KELAINAN KONGENITAL SALURAN PENCERNAAN I. Labiopalatoskizis Labiopalatoskizis ( mulut) Yaitu kelainan bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut tidak menutup dengan sempurna Etiologi a. factor Genetik atau keturunan Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir. Selain itu bisa juga karena mutasi gen THF 8 b. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat. Fungsi Asam Folat berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin Folat juga dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Defisiensi Asam Folat menyebabkan gangguan metabolisme DNA. Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi intisel terutama sel-sel yang cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina, Kekurangan folat menghambat penyembuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah lain, peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna. Pada ibu hamil, kekurangan asam folat menyebabkan meningkatnya resiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu dan pucat serta bisa menyebabkan keguguran. Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400 mikrogram/ hari Asam folat perlu diberikan mulai 4 bulan sebelum kehamilan. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak wanita tidak tahu pasti kapan dirinya akan hamil. Bagi janin, kekurangan asam folat pada ibu hamil, bisa menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Bayi mengalami kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing, bayi lahir dengan berat badan rendah, Down’s Syndrome, bayi mengalami kelainan pembuluh
darah, Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat. Alkohol mengganggu absorbsi dan menungkatkan ekskresi folat c. Radiasi d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama. e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin Patofisiologi Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Klasifikasi 1. Berdasarkan organ yang terlibat a. Celah di bibir (labioskizis) b. Celah di gusi (gnatoskizis) (gnatoskizis) c. Celah di langit (palatoskizis) d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis) (labiopalatoskizis) 2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung. b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung. c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung. Gejala Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu : 1. Terjadi pemisahan pemisahan langit-langit langit-langit 2. Terjadi pemisahan bibir 3. Terjadi pemisahan pemisahan bibir dan langit-langit 4. Infeksi telinga berulang 5. Berat badan tidak bertambah bertambah 6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal nasal ketika menyusui yaitu yaitu keluarnya air susu dari hidung Diagnosis Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau idak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG. Komplikasi Kesulitan makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum. memerlukan memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing Infeksi telinga, dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran 3. Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus. Penatalaksanaan Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu : Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, usianya minimal 10 minggu kadar leukosit minimal 10.000/ui. Pencegahan menghindari faktor- faktor yang meningkatkan terjadinya labiopalatoskizis Skrining USG II. Atresia esofagus (esofagus) Biasanya terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 kehamilan sebagai akibat dari : Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri untuk masinbg-masing menjadi esofagus dan trakea Perkembangan sel endotermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan atresia Etiologi Beberapa etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelaianan kongenital atresia esofagus : 1. Faktor obat, Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomine 2. Faktor radiasi, Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janian yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen. 3. Faktor gizi, Penyelidikan menunjukan bahwa frekuensi kelainan congenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan 4. Dihubungkan dengan trisomi 21, 13, 18 Manifestasi klinis polihidramnion ( air ketuban > 2000 ml ) pada kehamilan sekresi pada mulut bayi meningkat bayi tersedak, batuk atau sianotik saat diberi minum Beberapa jam setelah lahir timbul napas ngorok dan sesak napas Terlihat gelembung udara bercampur lendir putih pada lubang hidung dan mulut karena regurgitasi air ludah atau minum pertama. Diagnosis dari gejala-gejala yang terlihat Diagnosis antenatal dengan USG pada gestasi 14-15 minggu dengan hasil tidak tampak adanya gambaran lambung janin dengan cairan amnion normal atau meningkat Diagnosis post natal
