BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma sehat merupakan salah satu konsep pembangunan nasional berwawasan kesehatan yang ditandai dengan masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan
kesehatan
serta
memiliki
derajat
kesehatan
masyarakat yang tinggi. Paradigma sehat tidak akan terwujud dan hanya akan menjadi slogan semata, tanpa dibarengi dengan tindakan yang nyata secara konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh lapisan masyarakat dan partisipasi aktif lintas sector, oleh karena aspek kesehatan merupakan tanggung jawab bersama (share responcibility). Paradigma sehat tersebut lebih menekankan aspek kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi akan pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Sehubungan dengan upaya tersebut, kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) sangat penting sebagai bagian dari proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan mengidentifikasi, merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi alternatif pemecahan masalah khususnya masalah kesehatan yang dilaksanakan secara bersama dengan pemerintah desa, lembaga-lembaga desa, dan masyarakat. Sejalan dengan pembangunan kesehatan yang berlandaskan pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, profesionalisme, desentralisasi, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, maka diharapkan mahasiswa yang memiliki fungsi sebagai agen pembaharu (agent of change) 1
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
di tengah-tengah masyarakat dapat berupaya dalam percepatan proses peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II adalah rangkaian dari PBL I, PBL II, dan PBL III, dimana program yang disusun ditujukan kepada masyarakat setempat. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini merupakan kegiatan yang mengacu pada pengalaman dan teori-teori yang didapat pada proses perkuliahan, dimana program yang disusun diperuntukkan pada masyarakat setempat. Kegiatan PBL II ini diharapkan dapat mengasah sikap dan kemampuan profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi permasalahan dalam bidang kesehatan. Dari gambaran ini, akan mempermudah kita dalam mendiagnosis masyarakat serta berupaya mencari solusi di dalam menghadapi masalah yang muncul melalui intervensi kesehatan dan pendekatan kepada masyarakat sehingga permasalahan kesehatan tersebut dapat dipecahkan bersama dengan menyatukan persepsi tentang bentuk penanganan yang akan ditetapkan. Berdasarkan data yang diperoleh pada PBL I bahwa yang menjadi masalah di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara adalah kepemilikan jamban, kepemilikan tempat pembuangan sampah serta kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya dan SPAL. Masalah pertama, yaitu kepemilikan jamban, dimana dari 147 rumah tangga yang ada di Desa Molingkapoto terdapat 80 rumah tangga (54,4%) yang tidak memiliki jamban dan 67 rumah tangga (45,6%) yang memiliki jamban. Masalah kedua, yaitu Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dimana dari 147 rumah tangga, terdapat 67 rumah tangga (46,0%) yang tidak 2
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
memiliki TPS dan 80 rumah tangga yang memiliki TPS. Masalah ketiga, yaitu Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), dimana dari 147 rumah tangga,
terdapat
34
rumah
tangga
(23,1%)
yang
memanfaatkan
penampungan/peresapan sebagai tempat pembuangan air limbah, 66 rumah tangga (44,9%), yang dialirkan ke got, 15 rumah tangga (10,2%) dialirkan ke sawah/kebun, 2 rumah tangga (1,4%) dialirkan ke sungai dan 30 rumah tangga (20,4%) yang dialirkan di sekitar rumah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi prioritas masalah adalah kepemilikan jamban. Hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu besarnya masalah (magnitude), derajat keparahan masalah (severity), tingkat penanggulangan masalah (vulnerability), biaya (cost) dan dukungan masyarakat (public concern).Dari prioritas masalah tersebut, maka intervensi yang dilakukan pada PBL II ini berupa intervensi fisik dan non fisik. Intervensi fisik berupa pembuatan jamban percontohan, sedangkan intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya jamban, Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).Dengan demikian maka kegiatan ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dalam hal ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 1.2 Maksud dan Tujuan PBL II 1. Maksud PBL II a.
Menerapkan
diagnosis
kesehatan
yang
intinya
mengenali,
merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat; 3
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
b.
Mengembangkan
program
penanganan
masalah
kesehatan
masyarakat yang bersifat promotif, preventif dan rehabilitatif; c.
Bertindak sebagai manager madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti;
2.
d.
Melakukan pendekatan masyarakat; dan
e.
Bekerja dalam tim multidisiplin.
Tujuan PBL II a. Mampu mensosialisasikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada PBL II; b. Mampu membuat proposal secara sederhana dalam Planning Of Action (POA) dalam masalah yang akan diintervensi; c. Mampu mengaktifkan peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program; d. Mampu mengembangkan keterampilan dasar sebagai seorang “Agent Of Change” di masyarakat; e. Mampu
bekerja
sama
dengan
masyarakat
setempat
dalam
melaksanakan kegiatan intervensi; f. Mampu memaparkan dan mempertanggung jawabkan hasil kegiatan implementasi program intervensi PBL II; g. Mampu membuat penyusunan laporan kegiatan yang telah dilakukan pada PBL II.
