1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya di singkat Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja (Permenkes RI No.30,2014). Sebagai pelayanan dasar kesehatan di kecamatan, tentunya puskesmas harus memperhatikan hal-hal yang terkait dengan mutu dan kualitas obat. Penyimpanan obat pada puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan dari pengelolaan obat yang meliputi, perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian penggunaan serta pencatatan dan pelaporan. Kegiatan ini saling terkait dan saling memepengaruhi satu sama lain, sehingga diperlukan suatu sistem yang terorganisasi, agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan saling mendukung. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi
dalam
rangka
penetapan
diagnosis,
pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Permenkes RI No.36, Tahun 2009).
1
2
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelola obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Permenkes RI No.74, Tahun 2016). Pengobatan merupakan sebuah proses antara pasien dan tenaga kesehatan yang saling berintraksi untuk mencapai tujuan yaitu kesembuhan dan derajat kesehatan pasien yang lebih baik. Selama proses pengobatan berlangsung, terdapat kesalahan yang mungkin terjadi baik disebabkan oleh tenaga kesehatan maupun pasien itu semdiri, yang lebih dikenal dengan istilah Medication eror. Medication eror adalah adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat berakibat pada pelayanan obat obat yang tidak tepet tepet atau membahayakan pasien. Persyaratan
penyimpanan
obat
di
puskesmas
adalah
ruang
penyimpanan obat cukup luas minimal 3 x 4 m 2, ruang penyimpanan kering dan tidak lembab, adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/ panas, bla tidak tersedia ventilasi ruangan sebaiknya memiliki ac, ruangan mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda, lantai dibuat dari tegel/ semen, bila perlu diberi alas papan/ atau palet untuk menyimpan obat di atas lantai, obat disimpan pada rak, tersedia lemari pendingin untuk obat yang harus disimpan pada suhu 4-8 derajat celcius (Permenkes No.74, Tahun 2016). Berdasarkan observasi awal yang didapat, Puskesmas Kecamatan Cirinten tidak memiliki apoteker, tetapi memiliki tenaga teknis kefarmasian
2
3
dengan jumlah 1 orang. Dengan jumlah tersebut, kemungkinan
akan
berpengaruh terhadap praktik kefarmasian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardhana Priscillia Zendy dalam jurnalnya yang berjudul “Profil Penyimpanan Obat di Puskesmas Pada dua Kecamatan yang berbeda di Kota Kediri”, menyatakan bahwa hasil dari penelitian tersebut te rsebut yaitu, hasil pengamatan menunjukan mutu sediaan tablet, kapsul, cairan, salep, injeksi di kamar obat telah memenuhi persyaratan sedangkan di gudang obat tidak bisa diamati. Hasil pengamatan ini menunjukan penyimpanan obat di kedua puskesmas sudah baik. Berdasarkan penelitian oleh Debby I. T. Mamahit, dan Adisi A. Rumayar, dan Paul A. T Kawatu dengan judul “ Analisis Proses Penyimpanan Obat Di Puskesmas Pingkan Tenga Di Kecamatan Tenga”. Teng a”. Hasil penelitian ini berdasarkan
wawancara
mendalam
dan
observasi
langsung
kondisi
penyimpanan obat berdasarkan kelembapan, sinar matahari, temperature panas, menghindari kerusakan fisik sudah sesuai pedoman dengan pengotoran dan kontaminasi bakteri belum sesuai pedoman. Tata cara penyimpanan dan penyusunan obat menerapkan FEFO pemindahan obat yang tidsak pecah, penyimpanan golongan antibiotic, penyimpanan padat tablet salu sudah sesuai s esuai pendoman, sedangkan penerapan sisitem FIFO obat yang di terima, pentimpanan injeksi. Penyimpanan obat yang mempunyai waktu kadaluarsa belum sesuai pedoman. Pengamatan mutu obat sudah sesuai pedoman, karna petugas pengelola obat melakukan pengamatan mutu obat dan juga tidak pernah terdapat obat yang rusak. Saran peningkatan kondisi penyimpanan
3
4
obat, memerbaiki cara dan penyusunan obat yang lebih baik, meningkatkan pengamatran mutu obat dan menambah sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan apoteker. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui serta memahami bagaimanakah sistem penyimpanan obat dan alat kesehatan digudang penyimpanan Obat di gudang Puskesmas Cirinten. Yang dituangkan dalam bentuk Karya Tulis ilmiah yang berjudul “Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Puskesmas Cirinten “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, dapat dirumuskan masalah “ Bagaimana Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang Puskesmas Cirinten”?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
untuk
mengetahui
bagaimana
sistem
penyimpanan obat di gudang obat Puskesmas Cirinten, karena Puskesmas tersebut belum bersertifikat ISO.
