BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kesehatan nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimasukkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu upaya adalah peningkatan pelayanan kesehatan Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya.
Atritis reumatoid atau yang lebih dikenal dengan penyakit rematik adalah rematik adalah salah satu penyakit yang lumrah di derita masyarakat Indonesia baik tua maupun muda. Penyakit ini menyerang sendi dan struktur jaringan penunjang di sekitar sekitar sendi sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri. Dalam Dalam tingkat yang parah, rematik bahkan dapat menimbulkan kecacatan tetap, ketidakmampuan dan penurunan kualitas hidup. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Artritis rematoid
1
diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia. ( http: http: //ww www.k w.kab abar arii ndo.com) ndo.com)
Saat ini jumlah penderita rematik di dunia sekitar 1 persen, angka yang terlihat cukup kecil namun terus meningkat, khususnya pada jenis kelamin perempuan, di Amerika Serikat menunjukkan antara 1995 dan 2005, penderita wanita mencapai 54 dari 100 ribu orang dan pria hanya 29 dari 100 ribu orang. Sementara itu di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al pada tahun 2008 lalu, prevalensi nyeri rematik mencapai 23,6% hingga 31,3%.
( http: http: //ww www.k w.kab abar arii ndo. ndo.com) com) Kenyataan seperti di atas membutuhkan perhatian yang serius serta tenaga keperawatan yang terampil, setidaknya berupaya dalam hal promotif, dan preventif untuk faktor-faktor pencetus timbulnya atritis rematoid. Dengan kasus tersebut di atas penulis mencoba menerapkan asuhan keperawatan keluarga
dengan klien Tn ” A” dengan gangguan sistem imunologi ”ar tritis tritis rematoid” di wilayah kerja puskesmas awaru kab. Bone taahun 2010, sehingga permasalahan dapat diatasi secara baik.
2
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang penatalaksanaan Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita penyakit artritis rematoid di Kelurahan Maccope Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. 2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang pengkajian pada Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita penyakit artritis rematoid di Kelurahan Maccope Maccop e Kecamatan Kecam atan Awangpone Kabupaten Bone. b. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang diagnosa pada Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita penyakit artritis rematoid di Kelurahan Maccope Maccop e Kecamatan Kecam atan Awangpone Kabupaten Bone. c. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang perencanaan pada Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita penyakit artritis rematoid di Kelurahan Maccope Maccop e Kecamatan Kecam atan Awangpone Kabupaten Bone. d. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang implementasi pada Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita
3
penyakit artritis rematoid di Kelurahan Maccope Maccop e Kecamatan Kecam atan Awangpone Kabupaten Bone. e. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang evaluasi pada Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita penyakit artritis rematoid di Kelurahan Maccope Maccop e Kecamatan Kecam atan Awangpone Kabupaten Bone. f.
Untuk menerapkan proses pendokumentasian Asuhan Keperawatan pada
keluarga Tn “ A” dengan klien Tn” A” yang menderita penyakit a rtritis rematoid di Kelurahan Maccope Kecamatan Awangpone
Kabupaten
Bone. C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan di lingkungan Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone
yang
membahas
tentang
penatalaksanaan
Asuhan
Keperawatan keluarga yang mengalami pen yakit artritis rematoid. 2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan di Puskesmas dalam menetapkan Asuhan Keperawatan keluarga guna peningkatan derajat kesehatan keluarga di masyarakat yang menderita penyakit artritis rematoid.
4
3. Bagi keluarga/masyarakat
Sebagai masukan dan informasi bagi keluarga khususnya pada anggota keluarga yang menderita penyakit artritis rematoid. 4. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan, mengembangkan ilmu, teori dan praktek yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga. D. Metode Penulisan
Metode-metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah : 1. Studi kepustakaan
Dalam hal ini yang diperoleh penulis berupa data secara teoritis dengan menggunakan bahan bacaan berupa buku-buku kepustakaan dengan diktat, kumpulan kuliah yang ada hubungannya dengan judul karya tulis ilmiah. 2. Studi kasus
Dalam kasus Asuhan Keperawatan keluarga ini maka pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisis data, dan penetapan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi Asuhan Keperawatan yang digunakan. Untuk mendapatkan data langsung dari pasien dengan menggunakan metode : 1. Wawancara 5
Dilakukan dengan wawancara langsung dengan pasien dan keluarga melaui kunjungan ke rumah. 2. Observasi Dilakukan melalui pengamatan langsung pada keluarga melalui kunjungan ke rumah. 3. Studi dokumentasi Dengan cara mengambil catatan ataupun arsip melalui Puskesmas maupun petugas kesehatan yang ada di Puskesmas atas data yang terkait dengan penulisan ini. 4. Pemeriksaan fisik Penulis melakukan pemeriksaan fisik terhadap keluarga dan anggota keluarga yang bermasalah. E. Tempat Kegiatan Pengambilan Status
Tempat
: Puskesmas Awaru Kelurahan Maccope Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
Waktu
: Tanggal 05 – 07 Agustus 2010
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah : a. Bab I, Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan beberapa sub bab antra lain Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. 6
b. Bab II, Tinjauan Pustaka
Pada bab ini menguraikan beberapa sub bab antara lain Konsep Dasar Keluarga yang meliputi Pengertian, Struktur, Tipe atau Bentuk, Tugas, Tahap-tahap Perkembangan, Peran, Koping, dan Kelompok Resiko Tinggi, Konsep Keperawatan Keluarga meliputi Pengertian Keperawatan, Tujuan Keperawatan dan Proses Keperawatan. c. Bab III, Tinjauan Kasus
Hasil Karya Tulis Ilmiah yang menguraikan Studi Kasus yang meliputi Pengkajian, Analisa Data, Prioritas Masalah dan Pembobotan, Asuhan Keperawatan, Evaluasi dan Pembahasan. d. Bab IV, Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan yang terjadi antara teori dan fakta yang didapat di lapangan yang melliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, Pelaksanaan dan evaluasi. e. Bab V, Pentup
Penutup yang menguraikan mengenai Kesimpulan dan Saran dari hasil studi kasus yang dilakukan. f. Daftar Pustaka yang berisi literatur yang digunakan dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini. g. Lampiran-lampiran
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis Artritis Rematoid
1. Pengertian Artritis rematoid (AR) adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
(Mansjoer A, 2001) . Artritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan
dalam
waktu
lama
pada
sendi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Artritis_reumatoid) . Artiris rematoid adalah inflamasi kronis pada sendi dengan penyebab yang
biasanya
tidak
diketahui.
