TUGAS SWAMEDIKASI SWAMEDIKASI PADA KASUS RHINITIS ALERGI
Oleh :
Kelompok 2 I.B. PUTU NATHA KUSUMA
(1!"#1#!1!$
PUTU ADI %AH&A KUSUMA
(1!"#1#!11$
ANGELIA PUTRI MOELIONO
(1!"#1#!12$
PUTU LITA ASTRIANI
(1!"#1#!1'$
NI MADE SENDI ROOSALIN W.
(1!"#1#!1$
NI N&OMAN ENGLANDARI MURTI
(1!"#1#!1#$
NI PUTU &ULIA PURNAMI
(1!"#1#!1)$
GUSTI A&U EKA PERTIWI
(1!"#1#!1*$
PROGRAM PENDIDIKAN PRO+ESI APOTEKER ,URUSAN +ARMASI +AKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIERSITAS UDA&ANA 2!1
1. Rhinitis alergi Seorang pasien datang untuk membeli obat sanaflu dengan keluhan sering bersin di pagi hari. Setelah berdiskusi dengan apoteker diketahui bahwa pasien mengalami rhinitis alergi ringan, memilik memilikii hiperte hipertensi nsi dan rutin rutin mengko mengkonsu nsumsi msi kaptop kaptopril. ril. Kandun Kandungan gan dari dari sanaflu sanaflu adalah adalah parasetamol 500 mg dan fenipropanolamin HCl HCl 15 mg. a. Jelaskan apa ang dimaksud dengan rhinitis alergi! b. Jelaskan tatalaksana terapi untuk penanganan rhinitis alergi! ". Jelaskan batasan untuk menentukan apakah pasien dapat ditangani oleh apoteker atau perlu diru#uk ke dokter d. $raikan pertanaan ang perlu dia#ukan pada pasien untuk mengetahui kondisi pasien! e. $raikan pilihan obat ang dapat diberikan untuk digunakan dalam pengobatan sendiri! f. Jelas Jelaska kan n alasa alasan n menga mengapa pa pili piliha han n obat obat ang ang meng mengan andu dung ng paras paraseta etamo moll 500 500 mg dan dan fenipropanolamin HCl 15 mg tidak tepat untuk kondisi pasien! g. Jelaskan pilihan obat ang anda sarankan untuk penanganan se"ara swamedikasi! ,AWAB: -. ,el-k-/ -p- 0-/ 3m-k4 e/-/ 5h3/363 -le537 I.
DE+INISI Rhinitis alergi merupakan gangguan heterogen ang ditandai dengan adana satu atau
lebih ge#ala pada hidung seperti bersin, gatal, rhinorrhea dan hidung tersumbat ang sering disertai dengan ge#ala ang melibatkan organ lainna seperti mata, telinga, dan tenggorokan pada bagian postnasal drainase %Skoner, &001'. Rhinitis alergi #uga dapat diartikan sebagai peradangan pada membran mukosa hidung karena adana paparan alergen ang meni menimb mbul ulkan kan tang tangga gapa pan n spesi spesifi fik k terha terhada dap p aler alerge gen n terse tersebu butt ang ang dipe diperan ranta tarai rai oleh oleh (munoglobulin ) %(g)' %*ells et al ., ., &00+'. Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung ang ditandai dengan bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen. Sindrom ini timbul akibat adana reaksi hipersensitiitas pada mukosa hidung akibat suatu alergen %-ipiro et al , &00/ *ells et al , &00+'. II. EPIDEM EPIDEMIOL IOLOGI OGI DAN ET ETIOL IOLOGI OGI Rhinitis alergi merupakan salah satu gangguan medis ang paling umum ditemukan
pada manusia. realensi penakit ini di merika Serikat diperkirakan antara ,2 hingga 132. -i (ndonesia, (ndonesia, angka ke#adian rhinitis alergi ang pasti belum diketahui diketahui karena karena sampai saat ini belum pernah pernah dilakukan dilakukan penelitian multisenter. multisenter. realensi realensi rhinitis rhinitis alergi alergi perenial perenial di Jakarta besarna sekitar &0 2, di daerah padat penduduk kota 4andung menun#ukkan 3,+ 2, di mana prealensi pada usia 1&6+ tahun. 4erdasarkan surei dari (SC % International % International
Study of Asthma and Allergies in Childhood ' , pada siswa S7 umur 1618 tahun di Semarang tahun &001 &00&, prealensi rinitis alergi sebesar 12 %Kurniawan dan 9aan, &010'. Saat ini, R adalah penakit alergi ang paling umum dan salah satu kondisi kronis terkemuka pada anakanak :1 tahun %;ewa"he"k, 1++8'. Ge/e5 -i masa ke"il, anak lakilaki dengan R melebihi #umlah anak perempuan, tapi se"ara umum ketika dewasa, #umlah pria dan wanita pengidap penakit ini men#adi sama. U3
Karena tinggina prealensi R, gangguan kualitas hidup, biaa pengobatan, dan kehadiran komorbiditas seperti asma, sinusitis, dan otitis media, R memiliki dampak ang luar biasa pada masarakat. =ingkat keparahan berkisar R dari ringan sampai serius. 4iaa mengobati 4iaa R dan tidak langsung terkait dengan hilangna produktiitas ker#a akibat penakit ang signifikan dan substansial. ada anakanak dengan R, kualitas hidup kedua orang tua dan anak, termasuk kemampuan untuk bela#ar sangat dipengaruhi %Skoner, &001'. Rhinitis alergi merupakan kondisi klinis ang ditandai dengan peningkatan imunitas humoral ang dimediasi oleh (g) dan ter#adi sebagai respon terhadap antigen lingkungan ang mengakibatkan inflamasi saluran napas atas %4rashers, &006'. enderita rhinitis alergi akan "epat mengalami kelelahan fisik, mental, ke"emasan, dan gangguan depresi %-ipiro et al , &00'.