1.4 Manfaat
1.4.1
Bagi penulis a. Dapat menambah pengertahuan tentang penyimpanan obat
4
5
b. Mendapatkan pengalaman dan keterlampilan di bidang manajemen farmasi, khususnya pada proses penyimpanan obat c. Dapat menerapkan materi yang di dapat selama mengikuti perkuliahan dan mengaplikasikan di lapangan. 1.4.2
Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sutu masukan bagi Puskesmas Cirinten terutama dalam penyimpanan obat di gudang puskesmas.
5
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Obat
Pengelolaan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara untuk mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien dengan menggunakan bantuan atau melalui orang lain ( Robbinsdkk, 1999 ). Bantuan orang lain yang dimaksud disini dapat berupa tenaga, pikiran, dan materi. Menurut Quick ( 1997 ) manajemen pengelolaan obat merupakan suatu siklus yang meliputi fungsi-fungsi dasar seperti ( selection ). Pengadaan ( procurement ). Distribusi ( distribution ), dan penggunaan ( Use ). Seperti terlihat pada gambar 1
Gambar 1. Siklus Manajemen Obat (Qiucket al, 1997) https://www.slideshare.net/KULIAHISKANDAR/manajemen-obat-dirumah-sakit
6
7
Pengelolaan obat merupakan siklus rangkaian empat fungsi dasar yaitu : seleksi, pengadaan, distribusian, dan penggunaan. Seleksi meluputi penelitian prevalensi masalah kesehatan, identifikasi pengobatan yang terpilih, dan menetapkan obat-obat yang harus tersedia dalam pelayanan kesehatan. Pengadaan meliputi menghitung kebutuhan obat, memilih metode pengadaan, mengelola tender, menyusun kontrak, memastikan kualitas obat dan ketaatan terhadap isi kontrak. Distribusi meliputi pengesahan bahan obat, pengendalian stok, pengadaan gudang dan pengiriman resep, penyediaan obat dan pemakaian obat yang tepat bagi pasien ( Quicket al, ( 1997 ). Pelaksanaan penunjang
fungsi-fungsi
pengelolaan
yang
tersebut
didukung
terdiri
dari
oleh
sistem
organisasi
( Organization ), pembiayaan dan kesinabungan ( financing and sustainability ), pengelolaan informasi ( informacion management ),dan pengelolaan pengembangan sumber daya manusia ( human resources management ). Cakupan pengelolaan obat terhadap perencanaan menurut Depkes RI (1996 ) meliputi aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan.
7
8
Jika digambarkan akan terlihat seperti gambar 2
PERENCANAAN
PENGGUNAAN
MANAJEMENT
PENGADAAN
PENYIMPANAN
DISTRIBUSI
Gambar 2. Siklus logistik
https://rufaidahhomecare.wordpress.com/2009/11/19/88/
2.2 Perencanaan Obat
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyusunan daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan startegi, tanggungjawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.
8
9
2.2.1
Tujuan Perencanaan Obat a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan sasaran. b. Persyaratan barang meliputi : kulitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku. c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah barang. d. Pertimbangan anggaran prioritas. (Dirjen POM , Jakarta ).
