BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna
dan
berdaya
pembaharuan
guna.
kebijakan
Untuk
mendukung
pembangunan,
telah
keberhasilan
disusun
sistem
kesehatan nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk
masa
mendatang.
Penyelenggaraan
sistem
kesehatan
dituangkan dalam berbagai program kesehatan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) tahun 2004-2009, telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005. Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan Sumber Daya Manusia tercantum dalam Bab 28 RPJM-N, berisikan : masalah kesehatan yang dihadapi dan sasaran pembangunan kesehatan, kebijakan yang akan ditempuh, serta program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun sampai dengan tahun 2009. Keberhasilan
suatu
kegiatan,
seberapa
besarnya,
sangat
tergantung pada perencanaan yang seksama artinya merencanakan segala sesuatunya sebelum mulai, memikirkan tindakan secara terusmenerus, mengubah rencana apabila perlu, dan menilai seberapa efektif kegiatan yang akan dilakukan. Keseluruhan rangkaian kegiatan yang terdapat dalam proses merupakan suatu siklus. Siklus tersebut akan berlangsung terus
1
menerus mengikuti urutan yang berulang sehingga disebut sebagai Siklus Pemecahan Masalah. Memecahkan masalah adalah pekerjaan yang memerlukan pemikiran logis. Karenanya, untuk memecahkan masalah diperlukan alur berfikir yang mudah di pahami, membutuhkan konsep yang jelas proses, fase-fase, dan konsepsi - konsepsinya. Meskipun model pemecahan masalah ada beberapa, namun pada dasarnya semua memiliki logika yang sama. Bahwa memecahkan masalah dimulai dari mengenali masalah itu sendiri dan berakhir dengan evaluasi atas pelaksanaan pemecahan masalah tersebut. Problem solving cycle Problem solving adalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem Solving cycle meliputi kegiatan analisis situasai, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan yang ingin dicapai, mencari alternatif pemecahan masalah, membuat rencana operasional, pelaksanaan dan penggerakan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian, dan yang terakhir evaluasi.
Makalah ini akan menjelaskan tentang
defenisi, teori – teori – teori, teori, dan model – model – model model Problem Solving Cycle.
1.2 Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah Problem Solving Cycle (PSC) adalah : a. Apa definisi dari masalah, Problem Solving, Problem Solving Cycle (PSC)? b. Bagaimana teori
dalam Problem Solving Cycle Cycle (PSC) serta
penjelasannya? c. Apa saja model – model – model model Problem Solving Cycle ?
2
1.3 Tujuan
Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Problem Solving Cycle (PSC)
Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang : a. Definisi masalah, Problem Solving dan Problem Solving Cycle (PSC) b. Teori – – teori tahapan Problem Solving Cycle (PSC) dan penjelasannya c. Model - model Problem Solving Cycle Cycle
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Problem Solving Cycle Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Pemecahan masalah (problem solving) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Mu’Qodin (2002) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk ke tahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya
komprehension
untuk
mendapatkan
solusi
dalam
penyelesaian masalah tersebut (Qruztyan. Blogs. Friendster.com). Pendapat
lain
menyatakan,
problem
solving
adalah
suatu
pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik (Qrustian Blogs Friendster.com). Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan
4
masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi
kendala
dan
mencari
solusi
yang
terbaik
dalam
menyelesaikan masalah (Reed, 2000). Problem Solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan dan proses. Disebut alat karena dapat membantu dalam memecahkan masalah mendesak atau untuk mencapai tujuan, disebut skills (keterampilan)
karena
sekali
mempelajarinya
maka
dapat
menggunakannya berulang kali, disebut proses karena melibatkan sejumlah langkah. Problem solving cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah – langkah berkesinambungan yang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan.