4
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
BAB II PRIORITAS MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN 2.1 Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi prioritas masalah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Prioritas Masalah Kesehatan Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012 No
1
2
3
Masalah
Magnitude
Severity
Vulnerability
Cost
Public Concern
Total
Dari 147 RT yang ada di Desa Molingkapoto terdapat 80 rumah tangga (54,4%) yang tidak memiliki jamban. Dari 147 rumah tangga, terdapat 67 RT (46,0%) yang tidak memiliki TPS. Dari 147 rumah tangga, terdapat 82 RT (55,8) yang tidak memiliki SPAL
5
5
5
2
5
1250
4
3
2
4
2
192
3
3
2
4
2
144
1. Masalah Jamban Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan menunjukan masih banyak masyarakat desa Molingkapoto yang tidak memiliki jamban, dimana Dari 147 RT yang ada di Desa Molingkapoto terdapat 80 rumah tangga (54,4%) yang tidak memiliki jamban dan sebanyak 67 rumah tangga (45,6%) yang memiliki jamban. Masyarakat yang tidak memiliki jamban lebih memilih 5
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
membuang air besar di tempat lain seperti sungai, sawah/kebun, dan semaksemak/tempat terbuka. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi yang menjadi hambatan masyarakat dalam membuat jamban keluarga sendiri, perilaku masyarakat, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya buang air besar di jamban. Tabel 2.2 Distribusi Rumah Berdasarkan Keberadaan Jamban Di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012 Dusun Jamban
Ada
Baru Pancuran Jamburan Beringin n % n % n % n % 23 51,1 19 40,4 12 44,4 13 46,4
Tidak ada 22 48,9 Jumlah
Jumlah
45
100
n 67
% 45,6
28
59,6
15
55,6
15 53,6
80
54,4
47
100
27
100
28
147
100
100
Sumber : Data Primer, Tahun 2012 a.
Besarnya Masalah (Magnitude) Berdasarkan hasil pendataan, diperoleh bahwa masih banyak masyarakat yang belum memiliki jamban, dimana dari 147 rumah tangga yang ada di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang terdapat 80 rumah tangga (54,4%) yang tidak memiliki jamban, sehingga skor yang diberikan adalah 5 point.
b.
Derajat Keparahan Masalah (Severity) Derajat keparahan masalah jamban keluarga diberikan skor 5 point, karena apabila masalah ini tidak ditanggulangi, maka akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang. Misalnya, terjadi pencemaran lingkungan dan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit seperti vektor lalat yang akan
6
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
menyebarkan penyakit seperti penyakit diare, kolera, disentri dan lainlain. c.
Tingkat Penanggulangan Masalah (Vulnerability) Melihat tingkat penanggulangan masalah jamban keluarga, maka intervensi yang dilakukan adalah intervensi fisik dan non fisik. Intervensi fisik berupa pembuatan jamban percontohan dan intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang jambanisasi, sehingga skor yang diberikan adalah 5 point. Dengan intervensi ini maka diharapkan masyarakat dapat membuat jamban yang sehat dan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya penggunaan jamban sebagai sarana untuk Buang Air Besar (BAB), sehingga dapat menurunkan distribusi penduduk yang BAB di sembarang tempat. Dengan demikian maka dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Molingakpoto Kecamatan Kwandang.
d.
Biaya (Cost) Pelaksanaan pembuatan jamban (intervensi fisik) yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, memerlukan biaya yang cukup mahal baik dalam pengadaan sumber daya manusia/tenaga kerja (man), dana (money) dan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan jamban (material). Selain itu ditambah dengan sosialisasi tentang jambanisasi (intervensi non fisik), sehingga skor yang diberikan adalah 2 point.
e.