Masukkan kateter yang agak kaku melalui lubang hidung ke esofagus. Jika kateter terhenti setelah masuk 10-12 cm dari rongga hidung, maka diagnosis dapat ditegakkan Pemeriksaan radiologis = foto thoraks · Masukkan kateter lewat hidung. Akan terlihat gambaran kateter melengkung ke atas pada kantong esofagus yang buntu. · Adanya udara dalam abdomen menunjukkan fistula trakeoesofageal Penatalaksanaan Pembedahan Sebelumnya bayi ditelungkupkan untuk mencegah isi lambung masuk ke paru-paru. Untuk mencegah aspirasi kantong buntu esofagus harus tetap dipertahankan kosong dengan pengisapan teratur, pemantauan suhu rutin, cairan tubuh III. Stenosis pylorus ( lambung ) Penyebab kelainan ini belum jelas diketahui. Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu Manifestasi klinis – Muntah Proyektil, biasanya setelah diberi minum, makin sering sampai 2 – 3 kali pemberian minum. – Bisa mulai dari minggu ke 1 – 2, Kebanyakan mulai bergejala umur 2 – 8 minggu. – Tidak berwarna bil (dari empedu) tetapi terkadang ada flek sedikit darah. – Tidak ada mual, dan bayi segera mau minum lagi. – Kalau lama: berat badan turun, dihidrasi, alkalosis matabolik dengan hypokloremia & jaundis. Diagnosis – Pada pemeriksaan fisik carilah benjolan sebesar buah zaitun (“olive”) di kwadrant kanan atas. Lebih mudah
diraba kalau bayi bersandar dan sedang minum. – < 50% dapat diraba. – Radiologis: Seri Kontras Saluran Cerna Atas (UGIS): Dilatasi lambung serta “string sign” (benang)pada waktu kontras melewati pylorus yang menyempit & “double tract”
karena edema mukosa. Tata laksana Koreksi dihidrasi & alkalosis metabolik dulu Operasi piloromyotom
– –
IV. Lambung intratorak ( lambung ) Etiologi Esofagus pendek akibat kelainan kongenital yaitu kegagalan elongasi usus depan antara hari 30 dan hari ke 39 perkembangan janin Gejala nyeri perut epigastrum nyeri perut setelah makan dan muntah disfagia rasa panas akibat refluks cairan lambung Diagnosis fluroskopi = untuk melihat batas gastroesofageal esofagoskopi = disfagia
pemeriksaan manometrik = untuk menilai tekanan sfingter esofagus Penatalaksanaan Sewaktu makan bayi duduk dalam posisi tegak dan tidur dengan letak kepala lebih tinggi Antasid = cegah ulkus Tindakan bedah = jika perawatan konservatif tidak berhasil V. Atresia bilier Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. PENYEBAB Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui. Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran. GEJALA Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa: - air kemih bayi berwarna gelap - tinja berwarna pucat - kulit berwarna kuning - berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat - hati membesar. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar. # Pemeriksaan yang biasa dilakukan: Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin) # USG perut # Rontgen perut (tampak hati membesar) # Kolangiogram # Biopsi hati # Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). PENGOBATAN Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Pembedahan akan berhasil jika dilakukan sebelum bayi berusia 8 minggu. Biasanya pembedahan ini hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan hati. VI. Atresia dan stenosis duodenale ( duodenum )
Etiologi Mungkin disebabkan dari kegagalan rekanalisasi terganggunya suplai darah sehingga satu segmen usus tidak berkembang dan menyebabkan penyempitan malahan bisa hilang sehingga terjadilah atresia. Patogenesis Atresia menyebabkan obstruksi usus. Akibatnya makanan tidak dapat melewati usus dan tertahan di saluran bagian atas.Hal ini menyebabkan terjadinya muntah yang berulang untuk mengeluarkan makanan tadi sehingga terjadilah dehidrasi pada anak. Obstruksi juga mengakibatkan udara tidak bisa keluar sehingga perut menjadi kembung yang nantinya bisa mendesak saluran nafas dan mengakibatkan nafas jadi sesak. Manifestasi klinis Muntah proyektil dan berwarna hijau Perut bagian epigastrium membuncit Dehidrasi Diagnosis Foto polos abdomen yang memperlihatkan gambaran “double bubble”
Tata laksana Lambung dikosongkan terlebih dahulu Beri cairan intravena untuk memperbaiki keseimbangan air dan elektrolit. Operasi yaitu duodenoduodenostomia atau duodenoyeyunostomia VII. Divertikulum mekel ( yeyunum ileum ) Adalah suatu kelainan bawaan yang merupakan suatu kantung ( divertikula ) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula ini bisa mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas. Penyebab pasti tidak diketahui. Gejala ¯ Biasanya tidak bergejala, tapi kantungnya dapat melepaskan asam dan menyebabkan ulkus sehingga terjadi perdarahan rektum yang tidak disertai nyeri. ¯ Tinja biasanya berwarna keunguan / kehitaman ¯ Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum cenderung menyebabkan penyumbatan usus sehingga timbul nyeri, kram dan muntah Diagnosa > Melalui skrining radionuklir > Pada pemeriksaan tinja bisa ditemukan adanya darah > Pemeriksaan darah dilakukan untuk menemukan adanya anemia Penatalaksanaan · Jika tidak timbul gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus · Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan divertikulum disertai pengangkatan jaringan usus disekitarnya
VIII. Hirschsprung (Megakolon Kongenital) Etiologi Terjadi akibat tidak adanya sel-sel ganglion submukosa dan pleksus miesterikus dari intestin distal.