2.2 Bentuk-bentuk Problem Solving Ada beberapa bentuk problem solving menurut Chang, D’Zurilla dan Sanna (2004), yaitu : 1. Rational Problem Solving Sebuah bentuk problem solving yang konstruktif yang didefinisikan seperti rasional, berunding dan aplikasi yang sistematik dalam kemampuan menyelesaikan masalah. Model ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu : a. Identifikasi Masalah Problem solver memncoba mengelompokkan dan mengerti masalah yang dihadapi
dengan mengumpulkan banyak
spesifikasi dan fakta konkrit tentang kemungkinan masalah, mengidentifikasi permintaan, rintangan dan tujuan yang realistik dalam menyelesaikan masalah. b. Mencari Solusi Alternatif
5
Fokus pada tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencoba
untuk
mengidentifikasi
banyak
solusi
yang
memungkinkan termasuk yang konvensional. c.
Mengambil Keputusan Problem solvers mengantisipasi terhadap keputusannya dalam solusi yang berbeda, mempertimbangkan, membandingkan dan kemudian memilih yang terbaik atau solusi yang efektif yang paling berpotensial.
d. Mengimplementasi Solusi dan Pembuktian Seseorang
harus
berhati-hati
dalam
menerima
dan
mengevaluasi solusi yang menjadi pilihan setelah mencoba untuk melaksanakan solusi tersebut kedalam situasi masalah dalam kehidupan nyata. 2. Mengabaikan Kata Hati Ini adalah salah satu pola karakteristik penyelesaian masalah yang difungsional dalam usaha aktif yang digunakan dalam strategi menyelesaikan
masalah
dan
tekhniknya,
tetapi
usaha
ini
menyempit, implosif, berhati-hati, sangat cepat, dan t idak lengkap. 3. Bentuk Menghindari Masalah Bentuk ini adalah salah satu karakteristik penyelesaian masalah yang disfungsional berupa penundaan, pasif atau tidak melakukan apapun dan ketergantungan.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem Solving Menurut Rahmat (2001) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi. 1. Motivasi Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi akan membatasi fleksibilitas. 2. Kepercayaan dan Sikap yang Salah
6
Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah. 3. Kebiasaan Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel ( flexible mental set ). 4. Emosi Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. Emosi ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi silit untuk berpikir efisien.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving 1. Kelebihan metode problem solving
Dapat membuat
peserta didik
menjadi lebih
menghayati
kehidupan sehari-hari Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
secara kreatif
Peserta
didik
sudah
mulai
dilatih
untuk
memecahkan
masalahnya.
7
Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
Berpikir dan bertindak kreatif.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
2. Kekurangan metode problem solving
Memerlukan cukup banyak waktu
Melibatkan lebih banyak orang
Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan
mendengarkan dan menerima informasi dari guru Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan
masalah
Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat
dan
mengamati
serta
akhirnya
dapat
menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan
dengan metode pembelajaran yang lain.
Kesulitan yang mungkin dihadapi
2.5 Langkah-langkah Pemecahan Masalah Beberapa langkah pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam metode diagnosis komunitas meliputi beberapa tahapan, di antaranya analisis situasi, identifikasi permasalahan, penentuan prioritas masalah, penentuan penyebab masalah, pengumpulan data
8
primer, penentuan prioritas penyebab masalah, penentuan alternatif pemecahan masalah dan pelaksanaan intervensi atau penyususnan POA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
Gambar 2.5.1 : Langkah-langkah Diagnosis Komunitas
Secara rinci dan sederhana beberapa langkah diagnosis komunitas sebagaimana gambar di atas meliputi : a. Analisis Situasi. Berbagai langkah analisis situasi dalam aspek diagnosis komunitas dalah : 1. Menentukan lokus kajian, desa atau kelurahan, RT/ RW sebagai unit elementer analisis. 2. Buat tabel atau grafik distribusi frekuensi fenomena status kesehatan berdasarkan data yang berupa laporan kinerja bulan atau profil, yang disusun menurut karakteristik epidemiologi, menurut waktu, orang dan tempat.