Dukungan Masyarakat (Public Concern) Bagi masyarakat di Desa Molingakopto Kecamatan Kwandang, jamban merupakan hal yang penting tetapi karena faktor ekonomi
7
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
masyarakat yang tergolong masih rendah serta jenis tanah yang tidak kedap air menjadi kendala dalam pembuatan jamban sehingga dukungan masyarakat sangat kurang. Maka skor yang diberikan adalah 5 point. 2. Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Berdasarkan hasil pendataan di lapangan, menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat tidak mempunyai TPS, dimana dari 147 rumah tangga, terdapat 67 rumah tangga (46,0%) yang tidak memiliki TPS dan 80 rumah tangga yang memiliki TPS. Masyarakat lebih memilih untuk mengumpulkan sampah lalu membakarnya. Selain itu juga mereka memiliki kebiasaan membuang sampah disekitar rumah sehingga berdampak pada gangguan estetika, menimbulkan keresahan masyarakat, pencemaran lingkungan baik lingkungan udara, air dan tanah serta dapat menjadi perkembangan vektor penyakit. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan serta kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan. Tabel 2.3 Distribusi Rumah Berdasarkan Ketersediaan Tempat Sampah Di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012 Baru n %
Dusun Pancuran Jamburan Beringin n % n % n %
Ada
24
53
22
47
18
67
16
Tidak ada
21
47
25
53
9
33
45 100
47
100
27
100
Ketersediaan TPS
Jumlah
Jumlah n
%
57
80
54
12
43
67
46
28
100
147 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2012 8
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
a.
Besarnya Masalah (Magnitude) Berdasarkan hasil pendataan
diperoleh bahwa kebanyakan
masyarakat tidak mempunyai Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dimana dari 147 rumah tangga, terdapat 67 rumah tangga (46%) yang tidak memiliki TPS, sehingga skor yang diberikan adalah 3 point. b.
Derajat Keparahan Masalah (Severity) Derajat keparahan masalah untuk tempat pembuangan sampah diberikan skor 3 point. Hal ini disebabkan oleh karena masalah sampah juga berpengaruh pada kesehatan masyarakat di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang. Misalnya, berdampak pada gangguan estetika, menimbulkan keresahan masyarakat, pencemaran lingkungan baik lingkungan udara, air dan tanah serta dapat menjadi perkembangan vektor penyakit.
c.
Tingkat Penanggulangan Masalah (Vulnerability) Tingkat penanggulangan masalah ini mudah, karena langkah yang diambil adalah intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS), sehingga diberikan skor 2 point.
d.
Biaya (Cost) Sosialisasi tentang pentingnya TPS (intervensi non fisik) hanya memerlukan dana yang relatif murah sehingga skor yang diberikan adalah 4 point.
e.
Dukungan Masyarakat (Public Concern) Dukungan masyarakat mengenai masalah tempat pembuangan sampah hanya diberikan skor 2 point. Hal ini karena bagi masyarakat
9
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
masalah sampah bukan merupakan hal yang sangat penting, mengingat masih banyak lahan yang luas untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. 3. Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Berdasarkan hasil pendataan di lapangan, menunjukkan bahwa dari 147 rumah tangga, terdapat 153 rumah tangga (67,7%) yang pembuangan air limbahnya dialirkan ke got (memiliki SPAL), dan yang lainnya (tidak memiliki SPAL) dialirkan ke penampungan/peresapan (17 rumah tangga atau 7,5%), dialirkan ke sawah/kebun (17 rumah tangga atau 7,5%), dialirkan ke sungai/pantai (21 rumah tangga atau 9,3%) dan dialirkan di sekitar rumah (18 rumah tangga atau 8%). Jika hal ini dibiarkan maka akan
berdampak
pada
gangguan
estetika,
menjadi
tempat
perkembangbiakkan vektor penyakit dan dapat mencemari lingkungan baik lingkungan udara, air maupun tanah. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya SPAL bagi setiap rumah tangga sehingga kepedulian terhadap hal tersebut masih kurang.
10
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
Tabel 2.4 Distribusi Rumah Berdasarkan Tempat Pembuangan Air Limbah Cucian / Air Mandi Di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012 Baru n %
Dusun Pancuran Jamburan Beringin n % n % n %
Penampungan/peresapan
11
24
10
21
5
18
8
Dialirkan ke got Dialirkan ke sawah
20 1
44 2
22 10
47 21
13 3
48 11
Dialrkan ke sekitar rumah
13
28
3
6
6
O 0 45 100
2 47
4 100
0 27
Saluran pembuangan air limbah
Dialirkan ke sungai Jumlah
Jumlah n
%
29
34
23
10 1
36 4
65 15
44 10
22
9
32
31
21
0 100
0 28
0 100
2 1 147 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2012 a.
Besarnya Masalah (Magnitude) Berdasarkan hasil pendataan diperoleh bahwa dari 147 rumah tangga, terdapat 65 rumah tangga (44,0%) yang tidak memiliki SPAL dengan rincian yaitu yang pembuangan air limbahnya dialirkan ke penampungan/peresapan (34 rumah tangga atau 23%), dialirkan ke sawah/kebun (15 rumah tangga atau 10%), dialirkan ke sungai/pantai (2 rumah tangga atau 1%) dan dialirkan di sekitar rumah (31 rumah tangga atau 21%), sehingga skor yang diberikan adalah 3 point.
b.