Penyakit
ini
bersifat
progresif
dan
menimbulkan kecacatan akibat ankilosis serta deformitas tulang (F .Weller
Barbara, 2005) Artitis rematoid (AR) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi membrane synovial,yang menyebabkan kerusakan pada tulang dan sendi, ankilosis dan deformitas.
(E .Doenges Marilynn. 2000).
8
2. Etiologi Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu: 1) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. 2) Endokrin 3) Autoimmun 4) Metabolik 5) Faktor genetic, serta 6) pemicu lingkungan.
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. (http://nursingbegin.com)
9
3. Manifestasi klinis Dalam buku keperawatan medical bedah manifestasi klinik AR sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnyapenyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran klinis yangklasik untuk AR. Palpasi sendi akan mengungkapkan jaringan yang lunak seperti spons atau busa. Cairan dapat diaspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi. (Brunner dan Suddarth,
2002) Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi dapat terjadi sekalipun dalam stadium penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut.persendian yang teraba panas, serta nyeri yang tak dapat digerakkan dan pasien cenderung menjaga atau melindungi sendi tersebut dengan immobilisasi. (Brunner dan
Suddarth, 2002) 4. Patofisiologi Pada artritis rematoid, reaksi auto immune terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzimenzim tersebur akan memecah koligen sehingga terjadi edema, poliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghacurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami 10
perubahan degenaratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. (Brunner dan Suddarth, 2002) 4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaaan darah rutin. Orang dengan RA pemeriksaan rasio sedimen eritrosit (ESR) cenderung meningkat, pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya proses peradangan dalam tubuh. Pemeriksaan darah lain yang biasa nya dilakukan adalah pemeriksaan antibodi seperti faktor rheumatoid dan anti-CCP. Selain itu juga dapat dilakukan analisa cairan sendi. Dokter anda akan mengambil cairan sendi dengan menggunakan jarum steril, lalu cairan sendi akan dianalisa apakah terdapat peningkatan kadar leukosit atau tidak dan juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit rematik lainnya. Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat progesifitas penyakit RA. Dari hasil foto dapat dilihat adanya kerusakan jaringan lunak maupun tulang. Pemeriksaaan ini dapat memonitor progresifitas dan kerusakan sendi jangka panjang. (http://www.klikdokter.com/illness/detail/22 ) 5. Insiden
Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk 11
menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
Artitis rematoid terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih sering dari pada pria. (http://lensakomuni ka.blogspot.com/2008)
6. Penatalaksanaan Untuk
AR
yang
dini,
terapi
dimulai
dengan
pendidikan
pasien,keseimbangan antara istirahat dan latihan, dan rujukan kelembaga kemasyarakatan yang dapat memberikan dukungan. Penanganan medic dilakukan dengan pemberian salisilat dalam dosis terapeutik. Bagi arthritis rematoid yang lanjut dan tidak pernah sembuh, obat-obat immunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya untuk mempengaruhi produksi antibodi pada tingkat seluler. Diseluruh stadium artritis rematoid, gejala depresi dan gangguan tidur mungkin memerlukan penggunaan obat-obatan anti depresan dosis rendah dalam jangka waktu yang singkat seperti amitriptilin untuk membentuk kembali pola tidur yang adekuat dan menangani nyeri kronik dengan baik.
(Brunner dan Suddarth, 2002)
12
B. Konsep Keluarga
1. Defenisi
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan R I , 2000). b. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya
masing-masing
menciptakan
serta
mempertahankan
kebudayaan (Salvicion G.Bailon dan Arocelis Maglaya, dalam
Sudiharto 2007) 2. Tipe/Bentuk Keluarga Tipe keluarga dibagi atas 2 tipe yaitu: a. Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. 2) Keluarga besar ( Extended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, paman, sepupu dan sebagainya. 3) Keluarga Dyad yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami isteri tanpa anak 13
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (anak kandung atau angkat) 5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa 6) Keluarga usia yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami isteri yang berusia lanjut
b. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari : 1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup serumah 2) Keluarga kabitas adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
(Dikutip dari Suprijatno, SKM 2002 )
3) Tahap-tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan remaja. Berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Sudiharto 2007 ) yaitu : a) Tahap I, Pasangan baru menikah (keluarga baru) Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis
14
dengan
saudara
kerabat,
dan
merencanakan
keluarga
(termasuk
merencanakan jumlah anak yang diinginkan). b) Tahap 2, Menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi yang berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga. c) Tahap 3, Keluarga dengan anak pra sekolah atau anak tertua 2,5 tahun sampai dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan hubungan masing-masing anggota keluarga, antara lain rumah atau kamar pribadi
dan
keamanan,
mensosialisasikan
anak-anak,
menyatukan
keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang
“sehat” dalam keluarga. d) Tahap 4, Keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
15
perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan masing-masing anggota keluarga. e) Tahap 5, Keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20 tahun Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dengan anak-anak remaja. f) Tahap 6, Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan. g) Tahap 7, Keluarga usia pertengahan Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
16
h) Tahap 8, Keluarga usia lanjut Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan
yang
memuaskan,
menyesuaikan
kehidupan
dengan
penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima
kehilangan
pasangan,
mempertahankan
kontak
dengan
masyarakat, dan menemukan arti hidup. 4) Tugas-tugas Keluarga a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. c. Pembagian-tugas tiap anggota sesuai dengan kedudukan masing-masing. d. Sosialisasi antar anggota keluarga. e. Pengaturan jumlah anggota keluarga. f.