9
3. Menginterpretasi tabel atau grafik yang mencerminkan fenomena perjalanan
atau
perkembangan
permasalahan
kesehatan
masyarakat. 4. Menginventarisasi kesenjangan yang terjadi poada aspek status kesehatan misalnya, angka kesakitan dan kematian, data kesehatan lingkungan, demografi, pelayanan kesehatan, perilaku atau budaya setempat, kependudukan, manajemen pemerintah desa, dan lain sebagainya. Secara deskriptif terjadi berbagai permasalahan yang menonjol. b. Identifikasi
Masalah.
Berbagai
langkah
dalam
menentukan
identifikasi permasalahan adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi berbagai permasalahan tersebut di atas secara makro maupun mikro yang berbasis fakta dan data (evidence based ) ; 2. Mengklasifikasi
dan
mengidentifikasi
permasalahan
sesuai
dengan lima komponen esehatan masyarakat yang meliputi aspek epidemiologi, lingkungan perilaku, pelayanan kesehatan, manajemen ; 3. Memformulasikan identifikasi permasalahan dalam pernyataan negatif, misalnya tingginya prevalensi malaria, tingginya angka kematian
ibu
(AKI),
tingginya
angka
kesakitan
malaria,
rendahnya cakupan rumah sehat, rendahnya jamabn sehat, rendahnya PHBS dan rendahnya kunjungan posyandu bagi anak balita. c. Prioritas Masalah. Berbagai langkah dalam menentukan prioritas masalah pada diagnosis komunitas terdiri dari tahapan : 1. Tetapkan kriteria prioritas yang digunakan. 2. Buat tabel prioritas sesuai dengan desain atau metode yang digunakan. 3. Berikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan.
10
4. Berikan nilai masing-masing kriteria dengan perkalian bobot dengan skor. 5. Dengan menjumlah nilai kriteria, nilai tertinggi merupakan prioritas masalah yang utama sedangkan nilai terkecil, belim menjadi prioritas untuk ditanggulangi segera. d. Penyebab Masalah 1. Indepth
Interview ,
langkah-langkah
dalam
melakukan
wawancara mendalam (Indepth Interview ) adalah :
Tentukan tokoh kunci yang menjadi responden
Tentukan topik atau pertanyaan yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan Indepth Interview
Siapkan peralatan yang diperlukan
Buat
kesepakatan
jadwal
(perjanjian)
pelaksanaan
wawancara. (Singarimbun abd Effendi, 1989)
Gali informasi lebih dalam dengan pertanyaan yang terbuka dan kembangkan pertanyaan berikutnya lebih spesifik
Gambar 2.5.2 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Wawancara
2. Focus Grup Discussion (FGD). Tahapan dalam pelaksanaan FGD berikut ini adalah:
Siapkan peralatan yang digunakan
11
Tentukan kelompok diskusi, satu kelompok sekitar 8-10 orang.
Tentukan kesepakatan prosedur diskusi yang akan dilakukan bersama.
Tentukan topik diskusi.
Bina suasana yang kondusif, agar lebih hidup dan mencair.
3. Fishbone Diagram. Tahapan dalam penyusunan
fishbone
diagram adalah sebagai berikut :
Gambarkan
garis
besar
sebagai
tulang
ikan
yang
menggambarkan sebab-akibat.
Tentukan karakteristik permasalahan.
Tulis
pada
tulang
utama
faktor
risiko
yang
paling
mempengaruhi. Selanjutnya, mencari faktoe penyebab pada faktor risiko
utama dan cantumkan pada tulang sedang.
Secara sederhana faktor risiko tersebut disususn dalam tabel berikut ini, kemudian dimasukkan dalam fishbone diagram di bawah ini.
Tabel 2.5.1 : Faktor Risiko Sebab Akibat Fishbon e Diagram
12
Susun faktor risiko dalam kotak-kotak fishbone diagram.
Intervensi diarahkan untuk menghilangkan penyebab pada
lapisa ketiga, dengan demikian menghilangkan penyebab lapisan kedua dan seterusnya permasalahan teratasi secara tuntas.