2.2.2
Tahap Perencanaan Obat a. Tahap pemilihan obat Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis obatyang akan digunakan atau dibeli. b. Tahap perhitungan kebutuhan obat Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.Metode yang bias digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu : 1. Metode komsumsi Secara umum metode komsumsi obat individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan dating berdasarkan analisis data komsumsi obat tahun sebelumnya.
9
10
2. Metode morbiditas Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kehadiran pasien, kejadian penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari menyakit yang ada. 3. Metode penyesuaian komsumsi Metode
ini
menggunakan
data
pada
insiden
penyakit,
komsumsi penggunaan obat. Sisitem perencanaan pengadaan untuk mencapai target sistem suplai, berdasarkan pada cakupan populasi atau tingkat pelayanan yang tersedia. 4. Metode proyeksi pelayanan dari keperluan anggaran Metode ini digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan biaya per pasien yang di obati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang sama. (Depkes
RI,
Dirjen
Pelayanan
Kefarmasian
dan
Alat
Kesehatan, “Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD)” , Jakarta, 2002).
2.3 Sistem Penyimpanan Obat
Penyimpanan adalah kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan sehingga harus dilakukan sedemikian rupa agar kualitas diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman dari pencurian dan mempermudah pengawasan stok.
10
11
Disertai dengan sisitem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan ( Permenkes No.74, 2016 ).
2.4 Pengaturan Tata Ruang
Ruang penyimpanan obat-obatan dan alat kesehatan harus berada di tempat yang startegis, dengan tinggi 3m dengan ukuran 4x3, sehingga memudahkan dalam proses penerimaan barang atau alat kesehatan. Selain itu, harus mempunyai jalan tersendiri yang tidak terganggu oleh aktivitas lain yang berlangsung di instalasi tersebut. Untuk mendapat kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian, pengawasan obat-obatan, maka di perlukan tata gudang yang baik. Faktor-faktor yang perlu di pertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut : 2.4.1 Kemudahan bergerak
Untuk memudahkan bergerak, maka gudang diatas sebagai be rikut : a. Gudang merupakan sitem suatu lantai jangan menggunakan sekatsekat, karena akan mengatasi pengaturan ruang jika digunakan sekat dingding dan pintu untuk mempermudah gerakan. b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang sistem harus garis lurus. 2.4.2 Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor yang penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkularu udara yang cukup
didalam ruang gudang sirkulasi
yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat, sekaligus
11
12
bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya didalam gudang terdapat AC namun biaya akan menjadi mahal untuk gudang yang luas. Alternatip lain adalah menggunakan kipas angin. Apabila kipas angin tidak cukup maka perlu ventilasi atap. 2.4.3 Rak Dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan
sirkulasi
udara
dan
menyegarakan stock
obat.
Penggunaan pallet memberikan keuntungan : a. Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir b. Pengingkatan efisiensi penanganan stock c. Dapat menampung obat lebih banyak d. Pallet lebih mudah dari pad arak. Penyimpanan merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan sehingga harus dilakukan sedemikian rupa agar kulitas dapat di perhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman dari pencurian dan mempermudah pengawasan yang di tetapkan yaitu : a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya b. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya. c. Mudah tidaknya meledak dan terbakar d. Tahan atau tidaknya terhadap cahaya
12
13
1. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di puskesmas terdiri atas : a. Spot location system yaitu sistem penyimpanan berdasarkan tempat yang kosong b. Sequence
location
system
yaitu
sistem
penyimpanan
berdasarkan penyusunan secara alpabethis atau berdasarkan nomor urut c. Size location system yaitu sistem penyimpanan berdasarkan ukuran barang ( besar kecilnya barang ) d. Popularity
location
system
yaitu sistem penyimpanan
berdasarkan seringnya permintaan atas suatu barang 2. Suhu penyimpanan terbagi lima bagian antara lain : a. Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8°C. Lemari pendingin memiliki suhu antara 2°C-8°C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20°C dan -10°C b. Sejuk adalah suhu antara 8oC dan 15°C kecuali dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan dalam lemari pendingin. c. Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar yang terkendalikan adalah yang diatur antara 15°C-30°C. d. Hangat adalah suhu antara 30°C-40°C. e. Panas
berlebih
adalah
(Permenkes No.74, 2016).