Pemeliharaan ketertiban anggota kelnarga.
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
5) Fungsi keluarga a. Fungsi biologis 1) Meneruskan keturunan 2) Memelihara kebutuhan gizi keluarga 3) Memelihara dan merawat anggota keluarga
17
b. Fungsi sosialisasi 1) Membina sosialisasi pada anak 2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan perkembangan anak 3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga c. Fungsi afektif a) Membina hubungan erat antar anggota keluarga b) Meningkatkan interaksi dan hubungan dalam keluarga c) Memenuhi kebutuhan psikologi keluarga d) Mempertahankan iklim yang positif d. Fungsi reproduksi a) Meneruskan kelangsungan keturunan b) Menambah sumber daya manusia e. Fungsi ekonomi a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
18
f.
Fungsi perawatan kesehatan a) Melaksanakan praktek asuhan keluarga b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan c) Melaksanakan pemeliharaan kesehatan
C. Proses Keperawatan Keluarga
1) Pengkajian (Assessment) Merupakan sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, suatu ukuran atau suatu penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan normanorma yang diambil dari kepercayaan, nilai-nilai, prinsip-prinsip, aturanaturan
dan
harapan-harapan,
teori,
konsep
yang
berkaitan
dengan
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga. Menurut Effendi N, dikutip dalam sudiharto 2007. Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah: a. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga. b. Keadaan rumah dengan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan kesehatan keluarga. 19
c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa kepada perkembangan keluarga dan perubahan perilaku sehat. Yang termasuk dalam tahap ini adalah: 1). Pengumpulan data 2) Analisa data 3) Perumusan masalah 4) Prioritas masalah 5) Menegakkan diagnosa keperawatan. a. Pengumpulan data
Pengumpulan data (Sudiharto, 2007 ), dapat dilakukan melalui cara: 1) Wawancara: yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan. 2) Pengamatan: pengamatan
terhadap
hal-hal
yang
tidak
perlu
ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan. 3) Studi dokumentasi: studi berkaitan dengan perkembangan anak, diantaranya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), Kartu Keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya. 4) Pemeriksaan fisik: dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan 20
keadaan fisik, misalnya: kehamilan, kelainan organ tubuh dan tandatanda penyakit. Data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Identitas keluarga 2. Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah dialami 3. Anggota keluarga 4. Jarak antara lokasi dengan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada 5. Keadaan keluarga, meliputi: a) Biologis b) Psikologis c) Sosial d) Kultural e) Spiritual f) Lingkungan g) Dan data penunjang lainnya.
b. Analisa data
Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga (Sudiharto, 2007 ), yaitu: 1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi: 21
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga c) Keadaan gizi anggota keluarga d) Status immunisasi anggota keluarga e) Kehamilan dan keluarga berencana. 2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi: a) Rumah meliputi: ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga b) Sumber air minum c) Jamban keluarga d) Tempat pembuangan air limbah e) Pemanfaatan pekarangan yang ada. 3) Karakteristik keluarga: a) Sifat-sifat keluarga b) Dinamika dalam keluarga c) Komunikasi dalam keluarga d) Interaksi antar anggota keluarga e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
22
c. Perumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dalam keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultrul yang dianut oleh keluarga tersebut. Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar (Sudiharto, 2007 ), yaitu: 1. Ancaman
kesehatan:
adalah
keadaan-keadaan
yang
dapat
memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah: a) Penyakit keturunan, seperti asma bronkhiale, diabetes mellitus. b) Keluarga/anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti TBC, gonore, hepatitis. c) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga. Seperti anak terlalu banyak sedangkan penghasilan keluarga kecil. d) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam yang diletakkan sembarangan, tangga rumah terlalu curam.
23
e) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga. f) Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress, antara lain: 1) Hubungan keluarga yanga kurang harmonis 2) Hubungan orang tua dan anak tegang 3) Orang tua yang tidak dewasa g) Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya: 1) Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik 2) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat 3) Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum 4) Sekolah/tempat
pembuangan
air
limbah
yang
memenuhi syarat 5) Sumber air minum yang tidak memenuhi syarat 6) Kebisingan polusi udara h) Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan: 1) Merokok 2) Minuman keras 3) Tidak memakai alas kaki 4) Minum obat tanpa resep 5) Kebiasaan makan daging mentah 6) Hygiene personal kurang
24
tidak
i) Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah j) Riwayat persalinan sulit k) Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya anak wanita yang memainkan
peranan
ibu
karena
meninggal,
anak
laki-laki
memainkan peranan ayah l) Imunisasi anak tidak lengkap. 2. Kurang/tidak sehat: adalah kegagalan dalam menetapkan kesehatan, yang termasuk didalamnya adalah: a. Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum di diagnosa b. kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal. 3. Situasi krisis: adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam situasi krisis adalah: a. Perkawinan b. Kehamilan c. Masa nifas d. Menjadi orang tua e. Persalinan f.