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya Perut kembung
Patogenesis Tidak ada ganglion parasimpatik dalam dinding usus yang terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu menyebabkan bagian kolon yang sempit ini tidak dapat mengembang sehingga tatap sempit dan defekasi terganggu. Kolon proksimal (antara usus yang persarafannya normal dan abnormal) akan menebal/hipertropi otot karena tinja yang tertimbun menyebabkan penebalan dinding usus.
Klasifikasi 1) Anal stenosis -> penyempitan daerah anus -> feses tidak bisa keluar 2) Membranosus atresia -> terdapat membran pada anus 3) Anal agenesis -> memiliki anus, tapi ada daging antara rektum dan anus 4) Rektal atresia -> tidak memiliki rektum
Manifestasi klinis Gangguan defekasi 24 jam setelah lahir Trias klasik : Mekonium keluar terlambat, muntah hijau, perut membuncit seluruhnya Gejala obstipasi kronik diiringi oleh diare berat dengan feses berbau dan berbau khas karena enterokolitis • Distensi berlebihan dinding abdomen •
Pada anak yang lebih besar, diare lebih menonjol
Diagnosis Pemeriksaan fisik à rectal toucher Pemeriksaan radiologis : Tampak masa usus yang melebar Pemberian barium enema ditemukan perubahan kaliber usus yang mendadak diantara usus berganglion dan aganglion Pemeriksaan manometri anal didapat kenaikan tekanan sfingter ani interna dibandingkan orang yang normal Biopsi rektum -> tidak ditemukan sel ganglion parasimpatik Tata laksana Untuk mengobati gejala obstipasi dan mencegah enterokolitis, lakukan bilasan kolon dengan cairan garam faai atau kolostomi di daerah yang ganglioner dengan laparatomi atau anal tube – Bedah definitive bila bayi berusia 6 – 12 bulan, dengan BB >9 kg. –
IX. Atresia recti dan ani •
Tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lobang anus yang tidak sempurna •
Anus tampak rata / sedikit cekung kedalam / anus ada
tapi tidak berhubungan dengan rectum Etiologi l Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/ 3 bulan 3 Adanya gangguan/ berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal, serta traktus urogenital
Diagnosis * Kelainan biasanya dapat di diagnosis setelah lahir, Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran * Perut kembung * Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan foto rontgen untuk menentukan letak ujung buntu USG perianal untuk menentukan jarak antara ujung rektum dengan kulit Penatalaksanaan o Kolonostomi, dilakukan saat bayi berusia 12 bulan o Eksisi membran anal membuat anus buatan Organ-organ pencernaan pada manusia Alat-alat pencernaan pada manusia terdiri atas: Rongga mulut (cavum oris) Tekak (faring) Kerongkongan (esofagus) Lambung (gaster) Usus halus (intestinum tenue) terdiri atas usus duabelas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus penyerapan (ileum). Usus besar (intestinum crasum, colon) Poros usus (rectum) Anus 1. Rongga Mulut Alat-alat yang terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah, dan kelenjar ludah. a. Gigi Gigi manusia berfungsi untuk memotong dan menghaluskan makanan. Bila gigi dipotong memanjang, maka akan tampak bagian-bagian sebagai berikut: lapisan email: bagian yang paling luar dan paling keras dari gigi tulang gigi yang tersusun atas zat dentin pulpa, merupakan rongga dalam gigi yang berisi serabut saraf dan pembuluh-pembuluh darah akar gigi yang tertanam di dalam gusi b.