III. +ISIOLOGI NORMAL Se"ara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur kondisi udara
dengan mempersiapkan udara inspirasi agar sesuai dengan permukaan paruparu, pengatur humidifikasi, peneimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologi lokal.
-alam hal imunologi lokal, hidung berperan sebagai proteksi saluran nafas bagian bawah terhadap mikroorganisme dan bahanbahan berbahaa lainna ang terkandung di dalam udara ag terhirup %7arieb and Kat#a, &00>'. ada saat udara melewati hidung, ter#adi turbulensi partikulat terhadap selaput lendir.
akhirna udara masuk/ sehingga partikel terperangkap dikeluarkan
melalui saluran pen"ernaan dan tidak men"apai paruparu. Sel mast terletak pada mukosa hidung, ang berperan untuk melepaskan mediator seperti histamin %-ipiro et al., &00'. Reaksi awal ter#adi ketika alergen di udara memasuki hidung selama respirasi dan direspon oleh sel limfosit, ang memproduksi (g) spesifik antigen, sehingga meningkatkan kepekaan host terhadap alergen %*ells et al., &003'. Reaksi alergi pada hidung dimediasi oleh respon antigenantibodi, selama alergen berinteraksi dengan antigen spesifik (g) terikat pada sel mast dan basofil hidung. ada orang ang alergi, selsel ini meningkat baik dalam #umlah dan reaktiitasna. Setelah hidung terpapar kembali, (g) berikatan pada sel mast berinteraksi dengan alergen dari udara, memi"u pelepasan mediator inflamasi %-ipiro et al., &00'. Reaksi langsung ter#adi ang mengakibatkan pelepasan "epat mediator ang terbentuk sebelumna serta mediator ang baru dibuat melalui #alur asam arakidonat. 7ediator ini hipersensitiitas segera meliputi histamin, leukotrien, prostaglandin, triptase, dan kinin. 7ediator ini menebabkan asodilatasi, peningkatan permeabilitas askular, dan produksi
sekresi nasal. Histamin menebabkan rinorea, gatal, bersin, dan hidung tersumbat %*ells et al., &003'. 7ekanisme rhinitis alergi dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
.
4.
E9ek
Histamin
Stimulasi reseptor iritan Pruritus ermeabilitas askuler ermeabilitas mukosa Kontraksi otot polos
;eutrofil kemotaktik fa"tor
(nfluksi sel radang
)osinofil kemotaktik faktor
(nfluksi sel radang
Kinin
ermeabilitas askuler
N-α-tosyl L-arginine methyl esterase
ermeabilitas askuler
Leukotrienes
Kontraksi otot polos ermeabilitas askuler Sekresi mukus
Kemotaksis
Thromboanes
Kontraksi otot polos
Platelet-a!ti"ating fa!tor
Sekresi mukus ermeabilitas saluran nafas Kemotaksis ermeabilitas askuler
#e$arin
ntiinflamasi
Try$tase
Hidrolisis protein
%allikrein
Hidrolisis protein
. MANI+ESTASI KLINIS
bersin merupakan ge#ala ang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan se#umlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, aitu proses membersihkan sendiri % self !leaning $ro!ess'. 4ersin dianggap patologik, bila ter#adina lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskanna histamin, disebut #uga sebagai bersin patologis.
rhinitis. =es ini kulit dapat dilakukan melalui rute perkutan, dimana alergen ditusuk atau tergores ke permukaan kulit, atau dengan intradermal rute, dimana olume ke"il %0,010,05 m@' alergen disuntikkan antara lapisan kulit %-ipiro et al., &00'. . ,el-k-/ 6-6-l-k-/- 6e5-p3 4/64k pe/-/-/-/ 5h3/363 -le537
%-iiro, &00' 4erdasarkan pilihan terapi dan algoritma terapi dalam penanganan rhinitis alergi, maka pilihan obat ang dapat diberikan pada pasien rhinitis alergi ringan untuk pengobatan sendiri adalah antihistamin sistemik. Hal ini disebabkan, ge#ala ang mun"ul pada pasien adalah bersinbersin % snee&ing '. enggunaan dekongestan %misalna A fenileprin' dan kortikosteroid intranasal %misalna A budesonide' diindikasikan apabila ter#adi hidung tersumbat. enggunaan intranasal antihistamin %misalna A aBelastine' diindikasikan apabila penggunaan antihistamin sistemik tidak efektif. Sedangkan penggunaan mast "ell stabiliBer %misalna A kromolin' dan intranasal antikolinergik diindikasikan ketika terapi gagal atau tidak ter#adi perbaikan selama lebih dari 1 bulan dengan antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid intranasal %-iiro et al ., &00'. ;. ,el-k-/ -6--/ 4/64k me/e/64k-/ -p-k-h p-3e/ -p-6 36-/-/3 oleh -po6eke5 -6-4 pe5l4 354<4k ke ok6e5
$ntuk mengetahui apakah dapat ditangani oleh dokter maupun apoteker dapat dilihat dari tingkat keparahan atau #enis rhinitis alergi ang dialami pasien. asien dengan ge#ala rhinitis alergi ringan, dimana ge#ala ang mun"ul tidak mengakibatkan gangguan tidur maupun gangguan aktiitas. Rhinitis alergi dikategorikan ringan #ika berlangsung kurang dari 18 hari #adi swamedikasi masih dapat diberikan kepada pasien melalui pemilihan obat ang tepat oleh apoteker. asien rhinitis alergi perlu diru#uk kedokter apabila A 1. -itemukan adana ge#ala mengigil dan napas memendek
&. asien mengeluh ge#ala rasa berat pada dada %tightness of !hest ' 6. asien mengeluh rasa sakit pada telinga 8. asien mengeluh rasa sakit pada sinus 5. Kon#ungtiitas purulen 3. Kegagalan pengobatan, dimana tidak ditemukan perbaikan setelah penggunaan 'TC >.