Gambar 2.5.3 : Fishbon e Diagram Tingginya Kejadian ISPA
4. Uji Statistik. Bertujuan mencari faktor risiko yang signifikan dengan cara sebagai berikut :
Tentukan skala ukur parameter misalnya nominal, ordinal, rasio dan interval.
Masukkan data dalam program SPSS, kemudian lakukan analisis sesuai dengan desain analisis yang telah ditentukan.
Tentukan uji statistik yang digunakan.
Analisis penerimaan hipotesis dengan membandingkan nilai probabilitas dengan alpha (ɑ).
13
e. Pengawasan dan Monitoring. Berbagai langkah pengawasan dan monitiring kegiatan diagnosis komunitas, (Herujito, 2001) meliputi kegiatan : 1. Penempatan metodologi pengawasan dan monitoring untuk mengukur prestasi. 2. Penetapan kriteria monitoring sesuai dengan parameter tujuan khusus prestasi yang akan dicapai. 3. Pemilihan tim pengawasan dan monitoring. 4. Perumusan instrumen pemantauan dan monitoring sesuai dengan tujuan prestasi yang akan dicapai. 5. Pelaksanaan pengawasan dan monitoring dengan mengambil tindakan korelasi. 6. Penyusunan laporan pengawasan.
2.6 Siklus Pemecahan Masalah Siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) terdiri dari 6 tahap kegiatan yaitu :
14
Identifikasi dan Inventarisasi Masalah dan Penyebabnya
Penentuan Prioritas Masalah
Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Pembuatan Rencana Pelaksanaan (POA)
.
Pelaksanaan Ke iatan Gambar 2.6.1 : Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle)
1. Identifikasi dan inventarisasi masalah :
Masalah : perbedaan antara kenyataan dan yang seharusnya (ideal) disadari upaya untuk menanggulanginya
Ketersediaan dan validitas data, informasi lain (lesan), hasil pengamatan dan pengalaman
Menguraikan masalah, dengan pendekatan konsep :
Hl. Blum factor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika
Pohon
Factor
masalah pelayanan
kesehatan/program,
masyarakat
dan
lingkungan
15
2. Penentuan prioritas masalah :
Perlu diperhatikan keterkaitan antar masalah dicari yang “utama” agar masalah-masalah yang lain yeng terkait bisa terpecahkan sekaligus. Misal : a. Masalah PSM (data perilaku masyarakat) rendah dapat dipilih sebagai masalah utama karena terkait masalah-masalah antara lain :
Posyandu dan kader aktif masih rendah
Cakupan imunisasi rendah
Dana sehat (strata) masih rendah
Cakupan jaga rendah
D/S
rendah
b. Koordinasi lintas program dapat dipilih sebagai masalah utama karena menyangkut masalah-masalah antara lain :
Supervisi masing-masing seksi ke Puskesmas tidak lancar
Perencanaan terpadu belum lancar (mekanisme, wadah serta kemauan)
Kegiatan
pencatatan dan pelaporan data belum terkoordinir
dengan baik Perencanaan
dan penggunaan fasilitas (sarana) yang ada
di kantor belum memuaskan.
Masing-masing seksi menekankan kepentingan masingmasing baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan
Ada
seksi yang “loyo” ada seksi yang “giat” dan sebagainya
Teknik-teknik prioritas hanya alat bantu, Faktor : kemampuan, kemauan, ketersediaan data dan intuisi serta pengalaman kerja sangat berpengaruh
16
3. Identifikasi alternative pemecahan masalah
Pemilihan alternatif pemecahan masalah mengacu pada : kemampuan (ketersediaan sumber daya : tenaga, dana, sarana, metode), waktu, factor poleksosbud.
Dalam kondisi tertentu seringkali alternatif pemecahan masalah tidak perlu dipilih, karena kegiatan untuk memecahkan masalah sudah ditentukan.