Derajat Keparahan Masalah (Severity) Derajat keparahan masalah SPAL diberikan skor 3 point. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya SPAL bagi setiap rumah tangga. Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak pada gangguan estetika, menjadi tempat perkembangbiakkan vektor penyakit dan dapat mencemari lingkungan baik lingkungan udara, air maupun tanah.
11
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
c.
Tingkat Penanggulangan Masalah (Vulnerability) Kemungkinan penanggulangan masalah SPAL diberikan skor 2 point, tekhnisnya dilakukan dengan intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya SPAL.
d.
Biaya (Cost) Biaya yang digunakan dalam melakukan intervensi non fisik untuk masalah SPAL diberikan skor 4 point karena dana yang digunakan relative murah.
e.
Dukungan Masyarakat (Public Concern) Dukungan masyarakat terhadap masalah SPAL diberikan skor 2 point, karena masyarakat menganggap bahwa SPAL bukan masalah yang terlalu penting yang dapat menghindari pencemaran lingkungan dan tidak menjadi tempat perkembangbiakan/perindukan nyamuk, khususnya nyamuk Anopheles (vektor penyakit malaria) yang menyukai tempattempat yang kotor.
2.2
Pemecahan Masalah Kesehatan Berdasarkan prioritas masalah di atas, maka dapat dibuat pemecahan masalah dari masalah yang ada sebagai berikut :
1.
Masalah Jamban a. Memberikan sosialisasi tentang jambanisasi (intervensi non fisik) b. Membuat jamban percontohan permanen yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (intervensi fisik).
12
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
2.
Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Memberikan sosialisasi tentang pentingnya Tempat Pembuangan Sampah (intervensi non fisik)
3.
Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Memberikan sosialisasi tentang pentingnya Saluran Pembuangan Air Limbah (intervensi non fisik)
13
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Planning Of Action (POA) Dalam malaksanakan kegiatan PBL II terlebih dahulu disusun Planning Of Action (POA) agar lebih mempermudah dalam pelaksanaannya di lapangan. Pada BAB ini akan dibahas mengenai POA PBL II yaitu sebagai berikut : 1. Masalah Jamban Planning Of Action (POA) untuk masalah jamban Kelompok VI Desa Molingkapoto, yaitu : a. Jenis Kegiatan Intervensi fisik berupa pembuatan jamban percontohan permanen yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang jambanisasi. b. Tujuan 1) Tujuan Umum Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 2) Tujuan Khusus Masyarakat diharapkan dapat membuat jamban yang sehat dan diharapkan dapat menurunkan distribusi penduduk yang Buang Air Besar (BAB) sembarangan.
14
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
c. Sasaran; Masyarakat Dusun III ( DusunPancuran) Desa Molingkapoto d. Target; 1) Intervensi fisik 2) Intervensi non fisik
: 1 buah jamban percontohan : 100% masyarakat dapat hadir
dalam sosialisasi e. Lokasi; 1) Intervensi fisik 2)Intervensi non fisik f. Biaya; 1) Intervensi fisik 2) Intervensi non fisik g.
: Dusun III (Dusun Pancuran) : Kantor Desa Molingkapoto :
Rp. 4.227.000
:
Rp. 70.000
Waktu Pelaksanaan 1) Intervensi fisik: Sabtu, 19 Januari 2013 s/d Jumat, 25 Januari 2013 2) Intervensi non fisik: Kamis, 17 Januari 2013
h. Penanggung Jawab 1) Umrin Ibrahim 2) Fadliya i. Sumber Biaya; Mahasiswa dan swadaya masyarakat 2. Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Planning Of Action (POA) untuk masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Kelompok VI Desa Molingkapoto, yaitu : a. Jenis Kegiatan Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
15
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
b. Tujuan 1) Tujuan Umum Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta 25% masyarakat yang hadir dapat mengetahui pentingnya tempat sampah 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus 50% masyarakat yang diundang dapat hadir pada sosialisasi, serta diharapkan dapat mampu menurunkan distribusi penduduk yang membuang sampah sembarangan c. Sasaran ; Masyarakat Desa Molingkapoto d. Target ; 100% e. Lokasi ; Kantor Desa Molingkapoto f. Biaya ; Rp. 50.000 g. Waktu Pelaksanaan ; Kamis, 17 Januari 2013 h. Penanggung Jawab 1) Roland Pratama Haras 2) Syintia Yunita Goni i. Sumber Biaya ; Mahasiswa 3. Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Planning Of Action (POA) untuk masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Kelompok VI Desa Molingkapoto, yaitu :
16
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