13
suhu
antara
40°C
14
3. Kondisi penyimpanan khusus a. Vaksin memperlukan cold chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan pusatnyaarus listrik b. Pisahkan semua obat yang berbahaya dari obat lainya yang ada didalam obat. Obat berbahaya disini adalah obat yang pemakaiannya maupun penyimpanannya diatur oleh suatu undang-undang atau peraturan lainnya, misalnya narkotika dan bahan berbahaya. Obat-obat tersebut harus di simpan di lemari khusus yang dikunci dua kali. c.
Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
4. Injeksi a. Kebocoran wadah (vial, ampul) b. Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi c. Larutan yang seharusnya kering tampak keruh atau ada endapan d. Warna larutan berubah
14
15
2.5 Metode Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Gudang Puskesmas Cirinten
a. Berdasarkan bentuk kesediaan, padat ( tablet ), cair ( sirup ), serta alkes yang harus dipisahkan, sesuai sifat fisika kimianya ( ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan ) b. Vaksin ( infus, injeksi,B3 ) c. Menurut abjad/ alfabetis d. Menurut farmakoterapi e. Sistem first in first uot atau
kombinasi
berdasarkan
( FIFO ) first exfired first out ( FEFO )
keduanya.
obat
yang
Untuk
pertama
sistem kali
FIFO,
masuk,
penyimpanan
sedangkan
FEFO
berdasarkan obat yang punya expire date terdekat.
2.6 Indikator Mutu Pelayanan Obat di Gudang Farmasi
1. Presentase ketidak sesuaian barang antara di gudang pencatatan : a. Sample counting Sample counting dilakukan dengan cara mencocokan jumlah barang yang ada di gudang dengan yang tercantum di kartu stok, serta yang tertera dalam computer. Pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama. b. TUR (Turn Over Ratio ) Beberapa kali peraturan yaitu modal dalam satu tahun. Semakin tinggi nilai TUR, semakin efisien persediaan obat.
15
16
HPP = Stok awal + pembelian – stok akhir 2. Persentase stok akhir 3. Stok awal death stock ( stock mati ) menunjukan item persediaan barang di gudang yang tidak mengalami transaksi dalam waktu minimal tiga bulan 4.
Persentase barang yang akan ED Pemeriksaan obat yang akan expire date atau kaldaluarsa harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keamana penggunaannya dan kepastian jumlah fisik obat yang masa aman penggunaaannya hamper atau sudah berakhir didalam sistem penyimpanan yaitu di gudang farmasi
5. Presentase stok berlebih 6. Kesesuaian sistem distribusi obat FIFO, FEFO
2.7 Gudang
Gudang adalah tempat penyimpanan obat atau perbekalan farmasi. Pengelola gudang dilakukan oleh tenaga yang kompeten , mempunyai izin untuk menangani farmasi. Guna mempermudah pengawasan, maka unit perbekalan farmasi harus dibawah pengelolaan farnasi untuk menjamin persediaan selalu tetap memenuhi persyaratan kefarmasian
16
17
2.8 Jenis Perbekalan Farmasi Yang Disimpan Di Gudang
a. Penyimpanan ˂ 25°C ( Sejuk ), disimpan dalam ruangan ber – AC b. Penyimpanan dingin, disimpan dalam lemari pemdimgin (2°C-8°C ) c. Penyimpanan O°C, disimpan dalam freezer d. Narkotika, disimpam dalam lemari narkotika yang mempunyai aturan sesuai dengan ketentuan. Barang mudah terbakar disimpan dalam gudang tahan api yang dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran. 2.9 Sistem Adminstrasi Gudang
1. Buku harian penerimaan 2. Buku harian penegeluaran 3. Kartu persediaan 4. Surat perintah mengeluarkan barang 5. Surat bukti barang keluar 6. Daftar isi kemasan/ packing list 7. Berita acara penerimaan barang 8. Pelaporan ( laporan mutasi, laporan tahunan ) 9. Laporan stock opname 10. Pencatatan obat ED/rusak 2.10 Kegiatan Di Gudang Perbekalan Farmasi