1. 4erapa usia pasien $sia pasien perlu ditanakan untuk menesuaikan dengan terapi ang akan diberikan, #enis obat, dosis dan bentuk sediaan ang akan diberikan. &. pa sa#a ge#alage#ala ang dialami pasien / -iiro, &00/ *alla"e, &00'. 6. Sudah berapa lama pasien mengalami ge#ala tersebut -urasi atau lama pasien mengalami ge#ala digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan? klasifikasi rhinitis alergi ang dialami serta dapat memberikan terapi ang benar apakah dapat diswamedikasi atau diru#uk ke dokter. 8. pakah pasien terpapar alergen seperti debu, asap rokok, serbuk tumbuhan, hewan, atau makanan ang menebabkan alergi -ebu, asap rokok, serbuk tumbuhan, hewan, atau beberapa makanan tertentu dapat men#adi pemi"u timbulna alergi pada beberapa orang, sehingga dengan mengetahui penebab timbulna alergi, maka paien dapat di K() untuk menghindari sumber alergen tersebut sehingga tidak timbul rhinitis alergi %*alla"e, &00'. 5. pakah pasien atau keluarga pasien ada ang memiliki riwaat alergi %rhinitis alergi atau asma' (nformasi mengenai riwaat penakit kelurga ang mungkin menderita alergi dapat digunakan sebagai salah satu a"uan penebab timbulna alergi pada pasien. 3. pakah sebelumna pasien mengkonsumsi obat untuk rhinitis, bila ada apa nama obatna, berapa lama digunakan, bagaimana efektifitas dan efek sampingna
(nformasi mengenai obatobatan ang pernah dikonsumsi pasien untuk pengobatan rhinitis dapat men#adi pertimbangan dalam pengobatan selan#utna, bila pasien telah mengkonsumsi obat ang tepat namun tidak efektif maka dapat disarankan penggunaan obat ang lainna, dan bila perlu diru#uk ke dokter untuk mendapatkan obat ang tepat bila ge#ala ang dialami sudah lama dan parah. >. pakah sebelumna pasien ada mengkonsumsi obat untuk penakit lain, bila ada apa nama obatna, berapa lama digunakan, bagaimana efektifitas dan efek sampingna (nformasi mengenai obatobatan ang pernah dikonsumsi pasien untuk pengobatan penakit lainna dapat men#adi pertimbangan dalam pemberian terapi Rhinitis alergi, sebab terdapat beberapa obat ang dapat menebabkan timbulna rhinitis alergi seperti obat golongan C) (nhibitor, phosphodiesterase5Esele"tie inhibitors, phentolamine, are"eptor antagonists, aspirin dan obat ;S(- %*alla"e, &00'. Selain itu informasi mengenai obat lain ang pernah dan s edang dikonsumsi dapat digunakan untuk
mengetahui apakah nantina
ada
kemungkinan
obat tersebut dapat
menebabkan ter#adi interaksi obat dengan obat rhinitis alergi ang akan diberikan. . pakah ge#ala ang dialami sampai mengganggu aktiitas pasien seharihari (nformasi ini untuk mengetahui tingkat keparahan dari rhinitis alergi ang dialami, bila ge#ala ang timbul tidak sampai mengganggu aktiitas seharihari, seperti beker#a, pergi sekolah atau tidur dan smptoms ada namun tidak terlalu mengganggu berarti pasien dikategorikan mengalami mild rhinitis alergy dan bila sebalikna maka pasien dikategorikan mengalami moderat-se"ere rhinitis alergy, dan penanganan obatna pun nantina akan berbeda %4ousDuet, &00>'. +. pakah peker#aan pasien (nformasi peker#aan pasien penting diketahui untuk menentukan #enis obat ang akan diberikan. engobatan rhinitis alergi biasana menggunakan obat golongan antihistamin, dimana diketahui golongan antihistamin ada ang dapat menebabkan kantuk ada ang tidak, sehingga pemberian obat tersebut perlu dipertimbangkan dengan aktiitas seharihari atau peker#aan dari pasien agar nantina tidak mengganggu %*alla"e, &00'. e. U5-3k-/ p3l3h-/ o-6 0-/ -p-6 3e53k-/ 4/64k 34/-k-/ -l-m pe/o-6-/ e/3537
Fbat ang dapat diberikan untuk digunakan dalam pengobatan sendiri pada rhinitis alergi adalah obatobatan ang tergolong dalam obat bebas terbatas dan obat keras dalam -F*. Fbat Eobat tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini pada msingmasing #enis obat.
