaati perintah-Nya. 11. Menanamkan perasaan kebersamaan dan tenggang rasa atas kondisi saudara sesama manusia dan menyadari bahwa manusia itu semata-mata hamba Allah. 12. Mendapat pahala berlipat ganda (selanjutnya lihat QS Al Baqarah: 245 dan QS Al Baqarah: 261). 13. Doanya mudah dikabulkan dan menghilangkan kesulitan. Seseorang yang mengeluarkan zakat berarti telah menghilangkan kesulitan yang dihadapi oleh orang yang menerima zakat. Seseorang yang telah mengeluarkan zakat berarti telah menghilangkan kesulitan hidup orang lain. Hadis Nabi Muhammad saw. B. Dari segi orang yang menerima zakat hikmahnya antara lain sebagai berikut.
1. Menghilangkan kesulitan hidup fakir miskin. 2. Mengangkat fakir miskin dari kehinaan. 3. Menguatkan iman orang yang dibujuk hatinya dan mendorong yang lain untuk memeluk agama Islam. 4. Membantu orang-orang yang berhutang untuk membayar utangnya. 5. Membantu orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt. 6. Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanan. C. Dari sisi ukhuwah Islamiyah hikmahnya adalah sebagai berikut. 1.
Memberikan motivasi bagi orang kaya dan orang miskin untuk sama-sama menyempumakan iman. Orang kaya harus bersyukur dan ikhlas memberikan sebagian hartanya dan orang miskin harus bersyukur menerima kenikmatan.
2.
Mewujudkan persaudaraan dan kasih sayang antara kedua belah pihak.
3.
Terjadinya hubungan yang harmonis dan sinergi antara masyarakat yang mampu dengan masyarakat yang memerlukan bantuan.
BAB III PENUTUPAN
3.1.KESIMPULAN
Zakat adalah sebagian harta yang telah diwajibkan oleh Allah swt untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sebagaiman yang telah dinyatakan dalam Al Qur’an atau juga boleh diartikan dengan kadar tertentu atas harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu dengan lafadz zakat yang juga digunakan terhadap bagian tertentu yang dikeluarkan dari orang yang telah dikenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat.
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan yang dibayar oleh wajib pajak dan cara pembayarannya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalam kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.
3.2.SARAN
Sebagai seorang muslim yang memenuhi syarat zakat, maka hendaknya kita menunaikan kewajiban kita untuk berzakat. Dan supaya kita terbiasa berzakat, maka sebaiknya kita harus membiasakan diri kita untuk menyisihkan sebagian uang jajan kita untuk disedekahkan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2013. “Makalah Pengertian Zakat, Hukum Zakat, Syarat, Rukun dan Hikmah Zakat Serta Pembagian Zakat”. http://www.anekamakalah.com/2013/03/zakat.html. [28 Maret 2018]. Anonymous. 2014. “Pembahasan Zakat Lengkap – Pengertian Zakat, Macam-Macam Zakat,
Dll”.
http://www.masuk-islam.com/pembahasan-zakat-lengkap-pengertian-zakat-
macam-macam-zakat-dll.html. [28 Maret 2018]. Anonymous. 2016. “Pengertian Zakat, Macam Macam, Hak Penerima Zakat dan Hikmah Berzakat”. http://www.pelajaran.co.id/2016/29/pengertian-zakat-macam-macam-hak penerima-zakat-dan-hikmah-berzakat.html. [28 Maret 2018]. Darmawi,
Fadhil.
2014.
“Makalah
Zakat
dan
Pajak”.
http://fadhildarmawi.blogspot.co.id/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo_24.html. [28 Maret 2018]. Sistafiani,
Dian.
2013.
“Pengertian
http://sistafiani.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-zakat.html. [28 Maret 2018].
Zakat”.