Penambahan anggota kelompok, misalnya bayi baru lahir
g. Abortus h. Anak masuk sekolah 25
i.
Anak remaja
j.
Kehilangan pekerjaan
k. Kematian anggota keluarga l.
Pindah rumah.
d. Menentukan prioritas masalah
Prioritas masalah keperawatan dilakukan setelah analisa data (Sudiharto, 2007 ). Masalah perlu diprioritaskan karena pertimbangan sebagai berikut: a) Masalah keperawatan keluarga yang dijumpai lebih dari satu b) Sumber daya yang dimiliki keluarga dan komunitas terbatas c) Keterbatasan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) keperawatan yang dikuasai perawat keluarga d) Berat dan menonjolnya masalah yang dirasakan keluarga berbeda-beda e) Waktu yang dimiliki terbatas f) Mengatasi masalah prioritas dapat mengatasi masalah lain yang ditimbulkan akibat masalah inti tersebut.
26
Perhitungan prioritas.
Tabel 2.1
No 1.
2.
3.
4.
Kriteria
Skor
Sifat masalah
1
Ancaman kesehatan
2
Kurang sehat
3
Krisis
1
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
dengan mudah
2
hanya sebagian
1
tidak dapat
0
Potensi masalah untuk dicegah
1
tinggi
3
cukup
2
rendah
1
Menonjolnya masalah
Bobot
1
masalah berat dan harus segera
2
diatasi
masalah dirasakan, tetapi tidak
1
perlu segera diatasi
masalah tidak dirasakan
0
Perhitungan nilai adalah skor yang diperoleh sesuai dengan kriteria dibagi angka tertinggi dan skor kemudian dikalikan bobot.
Skor (total nilai sesuai kriteria) × Bobot = Nilai tertinggi 5 (Bobot total) Angka tertinggi dalam skor
27
e. Dampak terhadap KDM
28
f. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan mengahalangi perubahan yang diharapkan (Sudiharto, 2007 ). Setelah diketahui masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, langkah selanjutnya adalah menegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga, ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah kesehatan keluarga, serta mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Diagnosa keperawatan ditegakkan dengan menggunakan formulasi PES ( Problem, Etiologi dan Sign). Diagnosa keperawatan dapat bersifat potensial, resiko atau aktual. Diagnosa keperawatan keluarga yang bersifat potensial merupakan diagnosa bahwa keluarga tersebut memiliki potensi yang memadai untuk berkembang dengan baik. Jadi, diagnosa keperawatan yang bersifat potensial merupakan suatu keadaan perkembangan keluarga kearah sejahtera. Etiologi untuk diagnosa keperawatan keluarga adalah salah satu dari lima tugas keluarga yang paling dominan menyebabkan masalah keperawatan, seperti dijelaskan sebagai berikut:
29
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena halhal sebagai berikut: 1) Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta 2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui 3) Sikap dan falsafah hidup. b). Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut: 1) Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya masalah 2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol 3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga. 4) Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan. 5) Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga 6) Keluarga tidak mengetahui fasilitas kesehatan yang ada 7) Keluarga takut mendapat akibat dari tindakan yang akan dilakukan 8) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau 9) Keluarga kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan 10) Keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan yang diharapkan. 30
c). Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-hal sebagai berikut: 1) Tidak mengetahui keadaan penyakit 2) Tidak
mengetahui
tentang
perkembangan
perawatan
yang
dibutuhkan 3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan 4) Ketidakseimbangan sumber yang ada dalam keluarga 5) Sikap negatif terhadap anggota yang sakit 6) Konflik individu dalam keluarga 7) Sikap dan pandangan hidup 8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri d). Ketidakmampuan
memelihara
lingkungan
rumah
yang
dapat
mampengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga karena hal-hal sebagai berikut: 1) Sumber dari keluarga tidak cukup 2) Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari pemeliharaan lingkungan rumah 3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan 4) Konflik personal dalam keluarga 5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit 6) Sikap dan pandangan hidup
31
7) Ketidakkompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri. e). Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan untuk memelihara kesehatan karena hal-hal sebagai berikut: 1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada 2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh 3) Kurang
percaya
terhadap
petugas
kesehatan
dan
lembaga
kesehatan 4) Pengalaman yang kurang baik dengan petugas kesehatan 5) Rasa takut akibat tindakan 6) Fasilitas yang diperlukan tidak terjangkau 7) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan 8) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat 9) Sikap dan falsafah hidup.
2. Intervensi Keperawatan
Ada beberapa definisi keperawatan dalam literatur. ANA’s Social Policy Statement (1995) mendefinisikan intervensi keperawatan keluarga sebagai tindakan perawat untuk kepentingan pasien, keluarga atau komunitas dengan tujuan untuk membantu pasien, serta keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, emosional, psikososial, spiritual, budaya, serta lingkungan tempat mereka mencari bantuan. Selain itu, 32
Bulechek dan McCloskey (1994) mendefinisikan intervensi keperawatan sebagai penanganan perawatan langsung yang perawat lakukan untuk kepentingan klien. Intervensi keperawatan meliputi tindakan yang diprakarsai oleh perawat dan tindakan yang diprakarsai oleh dokter. Menurut Wright dan Bell (1994), intervensi hubungan tindakan terapeutik yang terjadi dalam konteks hubungan perawat-klien untuk mempengaruhi individu, keluarga, atau fungsi komunitas yang merupakan tanggung jawab perawat. Intervensi
keperawatan
keluarga
atau
perencanaan
adalah
proses
menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga untuk tindakan keperawatan, membuat alternatif-alternatif pendekatan kepada keluarga, merancang intervensi, dan menetapkan prioritas terapi keperawatan. Tujuan jangka panjang dalam asuhan keperawatan keluarga merupakan arah untuk menghilangkan penyebab atau etiologi. Tujuan
jangka pendek
ditetapkan melalui pelaksanaan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Klasifi kasi intervensi keperawatan Menurut freeman dikutip dalam Sudiharto 2007, secara umum, intervensi keperawatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Supplemental.