1. A/63h36-m3/
ntihistamin beker#a sebagai antagonis reseptor histamin H1 berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktiasi reseptor, ang men"egah ikatan dan ker#a histamin. ntihistamin lebih efektif dalam men"egah respon histamin daripada melawanna %-ipiro et al ., &00'. ntihistamin oral dapat dibagi men#adi & kategori utama aitu non selektif %generasi pertama atau sedatif antihistamin' dan selektif peripheral %generasi kedua atau nonsedatif antihistamin'. kan tetapi perlu diperhatikan efek samping dari masingmasing obat karena ada ariasi antar obat dalam kategori ang luas ini. )fek sedatif sentral mungkin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak. Fbat ang paling selektif ke perifer memiliki sedikit atau tidak sama sekali efek ke sistem saraf pusat atau otonom %-ipiro et al ., &00'. 7engantuk adalah efek samping ang paling sering dan dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau aktiitas ker#a. )fek sedatif bisa menguntungkan pada pasien ang sulit tidur karena ge#ala rhinitis %-ipiro et al ., &00'. *alaupun efek antikolinergik %pengeringan' berperan dalam efikasi, efek samping seperti mulut kering, kesulitan mengeluarkan urin, konstipasi, dan efek kardioaskuler potensial dapat ter#adi. ntihistamin harus diberikan dengan hatihati pada pasien ang berke"enderungan retensi urin dan pada mereka ang mengalami peningkatan tekanan intraokular, hipertiroidisme, dan penakit kardiokular %-ipiro et al ., &00'. )fek samping lainna termasuk hilang nafsu makan, mual, muntah, dan gangguan ulu hati. )fek samping pada sistem pen"ernaan dapat di"egah dengan mengkonsumsi obat bersamaan dengan makanan atau segelas penuh air. ntihistamin lebih efektif #ika dimakan 1& #am sebelum diperkirakan ter#adina paparan pada alergen %-ipiro et al ., &00'.4erikut obat oral ang umum digunakan beserta dosis ang dian#urkan ditampilkan pada tabel dibawah iniA =abel 6. -osis Fral ntihistamin ang $mum -igunakan %-ipiro et al ., &00'. Do3 -/ I/6e5=-l De>-A/-k A/63h36-m3/ /o/elek639 (e/e5-3 pe56-m-$ Klorfeniramin 31& th / & mg tiap 3 #am 8 mg tiap 3 #am maleat, biasa &5 th / 1 mg tiap 3 #am Kloramfenikal 1& mg sehari waktu 31& th / mg waktu maleat, sustained tidur atau 1& mg tidur : 3 th / tidak release tiap #am. direkomendasi 31& th / 0,3> mg tiap 1& Klemastin fumarat 1,68 mg tiap #am #am A/63h36-m3/ elek639 pe539e5 (e/e5-3 ke4-$ @oratadin 10 mg sekali sehari 31& th / 10 mg sehari sekali, &5 th / 5 mg O-6
Golo/-/ O-6
4ebas =erbatas 4ebas =erbatas Fbat Keras %F*' Fbat Keras %=idak boleh
diberikan pada swamedikasi' Fbat Keras =idak boleh diberikan pada swamedikasi' Fbat Keras %F*'
sehari sekali
Geksofenadin
30 mg dua kali sehari atau 10 mg mg sekali hari
311 th / 60 mg dua kali sehari
SetiriBin
5 E 10 mg sekali sehari
3 th / 5 mg sehari sekali bai 311 bulan
O-6 ? O-6 A/63h36-m3/
a. Klorfeniramin 7aleat (ndikasi Kontraindikasi )fek Samping erhatian
A Rinitis, urtikaria, ha feer A Hipersensitiitas A 7ulut kering, mengantuk, pandangan kabur A enderita ang menggunakan obat ini sebaikna tidak mengendarai kendaraan
bermotor
atau
men#alankan
mesin,
tidak
dian#urkan
penggunaan pada wanita hamil dan meusui %-ipiro et al ., &00'. b. -eksklorfeniramin 7aleat (ndikasi
A 7engatasi kasus alergi dimana diperlukan terapi dengan kortikosteroid,
rinitis karena alergi menahun, rinitis karena gangguan asomotor Kontraindikasi A Hipersensitiitas, infeksi fungsi sitemik, bai baru lahir dan prematur, penderita ang mendapat terapi penghambat 7F, penderita tukak lambung aktif, Herpes simplek pada mata. )fek Samping A 7enebabkan peningkatan gangguan "airan elektrolit, gastrointestinal, dermatologik, penambah
osteoporosis,
nafsu
makan,
penghambatan
kantuk
ringan
pertumbuhan
sampai
sedang,
anak, reaksi
kardioaskuler, hematologik %-ipiro et al ., &00'. ". @oratadin (ndikasi
A Rhinitis alergik seperti bersin, pilek, rasa gatal pada hidung, rasa gatal, dan terbakar pada mata. Hipersenstiitas atau idiosinkresi terhadap
)fek samping erhatian
komponenna. A using, letih, mulut kering kering A ada ibu hamil dan menusui, keamanan belum ditetapkan, gunakan hana bila manfaatna sebanding dengan resikona pada #anin / keamanan dn khasiat pada anak di bawah 5 tahun belum ditetapkan / pemberian antihistamin harus dihentikan kurang lebih 8 #am sebelum prosedur u#i kulit karena dapat men"egah atau mengurangi reaksi positif terhadap indikator reaktiitas dermal %-ipiro et al ., &00'.