Prioritas pemecahan masalah yang dipilih diharapkan dapat mengungkit pemecahan masalah yang lain. Misal : Penambahan tenaga bidan desa dapat menyelesaikan masalah :
K1 dan K4 meningkat
Cakupan persalinan nakes meningkat
Deteksi testi oleh nakes meningkat
Cakupan kunjungan neonatal meningkat
Cakupan tablet Fe meningkat
Factor
pendukung
dan
penghambat
pemilihan
alternatif
pemecahan masalah perlu diidentifikasi. (menambah keyakinan, penuntun dan rambu-rambu bila kegiatan untuk memecahkan masalah dilaksanakan dan mengantisipasi hambatan yang mungkin timbul). 4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan (POA) Secara umum POA mencakup hal-hal sebagai berikut :
Bentuk kegiatan
Tujuan
Sasaran
Biaya dan sumbernya
Target pencapaian
Waktu pelaksanaan
Penanggung jawab
Indicator keberhasilan untuk penilaian
17
5. Pelaksanaan kegiatan :
POA dilaksanakan dengan melakukan : pembagian tugas, penggerakan, koordinasi dan motivasi
Kepemimpinan
memegang
peran
yang
penting,
dimana
pemimpin harus mampu menggerakan dan mengkoordinir staf dan sumber daya lainnya untuk mencapai target/tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh : model kepemimpinan, interaksi pimpinan dan staf, interaksi di antara staf,
factor
lingkungan
(lintas
sektoral
dan
masyarakat),
peraturan dan situasi sosial politik dan ekonomi. 6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Pada saat kegiatan dilaksanakan dilakukan pemantauan (antara lain lewat supervise/ bimbingan/ bimbingan teknis /bimtek) dengan tujuan :
Mengatasi masalah yang muncul dengan segera
Mengarahkan pencapaian tujuan
Mengatasi penyimpangan dan pelaksanaan yang timbul
Bimtek disertai dengan kala karya dan waskat sangat penting untuk dilakukan secara berkesinambungan
Evaluasi kegiatan dilakukan baik menyangkut proses, hasil kegiatan
dan
dampaknya
(jangka
panjang).
Indicator
keberhasilan program, menelaah data-data yang ada atau penelitian-penelitian dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi.
Evaluasi
dilakukan
untuk
memperbaiki
perencanaan
dan
pelaksanaan di waktu mendatang
Evaluasi perlu dibarengi dengan umpan balik
Kelemahan dari pelaksanaan program/proyek yang seringkali muncul yaitu minimnya perhatian (termasuk dana) untuk melakukan monitoring dan evaluasi (bimtek), sehingga kegiatan
18
yang sudah terencana dengan baik tidak dapat dipantau pelaksanaan dan ketercapaian hasilnya.
2.7 Teknik/ Metode Pengambilan Keputusan 2.7.1 Metode Kualitatif : 1. Metode Delphi :
Teknik survei kepada para peserta yang relatif homogen baik pendidikan, keahlian dan pengalaman serta masingmasing peserta mempunyai data yang cukup.
Daftar pertanyaan (kuesioner) dikirimkan beberapa kali
kepada peserta.
Konsesus peserta dapat dipercepat dengan pengambilan suara.
Diperlukan kecermatan dan kesabaran pihak pemberi
kues. 2. Metode Diskusi/ Curah Pendapat :
Pemimpin diskusi adalah fasilitator.
Diperlukan
fasilitator
yang
handal
dan
menguasai
masalah.
Peserta diskusi ditantang untuk mengemukakan pendapat sebanyak-banyaknya tetapi menghindari saling kritik.
Peserta memiliki keahlian/ kemampuan dan pengalaman yang relatif sama.
Waktu efektif 1 jam dan peserta maksimal 10-12 orang.
3. Metode Brainwriting :
Peserta 6-8 orang dengan keahlian dan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang relatif sama.
Pimpinan diskusi mengajukan masalah pada secarik
kertas dan diletakkan di atas meja.
19
Semua
peserta
membacanya kemudian
menuliskan
pendapatnya pada kertas yang ada.
Kertas dibagikan lagi, kemudian peserta menambah atau mengurangi pendapatnya.