Perawat
secara
langsung
memberikan
pelayanan
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga. 2. Facilitative . Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi, atau pelayanan perawatan kesehatan di rumah. 33
3. Developmental . Perawat membantu keluarga untuk menolong diri sendiri sesuai kemampuannya (misalnya, meningkatkan kemampuan merawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri). Perawat juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang bersumber dari diri sendiri, seperti dukungan sosial internal dan eksternal. 3. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat. Implementasi keperawatan
asuhan
transkultural
keperawatan menggunakan
keluarga tiga
dengan
strategi
pendekatan
utama,
yaitu
mempertahankan budaya sesuai dengan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini, negosiasi budaya yang lebih menguntungkan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini, dan melakukan restrukturisasi budaya, yaitu dengan mengganti budaya yang sesuai dengan situasi kesehatannya saat ini ( Sudiharto, 2007 ). 34
4. Evaluasi Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga
dalm
melaksanakan
tugas
kesehatannya
sehingga
memiliki
produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga (Sudiharto, 2007 ). Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan sudah tercapai. Bentuk rumusan tujuan yang ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi. Apabila evaluasi digunakan untuk melihat hasil asuhan keperawatan,
pertanyaan yang perlu dijawab adalah “apakah hasil yang diinginkan tercapai?” evaluasi seperti ini akan menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut: 1. Tindakan keperawatan telah mempengaruhi masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. 2. Apabila keperawatan telah membagikan sebagian tanggung jawab kepada profesi kesehatan yang lain, sejauh mana profesi keperawatan secara khusus memberikan hasil. 3. Ada juga hasil-hasil yang diakibatkan oleh sebagian profesi keperawatan dan hasil-hasil tersebut dapat diidentifikasi. Evaluasi juga menyangkut pengambilan keputusan berdasarkan jawaban
“Apakah asuhan keperawatan membawa perubahan?” atau “Apa yang 35
dihasilkan dari tindakan keperawatan?”. Berdasarkan keputusan tersebut perawat dapat menentukan apakah tujuan perlu dirumuskan kembali, pendekatan-pendekatan
dan
strategi
perlu
diubah,
sumber-sumber
ditambah, dan sebagainya. Jika evaluasi menunjukkan bahwa tujuan tidak tercapai, perawat harus mencari penyebabnya. Kemungkinan penyebab antara lain sebagai berikut: a. Tujuan tidak realistis b. Tindakan keperawatan yang diberikan tidak tepat c. Ada faktor-faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. Evaluasi sebagai suatu proses dapat dipusatkan dalam empat dimensi berikut: a) Dimensi keberhasilan dari tindakan keperawatan, evaluasi ini dikaitkan dengan pencapaian tujuan. b) Dimensi
ketepatgunaan
(efficiency)
tindakan
keperawatan,
evaluasi ini dikaitkan dengan biaya, waktu, tenaga, dan bahan. c) Dimensi kecocokan (appropriatenness) tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan untuk mengatasi masalah dengan baik dan sesuai pertimbangan profesional. d) Dimensi keadekuatan (adequacy) tindakan keperawatan yang berhubungan dengan
kelengkapan tindakan.
Apakah semua
tindakan telah dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
36
Dimensi-dimensi evaluasi yang telah disebutkan diatas saling berkaitan, tetapi tidak secara langsung. Tindakan keperawatan mungkin berhasil, tetapi ketepatgunaannya kurang. Mungkin tindakan keperawatan dianggap cocok, tetapi
kemungkinan
tidak
berhasil
atau
ketepatgunaannya
kurang.
Keadekuatan dari tindakan hampir selalu berkaitan secara langsung dengan keberhasilan. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang perlu direnungkan ketika melakukan evaluasi : 1) Apakah ada consensus antara keluarga dan anggota tim perawatan kesehatan lain dalam hal evaluasi? 2) Data
tambahan
apa
yang
perlu
dikumpulkan
untuk
mengevaluasi
perkembangan? 3) Apakah terdapat hasil tersembunyi yang perlu di kembangkan? 4) Jika perilaku dan persepsi keluarga menyatakan bahwa masalah dimaksud diselesaikan secara tidak memuaskan, maka apa alasannya? 5) Apakah diagnosa keperawatan, tujuan dan pendekatan-pendekatan bersifat akurat? Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.
37
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I.
No
Identifikasi data 1. Nama Kepala Keluarga
: Tn “A”
2. Umur
: 65 Tahun
3. Pendidikan
: SD
4. Agama
: Islam
5. Pekerjaan
:-
6. Alamat
: Kelurahan Maccope, Kecamatan Awangpone
7. Komposisi Keluarga
:
Nama
Jenis Kelamin
Hubungan
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
1.
Tn “A”
♂
KK
65Tahun
-
SD
2.
Ny “S”
♀
Anak
28 Tahun
IRT
SMP
3.
Tn”S”
♂
Menantu
30 Tahun
Tukang ojek
SMP
4
An “N”
♀
Cucu
11 Tahun
Siswa
SMP
5
An “N”
♂
Cucu
9 Tahun
Siswa
SD
6
An “I”
♂
Cucu
6 Tahun
Siswa
SD
7
An “I”
♂
Cucu
3 Bulan
-
-
38
Genogram GI
GII
61 th
54th
46th
35th
GIII
65th
21th
26th
GIV
28th
30th GV
11th
17th
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan X
: Meninggal
?