Kegiatan di gudang perbekalan farmasi 1. Pemeriksaan obat/alkes yang baru datang 2. Penerimaan obat ( perbekalan farmasi ) 3. Pengaturan
17
18
4. Penyimpanan 5. Pengeluaran 6. Transfortasi 7. Administarsi 8. Pelaporan
2.11 Puskesmas Cirinten
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigm sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, persembuhan, pemulihan dan rehabilitas sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. Selain itu pembangunan bidang kesehatan juga diarahkan untuk meningkatkan memlihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui pemberdayan sember daya manusia secara berkelanjutan, dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat di jaungkau oleh masyarakat. Puskesmas cirinten adalah salah satu Puskesmas Di Kabupaten Lebak. Puskesmas Cirinten memiliki luas wilayah 1345 m2,keadaan tanah di Puskesmas Cirinten dapat di klasfikasikan menurut keadaan gegografis dan fungsi tanah. Menurut keadaan geografis daerah di Puskesmas Cirinten di bagi atas dua bagian yaitu daerah pegunungan dan daerah yang cenderung agak datar. Daerah dengan keadan tanah lebih tinggi atau pegunungan, lebih banyak di manfaatkan masyarakat sebagai lahan hutan produksi dan sebagian
18
19
lagi merupakan daerah hutan lindung. Sedangkan daerah dengan keadaan yang cenderung datar di manfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pemukiman, lahan pertania dan perkebunan. Mata mencharian masyarakat di wilayah Puskesmas Cirinten lebih besar bertumpu kepada sector pertanian, perkebunan dan perdagangan. Aktifitas menyadap karet yang kemudian diolah menjadi lem juga merupakan mata pencharian bagi sebagian masyarakat. a. Ruang lingkup Puskesmas Cirinten 1. Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan 2. Pendidikan dan pelatihan kesehatan 3. Pelayanan jasa konsultasi kesehatan b. Tujuan organisasi Puskesmas Cirinten Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat luas, Puskesmas tersebut mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Terpeliharanya kesehatan bagi seluruh masyarakat kecamatan cirinten dan staf puskesmas 2. Tersedianya pelayanan kesehatan bagi staf puskesmas dan masyarakat umum. c. Visi dan misi puskesmas cirinten 1. Visi Menjadikan Puskesmas Cirinten sebagai pusat pelayanan kesehatan yang kerkualitas menuju Kecamatan Cirinten Sehat 2017.
19
20
2. Misi 1. Memberikan kesehatan yang bermutu sesuai dengan SDM yang ada 2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan 3. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat penggerakan peran serta masyarakat dibidang kesehatan 4. Moto Puskesmas Cirinten “ memberikan pelayanan tepat, tulus dan ikhlas sesuai dengan SDM yang ada “
2.12 Penelitian Relevan
a. Berdasarkan penelitian oleh Zendy Priscillia Wardhana dengan judul “ Profil penyimpanan obat di puskesmas pada dua kecamatan yang berbeda di kota kendiri. Hasil pengamatan diperoleh hasil pengaturan dan penyimpanan obat di gudang dan kamar obat telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kondisi penyimpanan obat dan tata cara penyiapan obat dikedua puskesmas masih belum memenuhi persyaratan, tetapi kondisi penyimpanan obat pada kamar obat puskesmas [esantren 11 telah memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan menunjukan mutu sediaan tablet , kapsul, cairan, salep, injeksi dan kamar obat telah memenuhu persyaratan sedangkan di gudang obat tidak bias diamati. Hasil pengamatan ini menunjukan penyimpanan obat dikedua puskesmas sudah baik.