Semua pendapat ditulis di kertas atau di papan tulis
kemudian
didiskusikan
untuk
dicari
pendapat
yang
terbanyak. 2.7.2 Metode Kuantitatif : 1. Metode Delbeq : Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 10). Langkah-langkah yang harus dilakukan : a. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10) b. Isi dengan setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing masalah. c. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah 2. Metode Hanlon (kuantitatif) : Metode ini hampir sama dengan metode delbeq, dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D A = besar masalah : % atau jumlah kelompok penduduk yang terkena masalah B = kegawatan masalah : tingginya angka morbiditas dan mortalitas C = efektifitas/ kemudahan penanggulangan D = PE AR L
20
*P = propriatnes = kesesuaian, kesesuaian masalah dengan prioritas E = economic
feasibility
=
kelayakan
dari
segi
pembiayaan A = acceptability = situasi penerimaan masyarakat R = resorces alailability = ketersediaan sumber daya Setelah kriteria tersebut berhasil tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus : NPD = Nilai Prioritas Dasar = ( A + B ) x C NPT = Nilai Prioritas Total = ( A + B ) x C x D 3. Metode Hanlon (kualitatif) : Metode Hanlon (kualitattif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang bersifat kualitatif dan data/ informasi yang tersediapun bersifat kualitatif misalkan peran serta masyarakat, kerjasama lintas program, kerja sama lintas sektoral dan motivasi staf. Berikut ini contoh penggunaan metode Hanlon (kualitatif).
Tabel 2.7.2.1 : Matriks Prioritas Masalah dengan Metode Hanlon
21
Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan lainnya dengan cara “matching”. Langkah-langkah metode ini yaitu : a. Membuat matriks masalah b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu vertikal dan horisontal c. Membandingkan antara masalah yang satu dengan yang lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi (+) bila masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang penting d. Menjumlahkan (+) secara horisontal dan masukkan pada kotak total (+) horisontal e. Menjumlahkan (-) secara vertikal dan masukkan pada kotak total horisontal (-) vertikal f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-) vertikal g. Jumlahkan hasil vertikal dan horisontal dan masukkan pada kotak total h. Jumlahkan hasil vertikal dan horisontal dan masukkan pada kotak total i. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas masalah 4. Metode Carl : Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti : C = capability
= ketersediaan sumber daya
A = accesbility = kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak
22
R = readiness
= kesiapann dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran
L = leverage
= seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudia dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian : C x A x R x L Contoh pemakaian metode CARL di bawah ini.
Tabel 2.7.2.2 : Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL
5. Metode Reinke Metode
Reinke
mempergunakan
juga
skor.
merupakan Nilai
skor
metode
berkisar
dengan 1-5
atas
serangkaian kriteria :
M = Magnitude or the Problem Yaitu besarnya masalah dapat dilihat dari % atau jumlah atau
kelompok
penduduk
yang
terkena
masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I = Importancy
23
Kegawatan Masalah yaitu tingginya morbiditas dan moralitas dan kecenderungannya dari waktu ke waktu.
V = Vulnerability Sensitif
atau
tidaknya
pemecahan
masalah
dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitivitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan
dengan
pengorbanan
(input)
yang
dipergunakan.
C = Cost Biaya atau dana yang diperlukan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
P = Prioritas atau Pemecahan Masalah Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-masing masalah kemudian dihitung dengan rumus : P = (M x V x I) : C Prioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan jumlah nilai P dari yang tertinggi sampai terendah.
Tabel 2.7.2.3 : Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Reinke
24
6. Cara Kriteria Mutlak dan Keinginan Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan 2 kriteria : a. Kriteria mutlak Yaitu pertimbangan didasarkan pada “input” (sumber daya) yang dipunyai seperti : tenaga, dana, sarana atau peralatan dan metode atau cara serta “output” (tujuan atau cakupan program) b. Kriteria keinginan Merupakan kriteria tambahan yang didasarkan pada “proses”, misalkan : PSM, motivasi tenaga kesehatan. Kriteria ini diberi bobot dan untuk setiap alternatif diberi skor, kemudian bobot dikalikan dengan skornya Untuk lebih jelasnya cara ini dapat dilihat pada tabel Metode Bryant. 7. Metode Bryant : Metode
Bryant
juga
menggunakan
scoring
yang
didasarkan pada kriteria :
P = Prevalence Besar masalah, yaitu jumlah/ kelompok masyarakat yang terkena masalah.