Jadi obatobat antihistamin ang dapat digunakan dalam pengobatan sendiri adalah obat ang termsuk dalam obat bebas terbatas, dan obat keras ang ada di -F* seperti %TM@ Klem-63/ 94m-5-6@ dan %e6533/. 2. Deko/e6-/
-ekongestan topikal dan sistemik merupakan Bat simpatomimetik ang beker#a pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung ang menebabkan ter#adina asokontriksi, men"iutkan mukosa ang bengkak, dan memperbaiki entilasi pernapasan. -ekongestan beker#a dengan baik dalam kombinasi dengan antihistamin #ika kongesti hidung men#adi salah satu gambaran klinik. -ekongestan topikal dipakai langsung pada mukosa hidung ang membengkak melalui penetesan atau semprotan. Sediaan ini hana sedikit atau sama sekali tidak terabsorbsi se"ara sistemik %-ipiro et al ., &00'. emakaian sediaan topikal dalam #angka waktu ang lama %lebih dari 65 hari' dapat mengakibatkan rhinitis medi"amentosa, ang merupakan asodilatasi balikan %rebound ' ang terkait dengan kongesti. asien dengan kondisi ini menggunakan semprotan lebih sering dengan respon ang lebih ke"il. enghentian mendadak merupakan penaganan ang lebih efektif, tetapi kongesti balikan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Steroid nasal telah digunakan dengan hasil baik, tetapi perlu beberapa hari untuk dapat beker#a. enghentian dekongestan pada pasien dapat di"apai dengan pengurangan frekuensi dosis dalam beberapa minggu. Kombinasi proses penghentian dengan steroid nasal dapat menolong %-ipiro et al ., &00'. )fek samping lain nasal dekongestan termasuk rasa terbakar, bersin, dan kekeringan mukosa nasal. roduk dekongestan seharusna hana digunakan bila sangat diperlukan %misalna saat men#elang tidur' dengan dosis ang seke"il mungkin. -urasi terapi harus dibatasi 6 sampai 5 hari %-ipiro et al ., &00'. =abel 8. -osis -ekongestan ang $mum -igunakan %-ipiro et al ., &00' OBAT
DOSIS DEWASA
ANAK
GOLONGAN OBAT
Deko/e6-/ O5-l
seudoefedrin
30 mg tiap 83 #am
seudoefedrin, 1&0 mg tiap 1& #am sustained release Deko/e6-/ Top3k-l 1& tetes larutan 0,052 FksimetaBolin di setiap lubang hidung IlometaBolin ;asal 16 dd &6 tetes
31& th / 60 mg tiap 83 #am, &5 th / 15 mg tiap 83 #am
4ebas =erbatas
=idak direkomendasi
4ebas =erbatas
nakanak &10 tahun larutan 0,0&52 ;asal 16 dd &6
4ebas =erbatas 4ebas =erbatas
larutan %0,12 HCl', maksimal 3 kali sehari 18 kali sehari, 1& tetes larutan 0,050,12
;afaBolin
tetes &3 tahun larutan 0,052 1& tetes larutan 0,050,12
4ebas =erbatas
seudoefedrin merupakan dekongestan oral ang memiliki onset ker#a lebih lambat dibandingkan dengan obat topikal tetapi dapat beker#a lebih lama dan kurang menebabkan iritasi lokal. -ekongestan oral tidak menebabkan ter#adina rinitis medikamentosa %-ipiro et al ., &00'. seudoefedrin adalah dekongestan sistemik ang paling aman. -osis pseudoefedrin hingga 10 mg tidak menebabkan perubahan tekanan darah dan la#u #antung masih terkontrol. kan tetapi, dosis ang lebih tinggi %&10 sampai &80 mg' dapat meningkatkan tekanan darah dan la#u #antung. -ekongestan sistemik harus dihindari pada pasien hipertensif ke"uali kalau benarbenar diperlukan. Reaksi hipertensif parah dapat ter#adi #ika pseudoefedrin diberikan bersamaan dengan inhibitor monoamin oksidase. seudoefedrin dapat menebabkan stimulasi ringan sistem saraf pusat, bahkan pada dosis terapetik. enggunaan kombinasi produk oral ang mengandung suatu dekongestan dan antihistamin adalah rasional karena mekanisme ker#ana berbeda %-ipiro et al ., &00'. O-6 Golo/-/ Deko/e6-/ Top3k-l
a. Genilefrin Fbat ini beker#a alfaadrenergik se"ara tak langsung dengan #alan pembebasan ; dari u#ung saraf dan berdaa asokontriksi perifer. -igunakan sebagai dekongestium hidung dan mata %larutan 0,1&50,52' dan dalam banak sediaan kombinasi antiflu bersama analgetika, antihistamin dan antitusi. Genilefrin dikontraindikasin pada ibu hamil karena masuk ke dalam S( dengan mengakibatkan hipertensi pada ba i %-ipiro et al ., &00'.
b. FksimetaBolin FksimetaBolin beker#a langsung terhadap reseptor alfa tanpa menimbulkan efek terhadap reseptor beta. Setelah diteteskan di hidung, dalam waktu 510 menit ter#adi asokontriksi mukosa ang bengkak dan mampat hidung menghilang. Rfekna bertahan kurang lebih 2 #am. )fek samping A Rasa terbakar dan teriritasi pada selaput lendir hidung dengan menimbulkan bersin.