a. Jenis Kegiatan Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) b. Tujuan 1) Tujuan Umum Adapun tujuan umum adalah Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta 25% masyarakat yang hadir dapat mengetahui pentingnya SPAL 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus adalah 50% masyarakat yang diundang dapat hadir pada sosialisasi, serta diharpkan dapat menurunkan distribusi penduduk yang membuang air limbah sembarangan c. Sasaran; Masyarakat Desa Molingkapoto d. Target; 100% e. Lokasi; Kantor Desa Molingkapoto f. Biaya; Rp. 70.000 g. Waktu Pelaksanaan; Kamis, 17 Januari 2013 h. Penanggung Jawab 1) Syintia Yunita Goni 2) Muzkiratillah Mampa i. Sumber Biaya; Mahasiswa Selain program intervensi fisik dan non fisik yang telah diprioritaskan di atas, terdapat program tambahan yang telah dilaksanakan, yaitu sosialisasi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun atas kerja sama dengan mahasiswa PBL II 17
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
desa Molingakpoto Selatan, sosialisasi Kesehatan Ibu dan Anak kerjasama dengan ketua Program Keluarga Harapan (PKH) desa Molingkapoto, dan sosialisasi serta pembagian lefleat atau brosur tentang Bahaya Merokok bagi pelajar di SMPN II Kwandang. 1. Sosialisasi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) a. Jenis Kegiatan Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS). Pelaksanaan program ini dilakukan agar anak-anak dibelajarkan sejak usia dini dapat mengetahui sejauh mana pentingnya mencuci tangan pakai sabun, mengingat kebiasaan anak-anak yang suka makan dengan tidak mencuci tangan menggunakan sabun. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap PHBS, sehingga terhindar dari penyakit yang berbahaya. b. Tujuan 1) Tujuan Umum Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dapat menyadarkan kepada anak-anak akan pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). c. Sasaran; Siswa Kelas IV SDN 1 Molingkapoto d. Target; 100% e. Lokasi; SDN I Molingkapoto f. Biaya; Rp. 50.000 18
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
g. Waktu Pelaksanaan; Selasa, 22 Januari 2013 h. Penanggung Jawab 1)
Safriyanto Paulutu
2)
Syintia Yunita Goni
i. Sumber Biaya; Mahasiswa 2. Sosialisasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Jenis Kegiatan Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pelaksanaan program ini dilakukan agar ibu-ibu memperoleh pengetahuan tentang pentingya kesehatan ibu dan anak. b. Tujuan 1) Tujuan Umum Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus adalah dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak c. Sasaran Ibu-ibu yang ada desa Molingkapoto d. Target; 100% e. Lokasi; Rumah ketua Program Keluarga Harapan (PKH) f. Biaya; Rp. 50.000 g. Waktu Pelaksanaan; Minggu, 20 Januari 2013 h. Penanggung Jawab 19
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
1) Umrin Ibrahim 2) Sitty Hardiyanti Pakiding i. Sumber Biaya; Mahasiswa 3. Sosialisasi Tentang Bahaya Merokok Bagi Pelajar serta Pembagian Brosur/Leafleat tentang Bahaya Merokok a. Jenis Kegiatan Intervensi non fisik berupa pembagian brosur tentang bahaya merokok agar siswa SMPN 2 Kwandang dapat terhindar dari bahaya rokok dan menyadari bahwa rokok dapat meningakatakn resiko penyakit berbahaya seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), kanker paru-paru dan lain-lain. b. Tujuan 1)
Tujuan Umum Adapun tujuan umum adalah Untuk meningkatkan derajat
kesehatan siswa 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus adalah dapat menyadarkan siswa akan bahaya merokok. c. Sasaran; Siswa SMPN 2 Kwandang d. Target; 100% e. Lokasi; SMP 2 Kwandang f. Biaya; Rp. 50.000 g. Waktu Pelaksanaan; Jumat, 25 Januari 2013 h. Penanggung Jawab 20
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
1) Muzkiratillah Mampa 2) Roland Pratama Haras i.
21
Sumber Biaya; Mahasiswa
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok I. 2010. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Bulota Kecamatan Talaga Jaya. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Kelompok II. 2010. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Buhu Kecamatan Talaga Jaya. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Kelompok VII. 2010. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Tridharma Kecamatan Pulubala. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Kelompok XII. 2011. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Bongopini Kecamatan Tilongkabila. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Kelompok VI. 2012. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Tim Penyusun. 2012. Panduan dan Jurnal Pengalaman Belajar Lapangan (PBL). Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
22
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II