: Tidak diketahui : Klien : Garis Hubungan : Garis Keturunan
-----
: Garis Serumah
39
6th
3th
GI
: Kakek dan Nenek dari pihak bapak dan ibu meninggal dunia dan tidak diketahui penyebabnya.
GII
:
Bapak klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan semua telah meninggal dunia karena faktor usia, ibu klien merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dan semua telah meninggal dunia karena faktor usia.
GIII
: Klien anak pertama dari lima bersaudara dan saudara klien dalam keadaan sehat.
GIV
: Klien mempunyai tiga orang anak, dank lien tinggal serumah dengan anak pertamanya.
GV
:
Klien mempunyai empat orang cucu yang tinggal serumah dengan klien dan dalam keadaan sehat.
8. Tipe keluarga Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga Tn “ A” merupakan tipe Keluarga Besar yaitu keluarga inti yang ditambah dengan keluarga lain yaitu cucunya. 9. Latar Belakang Budaya a) suku
keluarga Tn “ A” berasal dari suku Bugis.
40
b) Perkumpulan Keluarga Keluarga Tn “ A” menghabiskan waktu berkumpul di rumah. Jika ada acara keluarga seperti perkawina, maka seluruh Keluarga Besar akan berkumpul. c) Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan tempat tinggal klien bersifat Homogen, yaitu hanya terdapat satu jenis suku, yaitu Bugis. d) Kegiatan Keagamaan
Keluarga Tn “ A” terkadang melakukan shalat berjamaah di Mesjid. Namun mereka lebih sering shalat sendiri di rumah. Mereka juga rajin melakukan ibadah puasa serta membayar zakat. e) Nilai Budaya yang Mempengaruhi Kesehatan Menurut keluarga tidak ada nilai budaya yang mempengaruhi kesehatan. f) Pelayanan Kesehatan yang digunakan Keluarga Jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya dirawat sendiri di rumah dengan memanggil petugas kesehatan. Dan sesekali dibawa ke puskesmas terdekat. 10. Agama a) Seluruh anggota keluarga menganut agama Islam.
41
b) Peran serta keluarga dalam kegiatan keagamaan. Keluarga Tn “ A” biasanya terlibat dalam kegiatan keagamaan yang lain seperti Maulid
dan Isra’ mi’raj. 11. Status Sosial a) Yang mencari nafkah
Menantu Tn “A” yaitu Tn “S” b) Pekerjaan
: Tukang ojek
c) Pendidkan
: SMP
12. Rekreasi a) Kegiatan waktu luang keluarga Kegiatan waktu luang keluarga dimanfaatkan dengan menonton TV. b) Kegiatan rekreasi keluarga Kegiatan rekreasi keluarga dilakukan dengan berkunjung ke rumah tetangga atau ke Mesjid.
II.
Riwayat perkembangan keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan saat ini yaitu tahap perkembangan dengan keluarga
lanjut usia, Tn “A” berumur 65 tahun.
42
2. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi a. Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga b. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab, mengingat remaja adalah seorang yang dewasa, muda dan mulai memiliki otonom. c. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anakanaknya yang sebaya. 3. Riwayat keluarga inti
Isteri Tn “A” meninggal sejak 20 tahun yang lalu karena penyakit diare. 4. Riwayat keluarga sebelumnya Orang tua Tn “A” meninggal karena fak tor usia begitu juga dengan mertua
Tn “A” meninggal dan tidak diket ahui penyebabnya.
III. Lingkungan A. Karakteristik rumah 1. Jenis rumah
: Semi permanen
2. Jenis bangunan
: Kayu
3. Luas pekarangan
: 9x6 meter
4. Luas bangunan
: 10x7 meter
5. Status kepemilikan rumah
: Kepemilikan sendiri
6. Atap rumah
: Terbuat dari seng 43
7. Ventilasi Ventilasi baik dengan beberapa jendela yang terdapat dalam rumah, sebanyak 2 pada ruang tamu, dan jendela tiap kamar. 8. Cahaya Matahari yang masuk : Melalui jendela. Baik. 9. Penerangan
: Lampu listrik
10. Lantai
: terbuat dari papan pada rumah bagian atas dan rumah bagian bawah terbuat dari semen.
B. Kebersihan Rumah 1) Halaman
Halaman depan rumah Tn “ A” tidak bersih, banyak ditumbuhi rumput liar. Anak Tn “A” yakni Ny “ S” mengatakan jarang membersihkan halaman rumah. 2) Ruang Tamu Ruang Tamu tertata rapi namun agak berdebu. 3) Ruang Makan Ruang Makan kotor dan berantakan. 4) Ruang Tidur Ruang Tidur Nampak kotor. 5) Dapur
Dapur rumah Tn “P” tertata rapi dan bersih. 44
6) Kamar Mandi
Keluarga Tn “A” tidak memiliki kamar mandi. 7) WC
Keluarga Tn “A” tidak memiliki WC.