-osis
A nakanak di atas 1& tahun dan dewasa 16 dd &6 tetes larutan 0,052 %HCl' di setiap lubang hidung, anakanak &10 tahun larutan 0,0&52 %-ipiro et al ., &00'.
". IlometaBolin -aa ker#a dan penggunaanna sama dengan oksimetaBolin. -osis ;asal 16 dd &6 tetes larutan %0,12 HCl', maksimal 3 kali sehari. nakanak &3 tahun larutan 0,052 %-ipiro et al ., &00'. d. ;afaBolin ;afaBolin memiliki sifat ang sama dengan oksimetaBolin tetapi ker#ana lebih singkat ratarata 6 #am. -osis ang digunakan untuk okuler 18 kali sehari, 1& tetes larutan 0,050,12 %HCl' %-ipiro et al ., &00'. '. Ko563ko6e5o3
Kortikosteroid intranasal se"ara efektif meredakan bersin, rinorea, ruam dan kongesti nasal dengan efek samping ang minimal. Fbat ini mereduksi inflamasi dengan menghambat pembebasan mediator, penekatan kemotaksis neutrofil, menebabkan asokontriksi, dan menghambat reaksi lambat ang diperantarai oleh sel mast. at ini merupakan pilihan ang baik untuk rhinitis perennial dan #uga dapat digunakan pada rinitis musiman, terutama #ika diberikan sebelum ter#adi ge#ala %-ipiro et al ., &00'. Sediaan nasal ang mengandung kortikosteroid %beklometason, betametason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason, dan triamsinolon' mempunai peranan penting dalam pen"egahan dan pengobatan rhinitis alergi %4F7 R(, &00'. eringatan umum dalam pemberian sediaan kortikostroid nasal sebaikna dihindari pada infeksi nasal ang tidak tertangani dan #uga sesudah operasi nasal %tunggu sampai sembuh', #uga sebaikna dihindarkan pada =4 paru. Resiko efek sistemik dari obat tetes hidung lebih besar dibandingkan obat semprot karena "ara penggunaan obat tetes ang salah. -irekomendasikan untuk memonitor tinggi badan anakanak ang mendapat terapi kortikosteroid nasal dalam #angka pan#ang. Jika pertumbuhan terhambat, sebaikna dikonsultasikan ke dokter spesialis anak %4F7 R(, &00'. )fek samping lokal ang sering mun"ul pada penggunaan kortikosteroid meliputi kekeringan, iritasi pada hidung dan tenggorokan, epitaksis, ulserasi %#arang', perforasi nasal septal %biasana setelah operasi nasal', peningkatan tekanan intraokular atau glaukoma, sakit
kepala, gangguan pen"iuman dan rasa. Reaksi hipersensitiitas termasuk bronkospasme telah dilaporkan %4F7 R(, &00'. 4eberapa pasien pulih dalam beberapa hari, tetapi respon pun"ak memerlukan &6 minggu. -osis dapat diturunkan #ika respon telah ter"apai. Hambatan pada rongga hidung harus dihilangkan dengan dekongestan sebelum pemberian glukokortikoid untuk memastikan penetrasi obat semprot ang memadai %-ipiro et al ., &00'.
=abel 5. -osis Kortikosteroid ang $mum -igunakan %-ipiro et al ., &00' DOSIS
OBAT
DEWASA
ANAK
4eklametason -ipropoionat
6&0 m"g dua kali sehari
nak 3 tahun 13 663 m"g per hari
4udesonid
&53 m"g per hari
:1& tahun 1& m"g per hari
Glutikason ropionat
&00 m"g per hari
110 m"g per hari
GOLONGAN OBAT Fbat Keras %=idak boleh diberikan pada swamedikasi' Fbat Keras %=idak boleh diberikan pada swamedikasi' Fbat Keras %F*'
O-6 ? O-6 Ko563ko6e5o3
a. 4eklametason -ipropoionat (ndikasi eringatan
A rofilaksis dan pengobatan rinitis alergi dan rinitis asomotor. A (nfeksi nasal ang tidak ditangani, pemakaian ang berkepan#angan
)fek samping
pada anak, pengobatan terdahulu dengan kortikosteroid per oral A 4ersin setelah penggunaan/ kadangkadang hidung kering, iritasi hidung tenggorokan, epistaksis, gangguan indra ke"ap / reaksi hipersensitiitas %termasuk bronkopasme', perforasi septum nasal
dilaporkan. Cara penggunaan A -ewasa dan anak di atas 3 tahun, beri 100 m"g %& semprotan' ke dalam tiap lubang hidung dua kali sehari atau 50 m"g %1 semprotan' ke dalam tiap lubang hidung 65 kali sehari/ total maksimum 800 m"g % semprotan' tiap hari %4F7 R(, &00'. b. 4udesonid (ndikasi
A rofilaksis dan pengobatan rhinitis alergi dan rhinitis asomotor/ polip nasal.