20
21
b. Berdasarkan penelitian oleh Debby 1.T. mamahit, dan Adisti A. Rumayar, dan PaulA.T Kawatu dengan judul
“Analisis
Proses
Penyimpanan Obat Di Puskesmas Pingka Tengka Kecamatan Tengka ” . Hasil penelitia ini berdasarkan wawancara mendalam dan observasi langsung komdisi penyimpanan obat berdasarkan kelembaban, sinar matahari ,temperature panas , menghindari kerusakan fisik sudah sesuai pedoman dengakan pengotoran dan kontamiknasi bakteri belum sesuia pedoman. Tata cara penyimpanan dan penyusun obat menerapkan FEFO, pemindahan obat yang tidak pecah, penyimpanan golongan atibotik, penyimpanan tablet salut sudah sesuai pendoman, sedangkan penerapan system
FIFO,
obat
yang
diterima,
penyimpanan
obat
injeksi,
penyimpanan obat yang memepunyai waktu kadaluarsa belum sesuai pedoman. Pengamatan mutu obat sudah sesuai pedoman, karena petugan pengelola obat melakukan mengamatan mutu obat dan juga tidak pernah terdapat obat yang rusak. Saran peningkatan kondisi penyimpanan obat, memperbaiki cara dan penyusunan obat yang lebih baik, meningkatan pengamatan mutu obat dan menambah sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikian apoteker.
21
22
2.13 Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Puskesmas Kecamatan Cirinten meliputi : 1. 2. 3. 4.
Penyimpanan Obat di Puskesmas Cirinten menurut Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016.
FEFO dan FIFO Alphabetis Farmakologis Suhu
2.14 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka peneliti dapat membuat hipotesis yaitu sistem penyimpanan obat di gudang Puskesmas tersebut belum sesuai dengan pelayanan kefarmasian di Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74 Tahun 2016.
22
23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non ekperimen,
karena
tidak
berinteraksi
dengan
pasien.
Penelitian
menggunakan metode survey dan wawancara yaitu, Tanya jawab (dialog) langsung antara pewawancara dengan petugas Puskesmas. 3.1.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini, adalah sistem penyimpanan obat di gudang Puskesmas Kecamatan Cirinten. 3.1.3 Tempat Penelitian Di Puskesmas Kecamatan Cirinten Kabupaten Lebak. 3.1.4 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Maret .
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Handphone dan Data penyimpanan obat di Puskesmas.
23
alat tulis, laptop,
24
3.2.2 Bahan Penelitian Bahan pada penelitian ini adalah Jurnal, Laporan Penyimpanan Obat di Puskesmas Cirinten, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen Penyimpanan obat di Puskesmas Cirinten menurut Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 74 Tahun 2016. 3.3.2 Variabel Independen Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Puskesmas Kecamatan Cirinten meliputi : a. Alphabetis b. Bentuk sediaan c. Farmakologis d. Stabilitas (suhu, kelembaban, dan cahaya).