S = Seriousness Kegawatan Masalah yaitu tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya
C = Community Concern Perhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah atau instansi terkait terhadap masalah tersebut
M = Managebility Ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan metode atau cara) Skor masing-masing criteria berkisar 1-5
25
Contoh pemakaian metode ini tercantum pada tabel berikut :
Tabel 2.7.2.4 : Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Bryant
8. Analisis SWOT Analisa SWOT bersifat lebih komprehensif dan strategis, karena
sekaligus
mencakup
identifikasi
masalah
dan
identifikasi kegiatan (upaya) untuk menyelesaikan masalah. Analisa SWOT, SWOT memiliki arti :
S = Strengh (Faktor Internal) Adalah kekuatan atau kemampuan. Yaitu identifikasi semua kekuatan atau kemampuan sumber daya yang dimiliki personil, dana, sarana dan peralatan, metode atau peraturan, cara kerja dan teknologi.
W = Weakness (Faktor Internal) Adalah kelemahan. Yaitu identifikasi semua kelemahan atau kekurangan yang diperkirakan bisa
menghambat
pencapaian tujuan dari sumber daya yang dimiliki yaitu personil, dana, sarana dan peralatan, metode atau peraturan, cara kerja dan teknologi.
O = Opportunity = kesempatan/peluang (factor eksternal) Identifikasi semua peluang yang dimiliki dan dapat diraih untuk memepercepat pencapaian tujuan.
26
Kesempatan
bisa
berupa
factor
internal
organisasi
(sumber daya yang dipunyai) dan factor eksternal (masyarakat, lintas sektoral, kebijakan, dan lain-lain)
T = Threat = ancaman (factor eksternal) Identifikasi semua ancaman yang mungkin muncul yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan. Ancaman bisa berasal dari factor internal (sumber daya yang dipunyai) dan factor internal (tindakan pesaing, masyarakat, lintas sektoral, kebijakan, dan lain-lain)
Dengan analisis SWOT maka pihak pengambil keputusan (manajer) diterapkan
dapat
memformulasikan
dalam
strategi
mengembangkan
yang
akan
organisasinya.
Kelemahan perlu ditekan atau ditransformasikan menjadi kekuatan dan ancaman dapat dikurangi atau dipandang menjadi suatu kesempatan.
27
BAB III RINGKASAN
Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah(Reed, 2000). Bentuk problem solving menurut Chang, D’Zurilla dan Sanna (2004), yaitu:
Rational
Problem
Solving,
mengabaikan
kata
hati,
bentuk
menghindari masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi problem solving menurut Rahmat (2001) yaitu yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi. Langkah-langkah
pemecahan
masalah
yaitu
analisis
situasi,
identifikasi permasalahan, penentuan prioritas masalah, penentuan penyebab masalah, pengumpulan data primer, penentuan prioritas penyebab masalah, penentuan alternatif pemecahan masalah dan pelaksanaan intervensi atau penyususnan POA. Siklus pemecahan masalah terdiri dari 6 tahap kegiatan yaitu yang pertama dengan identifikasi dan inventarisasi masalah dan penyebabnya yaitu dengan menguraikan masalah melalui pendekatan konsep teori HL. Blum, pohon masalah dan faktor pelayanan kesehatan. Tahap yang kedua yaitu penentuan prioritas masalah dengan memperhatikan keterkaitan antar masalah dan mencari yang harus diutamakan. Faktor yang mempengaruhi yaitu kemampuan, kemauan, ketersediaan data dan intuisi serta pengalaman kerja sangat berpengaruh. Tahap yang ketiga yaitu identifikasi alternative pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah yang mnegacu pada kemampuan (ketersediaan sumber daya: tenaga, dana, sarana, metode), waktu, factor politik, ekonomi, sosial, budaya.