eringatan
A @ihat pada beklometason dipropionat/ #uga pasien dengan tuberkulosis
paruparu. Cara penggunaanA -ewasa dan anak di atas usia 1& tahun, beri &00 mikrogram %& semprotan' ke dalam tiap lubang hidung 1 kali sehari di pagi hari atau 100 m"g %1 semprotan' ke dalam lubang hidung & kali sehari/ bila ge#ala dapat dikendalikan kurangi hingga 100 m"g %1 semprotan' ke dalam lubang hidung 1 kali tiap hari %4F7 R(, &00'. ". Glunisolid (ndikasi eringatan
A rofilaksis dan pengobatan rhinitis alergi A @ihat pada beklometason dipropionat/ #uga pasien dengan tuberkulosis
)fek samping
paruparu. A 4ersin setelah penggunaan/ kadangkadang hidung kering, iritasi hidung tenggorokan,
epistaksis, gangguan indra
ke"ap/
reaksi
hipersensitiitas %termasuk bronkopasme', perforasi septum nasal dilaporkan. Cara penggunaanA -ewasa beri 50 m"g %& semprotan' ke dalam lubang hidung & kali sehari, ditingkatkan bila perlu hingga maksimum 6 kali sehari kemudian kurangi untuk perawatan / nak A di atas usia 5 tahun, mula mula &5 m"g %1 semprotan' ke dalam lubang hidung sampai 6 kali sehari untuk pengobatan ang tidak lebih lama dari minggu berturut turut %4F7 R(, &00'. d. Glutikason ropionat (ndikasi eringatan
A rofilaksis dan pengobatan rhinitis alergi. A (nfeksi nasal ang tidak ditangani, pemakaian ang berkepan#angan
)fek samping
pada anak, pengobatan terdahulu dengan kortikosteroid per oral A 4ersin setelah penggunaan/ kadangkadang hidung kering, iritasi hidung tenggorokan,
epistaksis, gangguan indra
ke"ap/
reaksi
hipersensitiitas %termasuk bronkopasme', perforasi septum nasal dilaporkan. Cara penggunaan A -ewasa dan anak di atas usia 1& tahun, beri 100 m"g %& semprotan' ke dalam tiap lubang 1 kali sehari, lebih disukai pada waktu pagi hari, ditingkatkan hingga & kali sehari bila perlu/ total maksimum semprotan tiap hari/ nak A
811 tahun, 50 m"g %1 semprotan' ke
dalam tiap lubang hidung 1 kali sehari, ditingkatkan & kali sehari bila perlu / total maksimum tiap hari 8 semprotan %4F7 R(, &00'.
. N-6534m K5omol3/
Kromolin adalah obat ang dapat menghambat pelepasan histamin dari sel mast paru paru dan tempattempat tertentu, ang diinduksikan oleh antigen. Kromolin tidak merel aksasi bronkus atau otot polos lain. Kromolin #uga tidak menghambat respons obat tersebut terhadap berbagai obat ang bersifat spasmogenik. =etapi kromolin menghambat pelepasan histamin dan autakoid lain termasuk leukotrien dari paruparu manusia pada proses alergi ang diperantarai (g) %
A enggunaan utama kromolin untuk terapi profilaktik asma bronkial,
)fek samping
rhinitis alergika, dan penakit atopik pada mata. A (ritasi lokal/ kadangkadang bronkopasme sementara.
9. ,el-k-/ -l--/ me/-p- p3l3h-/ o-6 0-/ me/-/4/ p-5-e6-mol #!! m -/ 9e/3p5op-/ol-m3/ H%l 1# m 63-k 6ep-6 4/64k ko/33 p-3e/7
-ari algoritme terapi untuk rhinitis alergi ang ada diketahui bahwa obat pilihan pertama untuk penanganan rhinitis alergi adalah antihistamin baru kemuian obat lainna untuk mengobatai smptomsna. arasetamol sebagai analgesik dan antipiretik tidak termasuk dalam algoritme terapai dan tidak berperan dalam penanganan rhinitis alergi.
-an fenilpropanolamin HCl merupakan dekongestan ang hana dapat digunakan untuk mengobati ge#ala ang timbul seperti hidung tersumbat bukan untuk ge#ala bersinbersin, selain itu
serta tidak dapat berperan dalam mengatasi alergina. Selain itu
fenilpropanolamin HCl dikontraindikasikan untuk pasien hipertensi, sehingga tidak dapat diberikan pada pasien ang mengalami hipertensi %Sweetman, &00+'. Sehingga obat tersebut tidak tepat diberikan pada pasien dengan kondisi pada kasus diatas.