3.4 Prosedur Peneltian
3.4.1 Pengajuan Judul Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan konsultasi terlebih dahulu, kepada dosen pembimbing akademi, terlebih dahulu mengajukan judul Karya Tulis Ilmiah kepada dosen yang bersangkutan untuk di ketahui dengan judul yang akan penulis teliti. Bahwa penulis akan
24
25
melakukan Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Puskesmas Kecamatan Cirinten berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2016. 3.4.2 Studi Literatur Ada penelitian yang dilakukan oleh Zendy Priscillia Wardahana dengan judul Profil Penyimpanan Obat di Puskesmas Pada 2 Kecamatan yang Berbeda di Kota Kediri yang bertujuan untuk mengetahui penyimpanan obat
yang diselenggarkan
oleh
Puskesmas
belum
sepenuhnya sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penelitian mencoba kembali apakah penyimpanan obat di gudang Puskesmas Kecamatan Cirinten, belum sepenuhnya sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia seperti yang diteliti oleh Zendy Priscillia Wardahan. 3.4.3 Pembuatan Proposal Sebelum melakukan pembuatan proposal, terlebih dahulu penulis memohon persetujuan, untuk pengajuan judul yang akan di teliti, 1 dosen pembimbing agar dapat diketahui apakah judul yang diteliti adalah Karya Tulis Ilmiah “Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Obat Puskesmas Kecamatan Cirinten
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 74 Tahun 2016”. Pembuatan proposal peneliti ini, berupa membuat Bab I, Bab II, dan Bab III. Bab I Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
25
26
Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka meliputi Definisi, Pengelolaan Obat, Perencanaan Obat, Pengadaan, Sistem Penyimpanan Obat, Pengeluaran Obat, Metode Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Puskesmas Cirinten, Definisi Obat, Indikator Mutu Pelayanan Obat di Gudang Farmasi, Gudang, Jenis Perbekalan Farmasi Yang di Simpan di Gudang, Sistem Administrasi Gudang, Kegiatan di Gudang Perbekalan Farmasi, Puskesmas Cirinten, dan Penelitian Relevan, Kerangka Konsep, dan Hipotesis. Bab III Metode Penelitian meliputi Desain Penelitian, Alat dan Bahan, Variabel Penelitian, Prosedur Penelitian, Difusi Operasional, dan Rencana Penelitian. 3.4.4 Izin Penelitian Surat Izin Penelitian dari Sekolah Tinggi Farmasi Tangerang di ajukan kepada Puskesmas di Kecamatan Cirinten untuk mendapatkan izin melakukan penelitian. 3.4.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, penelitian menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Observasi Observasi merupakan suatu teknis pengumpulan data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi juga merupakan pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut.
26
27
Pembuat fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. b. Metode Wawancara Teknik
wawancara
merupakan
pengumpulan
data
yang
dibutuhkan melalui wawancara langsung antara peneliti dan responden. Peneliti secara langsung melalui lisannya menjelaskan data yang dibutuhkan, sedangkan reponden secara lisan dapat menjawab atau memberikan data yang dibutuhkannya. 3.4.6 Analisis Data Data yang diperoleh analisis dengan menggunakan deskriptif yaitu untuk menggambarkan ringkasan data penelitian. Penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambar lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klasifikasi mengenai fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang di uji.
3.5 Definisi Operasional
27
28
Definisi operasional merupakan penjabaran tentang arti atau maksud dari suatu variabel dalam penelitian, definisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut. No
Variabel
Definisi Operasional
Skala
Keterangan
Pusat Kesehatan Masyarakat yang Observasi selanjutnya di singkat Puskesmas 1.
Puskesmas
Ordinal adalah
Unit
Pelaksana
Langsung dan
Teknis Wawancara
Dinas Kesehatan. Penyimpanan
obat
medis
pakai
habis
dan
bahan
merupakan
suatu pengaturan terhadap obat Pengamatan 2.
Penyimpanan
yang \diterima
agar aman (tidak Ordinal dan Observasi
hilang), terhindar dari kerukan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Berdasarkan bentuk sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet), sediaan cair (sirup), serta Pengamatan 3..
Bentuk dan Sediaan
alat-alat kesehatan harus
Ordinal dan Observasi
dipisahkan sesuai sifat fisik kimianya (ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan). 4.
Stabilitas (Suhu,
Kondisi penyimpanan yang
28
Ordinal
Pengamatan
29
Cahaya,
meliputi suhu, tekanan,
kelembaban)
kelembaban dan cahaya
dan Observasi
FIFO ( first in first out ), merupakan sistem
penataan
obat
atau
perbekalan farmasi dan meletakan barang
baru
dibelakang
(datang
terakhir)
barang
yang
sebelumnya. 5.
FEFO dan FIFO
FEFO (first exfired first out ), Ordinal merupakan sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakan obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih dahulu didepoan obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih akhir.
3.6 Rencana Penelitian
29
30
Kegiatan
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
17
17
17
18
18
18
18
18
Pengajuan Judul Study Literatur Pembuatan Proposal Izin Penelitian Penelitian Analisis Data Sidang Karya Tulis Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
30