28
Tahap keempat adalah pembuatan rencana pelaksanaan (POA) yang meliputi Bentuk kegiatan, Tujuan, Sasaran, Biaya dan sumbernya, Target pencapaian,
Waktu
pelaksanaan,
Penanggung
jawab,
Indicator
keberhasilan untuk penilaian Tahap kelima yaitu pelaksanaan kegiatan POA yang dilaksanakan dengan melakukan pembagian tugas, penggerakan, koordinasi dan motivasi. Tahap keenam yaitu monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Evaluasi kegiatan dilakukan baik menyangkut proses, hasil kegiatan dan dampaknya (jangka panjang). Teknik atau metode pengambilan keputusan diantaranya yaitu Metode Kualitatif yang meliputi Metode Delphi yaitu teknik survey kepada peserta dengan latar belakang yang homogen, Metode Diskusi atau curah pendapat yaitu adanya pemimpin diskusi atau fasilitato juga peserta diskusi dan pelaksanaannya dengan saling mengemukakan pendapat tetapi tidak saling mengkritik
dan Metode Brainwriting yaitu dengan
menulis semua pendapat di papan tulis kemudian didiskusikan untuk mencari pendapat terbanyak. Metode yang kedua yaitu Metode Kuantitatif yang meliputi Metode Delbeq yaitu diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (nilai 0-10), Metode Hanlon (kuantitatif) yaitu dengan pemberian kriteria A, B, C, dan D. Setelah kriteria tersebut berhasil tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD (Nilai Prioritas Dasar = ( A + B ) x C) dan NPT (Nilai Prioritas Total = ( A + B ) x C x D) Metode Hanlon (kualitatif) yaitu dengan membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan lainnya dengan cara “matching”. Selanjutnya adalah Metode Carl yaitu dengan pemberian skor 0-10 dengan kriteria CARL lalu mencari nlai total dengan mengaikan C x A x R x L, Metode Reinke yaitu dengan pemberian skor 1-5 dengan kriteria M, I, V, C, dan P lalu hasilnya dihitung dengan rumus P = (M x V x I): C, Cara kriteria mutlak dan keinginan yaitu Kriteria ini diberi bobot dan untuk setiap alternatif diberi skor, kemudian bobot dikalikan dengan skornya , Metode
29
Bryant yaitu dengan scoring sesuai kriteria P, S, C, M,
dan
Analisis
SWOT yaitu mencakup identifikasi masalah dan identifikasi kegiatan (upaya) untuk menyelesaikan masalah yang menggunakan faktor internal (Strengh dan Weakness) dan faktor eksternal (Oppprtunity dan Threat).
30
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Edward C. & Thomas J. D'Zurilla & Lawrence J. Sanna (Eds.). Social Problem Solving. Theory, Research, and Training. 2004. DKK 200 Hadisaputro, Soeharyo dkk. 2011. Epidemiologi Manajerial. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti http://commfiles.com/communication/teknik-memecahkan-masalah/ http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2116421kelebihan-dan-kekurangan-metode-problem/ http://musriadi.multiply.com/journal/item/37/MAKALAH_PROBLEM_SOLVI NG Hunsaker, A. 2005. Community Work & Problem Solving, London: McMillan Mu’qodin, Z. 2002. Mengenal kecerdasan emosional remaja. Bandung: Kaifa Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Reed, S. K. 2000. Problem solving. In A. E. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of psychology
(Vol.
8,
pp.
71-75).
Washington,
DC:
American
Psychological Association and Oxford University Press S,
Chriswardani.
Metode
Prioritas
Masalah.
Semarang
:
Bagian
Administrasi Kebijakan Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Yayat M. Herujito. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: P.T. Grasindo
31