Tanda dan gejala
Lidah
Selain sebagai alat pengecap, dalam pencernaan makanan lidah berfungsi untuk: membantu mengaduk makanan di dalam rongga mulut membantu membersihkan mulut membantu bersuara dan bicara membantu mendorong makanan dalam proses penelanan c. Kelenjar ludah (glandula saliva) Pada rongga mulut bermuara tiga pasang saluran dari kelenjar ludah. glandula parotis, di dekat telinga menghasilkan ludah yang berbentuk cair glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas glandula sublingualis atau kelenjar ludah b awah lidah Fungsi air ludah adalah untuk memudahkan menelan, pencernaan, serta sebagai pelindung selaput mulut dari panas, dingin, asam maupun basa. 2. Kerongkongan (oesofagus) Kerongkongan merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung. Melalui kerongkongan makanan didorong masuk ke dalam lambung dengan gerak peristaltik.
Getah usus mengandung hormon dan enzim, yaitu: - Hormon hormon sekretin: yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan getah pankereas hormon kolesistokinin: yang merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan getah empedu. Getah empedu berfungsi mengemulsikan lemak sehingga mudah dicerna oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol - Enzim enterokinase: aktivator tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin erepsinogen: memecah peptida menjadi asam amino disakarase: memecah disakarida menjadi monosakarida. Ada tiga macam disakarase, yaitu: sukrase: memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa maltase: memecah maltosa menjadi 2 molekul glukosa laktase: memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa lipase: memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
3. Lambung (ventrikulus/gaster) Dinding lambung terdiri atas lapisan-lapisan otot yang tersusun memanjang, melingkar, dan menyerong. Akibat dari kontraksi otot tersebut makanan akan teraduk dengan baik sehingga tercampur merata dengan getah lambung, dan menyebabkan makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur yang disebut chyme.
Getah pankreas mengandung: tripsinogen, oleh enterokinase akan diaktifkan menjadi tripsin, yang selanjutnya berfungsi untuk memecah pepton menjadi peptida dan asam-asam amino. amilase pankreas (diastase), memecah amilum menjadi disakarida lipase pankreas (steapsin), memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol natrium hidrokarbonat (NaHC03) untuk menciptakan lingkungan pH basa, sehingga ketiga enzim yang dihasilkan pankreas akan bekerja dengan baik
Getah lambung mengandung: lendir atau musin asam klorida (HCl) enzim: renin dan pepsinogen hormon gastrin yang berfungsi untuk merangsang sekresi getah lambung
5. Usus besar (intestinum crassum atau colon) Makanan yang tidak berhasil d icerna, bersama-sama sel-sel epitel usus yang rusak, akan menuju ke usus besar atau kolon dan diubah menjadi menjadi faeces. Di sini sisa-sisa makanan tersebut akan mengalami pembusukan dan pembentukan vitamin K dengan bantuan Escherichia coli.
Fungsi HCl adalah: menciptakan suasana asam membunuh kuman-kuman yang masuk bersama makanan terbunuh. aktivator pepsinogen menjadi pepsin merangsang membuka dan menutupnya sfinkter pilorus merangsang sekresi getah usus
6. Anus Anus adalah lubang akhir dari saluran pencernaan sebagai jalan pembuangan faeces.
4. Usus Halus (intestinum tenue) Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang (± 8,5 meter). Terdiri atas tiga bagian, yaitu: doudenum atau usus duabelasjari, panjangnya ± 0,25 m jejenum atau usus kosong, panjangnya ± 7 meter ileum atau usus penyerapan, panjangnya 1 meter Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau secara enzimatis. Makanan yang berbentuk bubur masuk ke usus halus bersifat asam karena mengandung HCl. Akibatnya akan merangsang sel-sel kelenjar usus untuk mengeluarkan getah usus.