C. Pemakaian Air 1) Sumber air
Sumber air keluarga Tn “ A” berasal dari sumur . 2) Keadaan fisik air, bersih, jernih, dan tidak berbau. D. Pembuangan Limbah Keluarga. 1) Tempat
: terletak di belakang rumah
2) Keadaan saluran
: terbuka dan lancar
3) Jenis jamban keluarga : Cemplung E. Pembuangan Sampah Terakhir Keluarga. Sampah yang ada dibuang di belakang rumah. F. Hewan Ternak
Keluarga Tn “P” tidak memiliki hewan ternak. G. Pencemaran Lingkungan 1) Pencemaran yang ada berupa sampah dan pembuangan air besar yang ada di belakang rumah. 2) Upaya keluarga menghindari pencemaran yaitu tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari pencemaran. 45
H. Denah Rumah
KETERANGAN
R VIII R VII
R IV R III
RV
R II
R VI
R.I
: Teras
R.II
: Kamar tidur 1
R.III
: Kamar tidur 2
R.IV
: Kamar tidur 3
R.V
: Kamar tidur 4
R.VI
: Ruang tamu
RI
R.VII : Ruang Keluarga RVIII : Dapur
IV. Struktur Keluarga 1. Pola Komunikasi Komunikasi antar anggota keluarga baik, dalam artian saling menghargai satu sama lain, ramah dan sopan serta bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Bugis.
46
2. Struktur Kekuatan Keluarga Jika
terdapat
masalah
dalam
keluarga
maka
Tn
“ A”
akan
memusyawarahkan dengan anggota keluarga lain untuk mencari solusi agar masalah tersebut dapat terselesaikan. 3. Struktur Peran
Peran formal Tn “ A” adalah sebagai kepala keluarga. Menantu Tn “A” yang menghidupi keluarga, dengan bekerja sebagai tukang ojek. 4. Nilai-nilai Keluarga
Keluarga Tn “ A” menganut agama Islam dan menanamkan ajaran Islam terhadap anak-anaknya agar perilakunya sesuai dengan norma agama. Tn
“A” dan keluarga rajin melaksanakan shalat 5 waktu
V. Fungsi Keluarga 1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn “ A” senantiasa saling menjaga, saling membantu, dan saling mengingatkan satu sama lain. Keluarga Tn “ A” juga saling menghormati antara anggota keluarga. 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga Tn “A” mampu bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik. 3. Fungsi perawatan kesehatan Jika dalam keluarga ada yang sakit, maka anggota keluarga yang lain akan segera membawanya ke puskesmas untuk mendapat pelayanan kesehatan. 47
4. Fungsi Ekonomi
Dalam keluarga Tn “ A” yang tinggal serumah, hanya menantu Tn “A” yang mencari nafkah.
VI. Koping Keluarga 1. Stressor yang dihadapi keluarga Jangka panjang
: Tn “A” memikirkan penyakit yang dideritanya.
Jangka pendek
:Tn “A” memikirkan biiaya kehidupan keluarga dan biaya penyakitnya.
2. Usaha keluarga untuk menanggulangi stress hanya dapat berdoa memohon kesembuhan Tn “A”. 3. Situasi-situai yang dapat menimbulkan stress yaitu: a. Saat Tn “A” tiba-tiba merasakan gejala-gejala dari penyakitnya, 1) Sakit dan keram pada lutut dengan ekspresi meringis. 2) Pandangan mata kabur. b. Saat penyakit Tn “A” bertambah parah. 4. Batasan kemampuan keluarga dalam menghadapi stress yang ada jika Tn
“A” merasakan keluhan maka keluarga akan memanggil petugas kesehatan dan berdoa untuk kesembuhan Tn “A”.
48
VII. Pengkajian Fisik Anggota Keluarga A. Riwayat Kesehatan medis anggota keluarga 1. Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga.
Yaitu demam dan sekarang Tn”A” menderita penyakit arthritis rematoid. . 2. Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu : a. Tn “A” mengataka nyeri pada lutut ket ika berdiri b. Tn “A” mengeluh kram pada lututnya c. Tn “A” mengatakan susah berdiri saat sembahyang. d. Tn “A” Nampak meringis ketika nyeri timbul pada bagian lututnya e. Tn “A” tampak mengusap lututnya yang sakit f.
Tn “A” mengatakan penglihatannya sudah kabur
3. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi keluhan yaitu dengan berbaring.
B. Riwayat tumbuh kembang balita 1. Perkembangan motorik kasar : anak mampu tengkurap. 2. Perkembangan motorik halus : anak mampu memegang mainan. 3. Sosialisasi balita : belum mampu bersosialisasi 4. Balita belum mampu berbicara 5. Status gizi balita baik
49
6. Status imunisasi balita
No 1.
Nama Balita
An “I”
JK
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis
Varicela
♂
V
V
V
-
-
-
C. Keluarga berencana
N O
Nama Keluarga
1. Ny “S”
Kontra sepsi
Tutup
Kelu han
Cara Mengatasi
Alasan Tidak \ Memakai
-
-
-
Kandungan
Tempat Kontrol
Apotik Watampone
50
Jmlh anak
4 Org
D. Pemeriksaan fisik pada anggota kaeluarga yang bermasalah Tabel pemeriksaan Fisik Tn “A”
Komponen
Tn “A”
TD : 140/80 mmHg TTV
N : 76 x/i P : 18 x/i S : 36 °C
Kulit
Kebersihan rambut, kulit dan kepala.
Bersih, tidak ada luka, tidak ada jamur, turgor kulit baik
Rambut tampak beruban, bersih tidak ada kelainan begitupula dengan kulit kepala Kelompok mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
Mata
tidak anemis, sklera tidak interus dan pergerakan mata baik, namun penglihatan agak kabur.
Hidung
Lubang hidung simetris kiri dan kanan, bersih dan tidak ada sekret, tidak ada kelainan
Mulut dan gigi
Stomatitis tidak ada dan memakai gigi palsu
Abdomen
Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen
Istirahat/ tidur
pola tidur baik,± 9 jam dalam 1 hari (24 jam)
Dada dan paru Ekstremitas
Pergerakan dada simet-ris, tidak terdengar bu-n yi nafas (mengi) Tonus otot menurun
51
E. Klasifikasi Data (CP I)
No
Data Subjektif
No
Data Obyektif
Tn “A” mengatakan nyeri pada lutut
1.