. ,el-k-/ p3l3h-/ o-6 0-/ -/- -5-/k-/ 4/64k pe/-/-/-/ e;-5- >-me3k-37
-alam pemilihan antihistamin sistemik, lebih disarankan penggunaan agen non sedasi %antihistamin selektif' misalna CetiriBine, @eo"etiriBine, -esloratadine, GeLofenadine, @oratadine sebagai pilihan pertama. ;amun apabila obat dirasa terlalu mahal, maka dapat diganti dengan agen antihistamin non selektif %dengan efek sedasi ang lebih besar' misalna 4rompheniramine maleate, Chlorpheniramine maleate, -eL"hlorpheniramine maleate,
CarbinoLamine maleat, Clemastine fumarate, -iphenhdramine hdro"hloride, rilamine maleate, =ripelennamine hdro"hloride, romethaBine hdro"hloride@ Cproheptadine hdro"hloride, henindamine tartrate %-iiro et al ., &00'. -alam =abel 3 di#abarkan #enis antihistamin sistemik beserta dosis dan interal pemberianna. =abel 3. Jenis ntihistamin, -osis, (nteral emberian, dan )fek Samping
Jenis ntihistamin
;on selektif %antihistamin generasi pertama' 1. Klorfeniramin maleat %F=C' &. Klorfeniramin maleat, sustained release %F=C' 6. -ifenhidramin hidroklorida %F=C' ntihistamin selektif 1. @oratadin %Fbat keras' &. GeLofenadine %Fbat keras'
6. CetiriBine %-F*' 8. @eo"etiriBine %Fbat keras'
-osis dan (nteral pada asien -ewasa
)fek samping sedasi %mengantuk'
8 mg setiap 3 Rendah #am 1& mg per Rendah hari sebelum tidur atau 1& mg setiap #am &550 mg =inggi setiap #am
10 mg sekali sehari 30 mg dua kali sehari atau 10 mg sekali sehari 510 mg sekali sehari 5 mg setiap malam hari
)fek samping antikolinergik %mulut kering, konstipasi, potential kardioaskular effe"t'
Sedang Sedang
=inggi
Rendah sampai tidak Rendah sampai tidak ada ada Rendah sampai tidak Rendah sampai tidak ada ada
Rendah sedang Rendah sedang
sampai sampai
Rendah sampai tidak ada Rendah sampai tidak ada %-iiro et al ., &00'.
$ntuk pengobatan sendiri, maka obat ang boleh diberikan aitu obat ang tergolong F=C %klorfeniramin maleat atau difenhidramin HCl' dan obat ang tergolong -aftar Fbat *a#ib potek aitu "etiriBine, prometaBin, atau siproheptadin. ntihistamin ang paling disarankan untuk pasien pada kasus diatas adalah pemberian antihistamin selektif aitu
;e63533/e ang memiliki efek samping sedasi ang paling rendah serta memiliki efek
samping antikolinergik ang paling rendah dibandingkan pilihan obat dalam pengobatan sendiri. Hal ini dilihat dari pasien ang memiliki penakit hipertensi sehingga sebaikna digunakan antihistamin ang bersifat selektif. ntihistamin ang memiliki efek samping antikolinergik sedang atau tinggi %klorfeniramin maleat, siproheptadin, promethaBine' harus digunakan dengan perhatian pada pasien hipertensi %@a" et al ., &011/ -ipiro et al ., &00'. -isamping itu dilihat dari efek samping mengantuk, "etiriBine merupakan obat ang memiliki efek samping mengantuk paling ringan sehingga disarankan untuk pengobatan rhinitis alergi pasien. pabila ge#ala rhinitis alergi tidak #uga membaik setelah pemberian obat tersebut, maka sebaikna disarankan untuk bertemu dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lan#ut atau dapat diberi pertimbangan untuk mengganti obat antihipertensina aitu "aptopril dengan obat antihipertensi lainna, sebab diketaui bahwa "aptopril nag merupakan obat golongan C) (nhibitor merupakan salah satu obat ang dapat menebabkan timbulna rhinitis alergi %*alles, &00>'.
DA+TAR PUSTAKA
4lenkinsopp, ., aLton, ., and 4lenkinsopp, J. &005. Sym$toms in The Pharma!y( A )uide to The *anagement of Common Illness. $SA 4la"kwell ublishing @td. p. 8+56. 4F7 R(. &00. Informatorium 'bat Nasional Indonesia. JakartaA 4adan F7 R(. 4rashers, M. @. &006. A$likasi %linis Patofisiologi. JakartaA enerbit 4uku Kedokteran. Hal. 6>>. 4ousDuet J., et al . &00>. 7anagement of llergi" Rhinitis and (ts impa"t on sthma. )lobal Primary Care +du!ation HalA 1>. -ipiro, J.=., =albert, R.@., 9ee, <.C., 7atBke, <.R., *ells, 4.<., ose, @.7. %)ds'. &00. Pharma!othera$y a Patho$hysiologi!al A$$roa!h, th ed . $SA 7"&+1>80. ;ewa"he"k, .*., J.J. Stoddard. 1++8. realen"e and (mpa"t of 7ultiple Hood Chroni" (llnesses. . Pediatri Mol. 1&8 ;o. 80 Hal. 7arieb, ). and Kat#a, H. &00>. #uman Anatomy and Physiology. >th )dition. ;ew 9orkA earson )du"ation (n". Skoner, -. . &001. llergiL RhinitisA -efinition, )pidemiolog, athophsiolog, -ete"tion, and -iagnosis. . Allergy Clin Immunol Mol 10 ;o. 1 Hal. 1
Suardana, *., (.4. Fka, (. 7. Sudipta, . *. 7asna, . S. uteri, (. 7. =#ekeg. 1++&. Pedoman iagnosis dan Tera$i Ilmu Penyakit Telinga #idung dan Tenggorok. -enpasar A Rumah Sakit $mum usat. Sukandar, ).9., R. ndra#ati, J., Sigit, K., dnana, . Setiadi, Kusnandar. &00. IS' /armakotera$i. JakartaA = (SG( enerbitan. Sweetman. &00+. *artindale( The Com$lete rug 0eferen!e 12 nd +dition. @ondonA harma"euti"al ress. *alla"e et al . &00. =he -iagnosti" and 7anagement of RhinitisA n update pra"ti"e parameter. ournal Allergy Clini!al Immunology A S18 *ells, 4.<., Joseph, -., =err, S., Cnthia, H. &003. Pharma!othera$y #andbook, 2 th +dition. $SA 7"