Ekspresi wajah kadang meringis
ketika berdiri.
2.
Klien tampak mengusap lututnya
2.
Tn “A” mengeluh keram pada lututnya.
3.
Klien tampak lemah
3.
Tn “A” mengatakan susah berdiri saat
4.
Skala nyeri sedang
sembahyang.
5.
TTV: TD : 140/80 mm Hg
1.
4.
N : 76 x/i
Tn “A” mengatakan penglihatannya
S : 36 ºC sudah kabur. 5.
P : 14 x/i
Tn “A’ mengatakan tidak memiliki
6.
Halaman rumah tampak kotor
jamban keluarga dan BAB di pengairan
7.
Halaman rumah ditumbuhi
dibelakang rumahnya.
rumput 8.
Ruangan tidur Nampak kotor
9.
Ruang makan kotor dan berantakan
10.
52
Pencahayaan dalam rumah kurang
C. Analisa Data (CP II)
No
1.
Data
Etiologi
Masalah
Ds:
-
-
-
Tn “A” mengatakan nyeri pada lutut
Ketidakmampu
Nyeri pada
ketika berdiri.
an keluarga
lutut
Tn “A” mengeluh keram pada
merawat
lututnya.
anggota
Tn “A” mengatakan susah berdiri saat
keluarga yang
sembahyang.
sakit
Do :
-
Ekspresi wajah kadang meringis
-
Klien tampak mengusap lututnya
-
Klien tampak lemah
-
Skala nyeri sedang
-
TTV: TD : 140/80 mm Hg N : 76 x/i S : 36 ºC P : 14 x/i
53
No 2.
Data
Etiologi
Ds :
-
Masalah
Ketidakmampu
Resiko
Tn “A’ mengatakan tidak memiliki
an keluarga
terjadi
jamban keluarga dan BAB di
mengenal hidup penyakit
pengairan dibelakang rumahnya
bersih
menular
Ketidakmampu
Resiko
Tn “A” mengatakan nyeri pada lutut
an keluarga
terjadinya
ketika berdiri.
memodifikasi
cedera
Tn “A” mengeluh keram pada
lingkungan
(terjatuh)
lututnya.
yang aman
Do :
- Halaman rumah tampak kotor - Halaman rumah ditumbuhi rumput - Ruangan tidur Nampak kotor - Ruang makan kotor dan berantakan - Pencahayaan dalam rumah kurang 3.
Ds :
-
-
-
Tn “A” mengatakan pandangannya kabur
Do :
-
Klien tampak mengusap lututnya
-
Skala nyeri sedang
-
TTV: TD : 140/80 mm Hg N : 76 x/i S : 36 ºC P : 14 x/i
- Tonus otot menurun
54
D. Prioritas Masalah (CPIII)
1. Nyeri pada lutut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
No 1.
Kriteria Sifat masalah :
Perhitungan
Skor
Pembenaran
3/3 x 1
1
- Masalah telah terjadi dan
- Tidak sehat
disadari oleh keluarga untuk segera ditangani
2.
Kemungkinan masalah
2/2 x 2
2
dapat diubah :
- Sumberdaya keluarga ada (pengetahuan
- Mudah
keterampilan dan tenaga). Sumber daya lingkungan ada yaitu dukungan
3.
Potensi masalah dapat
3/3 x 1
1
dicegah :
- Masalah telah lama terjadi dan merupakan
- Tinggi
akibat dari penyakit yang diderita klien yaitu artritis rematoid
4.
Menonjolnya masalah :
2/2 x 1
1
- Masalah berat harus
- Keluarga mengatakan masalah ini harus diatasi
ditangani
karena mengganggu kesehatan Tn “A”
Total
5
55
2. Resiko terjadinya penyakit menular b/d ketidak mampuan keluarga mengenal perilaku hidup bersih
No 1.
Kriteria Sifat masalah :
Perhitungan
Skor
2/3 x 1
2/3
- Mengancam
Kemungkinan masalah
- Masalah belum terjadi namun perlu diadakan
kesehatan
2.
Pembenaran
upaya pencegahan
2/2 x 2
2
dapat diubah :
- Sumberdaya keluarga ada (pendidikan, kemauan
- Mudah
menerima perubahan), SDM ada fasilitas dan tenaga kesehatan tersedia
3.
Potensi masalah untuk
3/3 x 1
1
namun perlu dilakukan
dicegah :
upaya pencegahan
- Tinggi 4.
- Masalah belum terjadi
Menonjolnya masalah :
2/2 x 1
1
- Masalah tidak
- Keluarga tidak merasakan masalah
dirasakan
tersebut 4 2/3
Total
56
3. Resiko tinggi terjadinya cedera (Terjatuh) b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang aman.
No 1.
Kriteria Sifat masalah :
perhitungan
Skor
3/3 x 1
1
- Tidak sehat
Pembenaran
- Masalah terjadi dan disadari keluarga dan harus segera ditangani
2.
Kemungkinan masalah
2/2 x 2
2
dapat diubah :
- Tindakan untuk mencegah masalah dapat dijangkau oleh
- Mudah
keluarga 3.
Potensi masalah untuk
2/3 x 1
2/3
dicegah :
- Adanya kemauan dan kesadaran sebagai anggota keluarga untuk
- Cukup
mengatasi masalah 4.
Menonjolnya masalah :
2/2 x 1
1
- Masalah berat harus
- Keluarga mengatakan masalah ini
segera ditangan
mengganggu kesehatan
Tn “A” dan harus segera ditangani Total
4 2/3
57